Ada banyak hal penting yang membuat hidup kita jadi seperti ini. Dan saat saya mengatakan salah satu hal penting itu adalah “buku”, maka itu bukan bualan semata. Saya pernah membaca sebuat kisah hasil riset dalam buku The Read Aloud karya Jim Trelease yang menceritakan:

Seorang anak yatim-piatu yang harus masuk panti asuhan. Di panti asuhan, anak itu merasa hidupnya sudah tidak punya harapan. Tidak mungkin bahagia dan sukses tanpa orang tua yang mendampingi. Anak itu pun menjalani hari dalam kemurungan yang akut. Dalam keputusasaan yang mencemaskan.

Sampai suatu hari, anak itu menemukan ruang perpustakaan di panti asuhan. Anak itu masuk dan membaca buku di perpustakaan. Anak itu senang dan terhibur. Membaca melupakan penderitaan hidupnya. Tidak hanya itu saja, membaca buku membuat dirinya termotivasi. Motivasi dengan mengidentifikasi dirinya seperti dalam tokoh dalam buku yang hebat dan bisa sukses dalam menaklukan dunia.

Hasilnya, anak itu pun mempunyai mimpi dan mendapatkan keyakinan bahwa kenyataan dirinya yang yatim-piatu tak akan bisa mengahalangi dirinya untuk sukses dan mampu menaklukan dunianya yang menyedihkan. Anak itu pun menjadi orang yang optimis karena buku-buku yang dibaca. Terus bermimpi dan bekerja keras dalam belajar.

Hasilnya, anak itu pun sukses dalam pendidikan sehingga mengantarkannya menjadi seorang profesor. Dan secara ekonomi sukses menjadi individu yang hidup dalam kecukupan harta. Buku telah mengubah hidup anak yatim-piatu yang putus asa menjadi seorang sukses.

Atas cerita di atas, saya kemudian merenungkan diri: apakah hidup saya sekarang ini terkait dengan buku yang begitu berkesan pada masa kecil saya. Setelah saya renungkan, saya kemudian teringat sejarah masa kecil saya yang tak terlupakan sampai sekarang ini.

Ayah saya pernah membawaku ke Perpustakaan Sekolah. Di situ saya mengambil buku yang asal ambil saja. Saya masih ingat judulnya sampai sekarang, Merajut Masa Depan dari Guntingan Koran. Buku ini saya baca sore hari, saat saya baru bangun tidur. Saya membacanya sampai selesai karena buku ini bagiku sangat menarik.

Buku ini bercerita tentang seorang siswa sekolah dasar dari desa yang suka membaca Koran. Tidak hanya membaca, Koran yang sudah dibaca kemudian digunting bagian yang penting dan dikumpulkan untuk dibuat kliping. Karena ketekunannya, anak ini kemudian mencoba untuk menulis berita-berita dan artikel sederhana yang kemudian dikirimkan di Koran-koran.

Ternyata, tulisan anak ini dimuat. Anak ini pun mendapatkan honorarium dari Koran yang membahagiakan. Dari tulisan-tulisannya di berbagai Koran, anak itu kemudian mengumpulkan uang dan berhasil sekolah sampai tinggi. Anak pun menjadi wartawan terkenal dan bermasa depan bagus.

Karena membaca buku ini, saya pun jadi bermimpi ingin seperti anak dalam buku itu. Tidak hanya bermimpi, saya pun kemudian meniru apa yang dilakukan oleh anak itu. Saya membuat kliping dengan berbagai kategori, nulai dari olah raga hingga cerita-cerita dalam Koran.

Tidak hanya itu, sejak saat itu, saya yang masih duduk di bangku sekolah dasar, saya sudah ikutan kirim cerita dan tulisan lain ke majalah anak Bobo dan Ceria. Tapi, sayangnya tidak ada yang dimuat sebab tidak saja tulisanku yang jelek, tetapi juga isinya jelek.

Mimpi menjadi penulis pun begitu menguasai diriku. Dan, jika sekarang saya telah menulis banyak buku, itu barangkali karena saya punya kisah romatis dengan buku yang berkesan dan membuat hidupku jadi seperti ini.

Dari sini saya meyakini bahwa buku memiliki peran penting dalam perkembangan anak. Buku tidak saja memberikan banyak ilmu pengetahuan dan hiburan bagi anak-anak yang membaca, tetapi buku mampu menjadi sarana untuk mengidentifikasi, membentuk mimpi dan memotivasi anak untuk mewujudkan dirinya menjadi pribadi yang sukses seperti sosok dalam buku melalui kerja tanpa lelah dalam belajar dan berbuat.

Buku Mengidentifikasi Diri
Saat membaca buku, terutama buku cerita atau novel, maka akan ada subjek atau tokoh yang hadir dalam buku. Tokoh itu merupakan sosok manusia ideal yang digambarkan penuh heroik dalam buku. Tokoh yang akan mampu merebut simpatik pembaca. Pembaca pun kemudian akan menaruh perhatian lebih pada tokoh ini. Bahkan, tidak hanya simpatik saja, pembaca akan jatuh hati dan mengidolakan tokoh ini.

Saat sudah demikian, pembaca pun akan mengidentifikasi dirinya seperti tokoh idola ini. Saat demikianlah proses identifikasi terjadi. Anak-anak mengidentifikasi dirinya seperti tokoh. Anak-anak ingin tokoh itu adalah dirinya sendiri. Anak ingin menjadi sosok seperti dalam tokoh buku yang hebat dan mampu sukses dengan jalan terjal dan berliku.

Jika sudah demikian, di sinilah buku mampu memberikan ruang identifikasi diri bagi pembacanya. Identifikasi yang membangun kesadaran bahwa dirinya bisa menjadi orang hebat jika bisa melakukan berbagai hal seperti yang ada dilakukan oleh tokoh dalam buku. Identifikasi inilah yang membuat anak kemudian semakin suka dengan buku. Semakin banyak membaca untuk berbagai penguatan akan memberikan proses identifikasi ini semakin baik.

Di sini, saya barang kali keliru, tapi saya menyampaikan bahwa anak-anak yang suka membaca buku memiliki kecenderungan menjadi pribadi yang baik. Pribadi yang kuat dalam proses identifikasinya untuk menjadi baik sebagaimana yang dibaca dalam buku. Buku pun menjadi media penting dalam membentuk pribadi anak-anak yang memiliki hobi membaca.

Buku Membangun Mimpi dan Motivasi
Tidak saja sampai pada proses identifikasi, tetapi anak-anak yang membaca buku akan membangun mimpinya sesuai dengan yang dibaca. Prosesnya sederhana, buku selalu memiliki keistimewaan informasi dan karakter. Informasi dan karakter dalam buku akan membuat pembaca suka. Tidak sebatas suka, tetapi juga mengaguminya. Dari sinilah keinginan untuk seperti itu terbentuk. Jika sudah demikian maka mimpi anak-anak ingin seperti yang diceritakn dalam buku mengada.

Saya masih ingat, perjuangan heroik anak dalam buku Merajut Masa Depan dari Guntingan Koran, membuatku kagum. Dari kagum inilah, saya kemudian timbul keinginan punya mimpi seperti anak dalam buku itu. Dari sinilah, buku telah membentuk mimpiki: menjadi wartawan dan penulis.

Semakin banyak membaca buku, maka mimpi-mimpi anak-anak akan semakin kuat. Anak akan terus yakin bahwa mimpinya untuk menjadi sukses dan hebat bisa diwujudkan. Di sinilah, buku selalu mampu mengorganisasi mimpi yang kemudian mewujud menjadi dorongan kuat untuk berbuat. Berbuat penuh tekad dalam mewujudkan mimpi dalam motivasi yang kuat.

Buku Membentuk Pribadi yang Belajar dan Bekerja Keras
Dari mimpi yang menimbulkan dorongan kuat atau motivasi ini, anak-anak yang suka membaca akan menjadi pribadi yang kemudian terus belajar dan bekerja. Mimpi dan motivasi tidak dibiarkan hilang begitu saja. Tapi, diaktualisasikan dalam langkah-langkah konkret dalam belajar dan bekerja.

Di sinilah buku memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman penting soal langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkannya. Anak-anak yang suka membaca terus dibimmbing dan dikondisikan untuk terus berbuat. Berbuat dalam upaya mewujudkan mimpi tanpa mengenal lelah dan letih.

Tidak heran jika, pejuang-pejuang hebat pun selalu lahir dari mimpi yang lahir dari sosok yang suka membaca buku. Kita bisa melihat sejarah bangsa kita, yang kemerdekaannya diimpikan oleh para pahlawan, misalnya, Soekarno, Hatta, Agus Salim, dan sebagainya, yang semuanya adalah pemimpi besar bangsa ini yang rajin membaca buku. Maka membaca buku akan selalu melahirkan individu pemimpi hebat yang bekerjanya tidak kalah hebat pula.

Dari sinilah, tugas kita sebagai orang tua dan guru, untuk membentuk pribadi anak-anak dan murid kita dengan buku, yaitu dengan sedari kecil untuk memberikan buku yang baik. Buku yang jika dibaca akan memberikan pengalaman mengesankan. Pengalaman yang akan berperan dalam mengidentifikasi diri, membentuk mimpi dan motivasi, serta menjadikan pribadi yang belajar dan bekerja.

Jika sudah demikian, kita sebagai orang tua dan guru akan melihat dan menyaksikan anak dan murid kita menjadi individu yang hebat kelak karena perjuangan sederhana kita: hanya memberikan buku untuk dibaca.

Sederhana, tapi akan memberikan segalanya bagi kita.[]