Pernahkah mendengar suara mangkuk yang sengaja dibunyikan oleh tukang bakso? Ya. Pasti diantara kita, sering sekali menemui penjual yang tiap hari berkeliling kompleks membawa gerobak sambil berteriak Bakso! Bakso! Sebagai pertanda bahwa ada penjual bakso yang sedang keliling berharap orang-orang keluar rumah dan membeli bakso yang dijualnya.

Seketika itu, orang-orang datang. Membeli beberapa mangkuk bakso. Kemudian dimakannya dengan sangat lahap. Alhasil perut mereka kenyang dan rasa lapar pun menghilang.

Ini soal tukang bakso yang keliling kompleks rumah, menjualkan dagangannya kepada masyarakat. Dari apa yang dijualnya, masyarakat menjadi bahagia. Masyarakat menjadi suka. Dan yang jelas masyarakat menjadi kenyang.

Itu berkat bakso yang dijual dengan gerobak. Sungguh memberikan manfaat banyak bagi masyarakat.

Lalu, bagaimana jika yang dijualkan gerobak bukanlah bakso? Apakah akan seramai ketika yang berjualan adalah gerobak penjual bakso?

Baiklah. Sbelumnya izinkan Saya memberikan satu pertanyaan. Pernahkah kalian melihat gerobak yang dipajang di tengah-tengah pemukiman warga. Dan menjajarkan BARANG DAGANGANNYA. Jajanan yang tidak akan pernah habis selama hidup? Jajanan yang selalu membuat kita lapar, sehingga ingin lagi dan lagi untuk memakan jajanan itu? Jajanan yang dapat buat kita merasakan semua emosi yang dimiliki manusia. Seduh, senang, marah, dan lain sebagainya Seba karena memakan jajan yang dijajarkan?

Satu pertanyaan yang mungkin jika saya tanyakan kepada kebanyakan orang, akan saya temui jawaban yang sama, yaitu BELUM.

Ya. Baiklah kali ini saya akan bercerita tentang gerobak jajanan yang kami miliki. Gerobak jajanan yang buka hanya sekadar gerobak jajanan biasa.

Mengapa? Karena yang kami jajarkan bukanlah makanan. Bukan lah bakso. Bukan juga es krim. Atau pun gulali. Yang membuat banyak anak-anak berbondong-bondong mendatangi kemudian membeli jajan kami.

Ini lebih dari sekadar itu. Gerobak kami berisi JAJANAN BUKU. Jajanan yang kami jual tidak berbayar. Semuanya gratis. Bahkan akan selalu kami berikan hadiah bagi siapa saja yang memang benar-benar ingin membeli jajan kami.

Bukankah ini tak kalah enak rasanya dengan gerobak bakso yang setiap kali berkeliling jualan di kompleks rumah?

Inilah yang kami perjualkan. Tanpa perlu dibayar. Buku-buku kami jejer memenuhi gerobak baca. Setiap hari, dari pagi sampai menjelang petang. Bahkan sampai malam. Buku-buku terpajang di gerobak baca. Yang tak jarang menjadi sebuah pemandangan yang sangat berantakan. Sebab, berpuluh-puluh pasang tangan mengambil buku lalu kemudian membacanya.

Anak-anak, remaja, ibu-ibu bahkan sampai nenek-nenek silih berganti datang menuju gerobak baca dan membaca.

Betapa pemandangan yang membahagiakan. Melihat mereka datang dengan sangat bahagia, mencicipi jajanan yang kami jual disini.

Sebuah jajanan yang tidak akan pernah habis dimakan. Selalu membuat lapar di perut. Selalu membuat ingin datang lagi dan lagi. Hingga tanpa sadar, jajanan itu membuat mereka kecanduan. Kecanduan untuk datang mencicipi enaknya sensasinya jajan ini. Buku.

Kami tak pernah menyangka, gerobak baca yang kami miliki menjadi salah satu alat mempererat kami dan masyarakat, kami dan buku, dan buku dengan masyarakat. Setiap hari selalu saja anak yang datang berkunjung. Menghampiri gerobak baca, memilih buku, kemudian duduk dan membaca. Setiap hari selalu seperti ini. Suatu pemandangan yang sangat menyejukkan mata dan hanya ada di sini. Di Wadas Kelir, Purwokerto.

Gerobak baca yang telah mengubah pikiran kami bahwa buku adalah jajanan yang wajib kami cicipi setiap hari. Karena dengan buku, dengan membaca buku, perut kami menjadi semakin lapar. Lapar mendapatkan ilmu dari apa yang kami baca. Apa yang ada di buku.

Bagi kami buku adalah rumah kami mencari ilmu.[]