Oleh. Atep Kurnia*
Menurut Bram Bouwens (“The Paper and Board Industry in the Netherlands, 1800-2000”, 2012: 192-194), pabrik kertas pertama di Belanda didirikan pada tahun 1428. Namun, pabrik kertas yang dioperasikan pada abad ke-16 dan ke-17 yang menjadi penyebab kertas Belanda menjadi dikenal di seluruh dunia. Pabrik-pabrik kertas di Belanda selama itu terpusat di dua tempat, yakni di De Zaanstreek (utara Amsterdam) dan De Veluwe’ (tengah negara Belanda).
Pada tahun 1667, pabrik kertas di Belanda mengekspor 38.000 rim dengan berbagai kualitas, seabad kemudian meningkat tiga kali lipatnya. Pada awal abad ke-18, ada 200 pabrik kertas yang menggunakan kincir angin dan kincir air menghasilkan 5000 ton kertas setiap tahunnya. Dengan demikian, selama abad ke-18, pabrik kertas Belanda memainkan peran dominan dalam pasar kertas dunia.
Kata Dick Van Lente (“Innovation in paper making: The Netherlands 1750–1850”, 1998: 204-207), ada enam faktor yang menyebabkan Belanda merajai pasaran kertas dunia sepanjang ke-17 hingga paruh pertama abad ke-18. Pertama, karena adanya pasar domestik yang besar, karena pada abad ke-17, Belanda merupakan negara paling urban di Eropa, dengan setengah populasinya tinggal di kota pada 1622. Kedua, karena kurangnya sensor, sehingga Belanda menjadi pusat internasional bagi produksi buku dan mampu mengekspor buku ke Prancis, Inggris, Jerman, dan lain-lain. Dengan demikian, Belanda menyediakan pasar internasional yang tumbuh pada abad ke-18, karena pertumbuhan penduduk, perluasan literasi, pertumbuhan birokrasi, dan meningkatnya produksi buku.
Ketiga, kualitas kertasnya yang bereputasi internasional, terutama dari Zaan. Keempat, pabrik kertas di Belanda tidak terhambat dengan aturan-aturan niaga dan organisasi-organisasi perjalanan orang. Bahkan pemerintah Belanda melindungi pabrik kertas dengan melarang adanya impor kertas saat terjadinya ledakan produksi. Kelima, faktor kerja sama menjadi salah satu kunci kesuksesan Belanda meraih pasar kertas dunia. Keenam, terutama di Zaan, banyak pekerja yang akrab dengan pekerjaan di kincir angin dan ada pula ahli kincir yang dapat memperbaiki, membangun, dan bahkan sekaligus merancang mesin pembuat kertas.
Namun, masa kejaayaan itu mulai surut sejak sekitar tahun 1700 dan pada pertengahan tahun 1740-an mulai menurun. Penyebabnya adalah adanya pesaing asing, terutama dari kertas cetak Prancis dan setelah tahun 1750 dari kertas anyam Inggris. Perubahan ini menjadi sangat dramatis setelah tahun 1780, ketika perang-perang terjadi, sehingga menyebabkan perdagangan internasional Belanda mandek. Selama Perang Inggris-Belanda yang keempat (1780-1784), praktis Inggris memblokade niaga Belanda ke luar negeri. Ini terulang setelah Pakta Den Haag tahun 1795.
Pada saat yang sama, kewajiban-kewajiban impor Perancis terhenti. Sistem Kontinental Napoelon yang diluncurkan pada 1806 memotong Belanda dari bagian Eropa kontinental, sementara Inggris tetap memblokade lautan. Bahkan saat Belanda menjadi bagian dari Kekaisaran Prancis pada tahun 1810, bagian utara Sungai Waal (termasuk wilayah Zaan dan Veluwe) tidak mendapatkan potongan tarif dan pemerintah lokal Belanda bahkan membatalkan kontraknya dengan pembuat kertas Zaan, agar dapat membeli kertas Prancis. Keadaan ini menyebabkan mandeknya bisnis internasional Belanda, sekaligus menyebabkan deindustrialisasi menjelang tahun 1813.
Selanjutnya, menurut Bram Bouwens (2012: 194-195), setelah tahun 1850-an, sejumlah pabrik kertas yang memproduksi kertas sans fin meningkat dan saat yang sama terjadi percobaan-percobaan terhadap bahan mentah baru pembuat kertas. Di bagian utara Belanda, semua cabang baru industri berhasil mengembangkan dan memproduksi kertas dari jerami. Kemudian pada paruh kedua abad ke-19, para produsen baru memasuki pasaran dan membuka area-area baru menjadi pusat-pusat yang penting. Akhirnya pada akhir abad ke-19, industri kertas Belanda, kecuali beberapa, semuanya sudah terindustrialisasi dan kertas yang terbuat dari bubur kayu dan selulosa harus diimpor.
Pada puncak Perang Dunia I, industri kertas Belanda terdiri atas 22 pabrik yang memprodukasi berbagai kertas. Selain itu, ada 19 pabrik kecil yang membuat kertas dari jerami di utara Belanda. Selama masa antara Perang Dunia I, Belanda mengimpor 90.000 ton kertas dan mengekspor 60.000 ton selama tahun 1920-an dan 30.000 ton satu dasawarsa kemudian.***
Keterangan foto:
Ilustrasi pabrik kertas di De Zaanstreek. Sumber:papiergeschiedenis.net.
*Pengurus Pusat Forum TBM Divisi Litbang