“Zaka, sini!”. Ajak salah satu warga Wadas Kelir.

Zaka yang sedang membaca buku segara berdiri dan menghampirinya. Dia berdiri kebingungan. Bertanya dalam hati “ini acara apa? Kok ada nasi tumpeng?.” Di tempat sudah ramai dengan anak-anak yang sudah duduk rapi. Zaka perlahan duduk diantara mereka.

“Ayo, sekarang ambil batu terus kita lempar ke tembok.” Perintah warga pada anak-anak.

Hari ini salah satu warga mempunyai hajatan mitoni (ibu hamil umur tujuh bulan). Hal tersebut sudah menjadi tradisi warga setempat. Zaka yang masih kecil hanya nurut saja. Dia mengambil dan melemparkan batu ke tembok sesuai perintahnya.

Indonesia memang banyak beragam budaya. Dari satu daerah dengan daerah lain mempunyai kebudayaan yang berbeda. Untuk menjaga kebudayaan tersebut harus dikenalkan pada anak sejak dini. Walaupun belum bisa memahami makna budaya namun sudah memberikan pengalaman padanya dengan kebudayaannya.

Usai acara anak-anak berkumpul melingkar. Mereka mendapatkan nasi dengan bungkus daun pisang. Lauk yang sederhana hanya gorengan dan daun pepaya namun kenikmatan sungguh luar biasa. Hal ini dikarenakan makan ramai-ramai dan menjadi kenikmatan tersendiri.

Dari sini manfaat kebudayaan lokal sangatlah banyak. Terdapat kebersamaan antar sesama untuk menjalin guyub rukun. Literasi budaya menjadi alternatif masyarakat untuk meningkatkan kelestarian budaya.