Dulu saya sepi dengan buku. Paling yang ada hanya buku paket sekolah, buku tulis dan LKS. Memegang pun hanya saat ada tugas. Itu pun kalau saya ingat. Hehehe. Yah, hidup zaman old itu banyak main sampai lupa dengan tugas. Kalau dihitung prosentasikan anak yang belajar paling 5%. (Survey anak pelajar tempat tinggal saya)

Yah, saya tidak akan membahas tentang membaca lagi. Kali saya berbicara tentang cinta buku.

Katanya buku kebutuhan pokok anak sekolah. Buku menjadi benda wajib yang harus dibawa. Menurut saya, buku belum sampai mendalam bahwa buku adalah kebutuhan pokok. Saya masih ingat bahwa buku saya dahulu pasti sampul covernya lepas, banyak coretannya, banyak gambarnya dan yang pasti adalah bukunya lucek (tidak rapi). Saat masih SD kertas dijadikan mainan seperti buat gawang bola, mainan balapan, buat origami dan lain sebagainya. (ini terjadi di sekolah saya dulu). hehehe

Dan yang paling parah ialah kertas dijadikan bungkus makanan. Namun itu belum seberapa, ada yang lebih parah lagi. Kertas dijadikan pembersih kotoran ayam ketika ada di lantai rumah. Hampir semua orang melakukan ini. Saya juga pernah melihat orangtua saya dan guru saya melakukan itu. Yah termasuk saya. Hehehe. Mungkin kalau kertas bisa punya perasaan dia akan bersedih dan menangis.

Saya cuek saja. Buku saya juga jarang ada catatannya. Hihihi. Buku kerap diremehkan oleh teman-teman saya khususnya saya. Jujur saya dahulu belum bisa memahami manfaat dari buku. Apalagi saya sampai memikirkan nama saya ada di buku. Wah, tak terlintas sama sekali pikiran itu mampir ke kepala saya.

Waktu saya mampir ke rumah teman untuk produksi karya. Tak sengaja saya melihat buku dia sangat rapi sekali. Buku disampul plastik, tak ada berlipat, tak ada coretan yang neka neko. Pokoknya indah banget saya lihatnya. Buku dari SD sampai kuliah S2 pun masih ada. Beda banget pas saya dulu. Hehehe

Saya tak bosan-bosannya melihat tatanan bukunya.

“Nis, bukumu rapi banget. Banyak lagi.” Saya mencoba bertanya.

“Nggak kok. Biasa saja.” Jawabnya Nisa sambil menulis.

Saya pun ambil foto untuk referensi tatanan buku di kamar saya. Buku sudah sedikit ramai di kamar saya. Biar ikut-ikutan ramai. Hehehe

“Ini saya kasih tahu sedikit. Mungkin saya mempunyai kepercayaan bagaimana menyanyangi buku. Kalau kita saya buku, diperlakukan dengan baik dan merawatnya setulis hatu. Insya Alloh buku yang kita baca akan meresap dengan mudah.” Kata dia pelan.

Saya diam. Ada benarnya juga. Benda mati pun bisa memberikan perasaan. Pantes dia pinter (kata dalam hati). Tapi betul dia memang pinter. Buktinya dia punya buku yang ada namanya. Lagi lanjut kuliah juga.

Mungkin ini bisa menjadi benahan hidup saya terhadap buku.

Kutipan dari dia yang saya simpulkan sendiri:

SAYANGILAH BUKU SETULUS HATI KARENA BUKU AKAN MEMBERIKAN ILMU SETULUS HATI PULA PADAMU