Oleh Badaruddin Amir
(Pendiri Perpustakaan Komunitas Iqra)
Perpustakaan Komunitas Iqra bukanlah sebuah perpustakaan besar yang dikelola dengan sistem pengelolaan perpustakaan yang sudah canggih. Ia hanyalah sebuah perpustakaan kecil –yang lebih layak disebut sebagai sebuah ‘taman baca’ atau ‘rumah baca’ dengan koleksi yang sangat terbatas namun eksklusif.
Tidak jelas memang ‘apa dan siapa’ komunitas iqra yang dirujuk dengan nama ini. Tapi ada rencana ke depan untuk membangun sebuah yayasan bernama Yayasan Kebudayaan Iqra. Tapi tentu saja ini masih merupakan sebuah “imajinasi” yang lain lagi yang masih menunggu perkembangan, ide-ide, gagasan dan saran-saran dari semua pihak. Yang pasti bahwa Perpustakaan Komunitas Iqra beralamat di Jalan Pramuka No. 108 Kabupaten Barru sekarang ini sudah memiliki koleksu lebih dari 5000 judul buku selain buku paket, modul dan buku pelajaran, ratusan keping CD dan ratusan majalah, kliping, brosure dan koleksi-koleksi non buku lainnya.
Berawal dari koleksi pribadi, kemudian menjadi koleksi banyak pribadi,kemudian mendapat suntikan buku-buku bacaan anak dari Perpustakaan Daerah Propinsi Sulawesi Selatan dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Barru serta berbagai donatur. Itulah wajah Perpustakaan Komunitas Iqra. Karena ia telah ‘terkontaminasi’ dengan bahan bacaan pengadaan pemerintah yang tentunya berasal dari pajak rakyat, maka berdosalah rasanya jika perpustakaan ini tidak melayani dan mengabdi pada masyarakat secara umum. Karena itulah perpustakaan ini dibuka secara umum untuk melayani masyarakat sekitarnya. Hanya saja sisi mirisnya dan kemudian menjadi tantangan layanan ini sering disia-siakan oleh masyarakat. Pengunjung yang terbanyak tetap juga kalangan ‘eksklusif’, para peneliti, mahasiswa yang akan menyelesaikan pendidikan, dan penulis/sastrawan kawan. Itulah yang menjadi “komunitas” utamanya. Sedang masyarakat pada umumnya menjadi “komunitas” kedua. Menurut analisis kami hal itu disebabkan karena kurang tersedianya buku-buku praktis yang mereka butuhkan. Selai buku-buku agama yang memang dibutuhkan oleh semua orang sebagai penuntun di jalan lurus, masyarakat pun membutuhkan buku-buku praktis, tepat guna, buku-buku pertanian, peternakan dan semacamnya. Dan itu yang masih kami butuhkan dari para donator. Sekalipun analisis SWOT yang kami buat beberapa waktu lalu bahwa tantangan kami dalam mengembangkan minat baca (literasi baca-tulis) pada masyarakat –terutama di kalangan generasi muda sekarang– adalah kehadiran IT, dan itu memang belum kami akses untuk mereka karena ketiadaan dana.