Diskusi Ragam Praktik Pembelajaran Menulis di TBM adalah acara kolaborasi antara Perpusnas Press bersama Forum Taman Bacaan Masyarakat (Forum TBM). Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin (28/11) melalui zoom serta disebarluaskan lewat youtube Forum TBM.

Opik (Ketua Umum Forum TBM) menyampaikan prolog sebelum kegiatan diskusi dimulai. Opik menyampaikan bahwa praktik pembelajaran menulis sudah dilakukan oleh Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sebagai praktik baik serta program dari TBM itu sendiri. Opik mencontohkan yang dilakukan oleh TBM Panti Baca Ceria, Sumedang, Jawa Barat yang melakukan praktik menulis untuk kalangan anak muda. Bahkan TBM Panti Baca Ceria menghasilkan banyak buku dari kegiatan menulis tersebut.

Praktik menulis ini, juga selain dilakukan oleh TBM, dilakukan pula oleh Forum TBM Wilayah. Seperti yang dilakukan oleh Forum TBM DIY yang membuat buku antologi bersama yang diberi judul “Warita dari Tanah Istimewa”. Pun demikian dengan Forum TBM Jawa Barat yang membuat antologi dalam bahasa sunda berjudul “Pamatri Literasi”.

“Kami juga Pengurus Pusat Forum TBM menerbitkan buku berjudul “Rahasia Maleo” yang diterbitkan oleh penerbit Forum TBM” lanjut Opik di sela-sela pemaparan prolog diskusi.

Selain itu, Opik mengatakan bahwa sebenarnya kerja sama antara TBM dengan Perpusnas Press sudah berlangsung sejak lama. Kegiatan diskusi ini untuk mempererat kerja sama yang sudah terjalan sejak lama.

Edi Wiyono (Pemred Perpusnas Press) dalam pengantar diskusi memberikan tanggapa apa yang sudah dikatakan oleh Opik. “Saya menanggapi apa yang dikatakan oleh Kang Opik, bahwa sebetulnya memang kami sudah lama bekerja sama dengan TBM di daerah. Kami di Perpustakaan Nasional secara umum lebih tahu lebih mengerti dengan kegiatan teman-teman TBM yang berada di masyarakat, terutama yang direlasikan dengan dunia penulisan. Lalu kemudian kenapa Forum TBM, bahwa apabila mengacu pada Undang-Undang No 43 Tahun 2007, bahwa kami harus menunjukan serta menghidupkan pula Taman Bacaan Masyarakat. Meskipun selama ini kedengarannya Taman Bacaan Masyarakat lebih dekat dengan Kemdikbudristek, namun secara tusi ada di Perpustakaan Nasional pula.”

Perpustakaan Nasional melalui Perpusnas Press akan akan berkolaborasi dengan kegiatan-kegiatan yang ada di Taman Bacaan Masyarakat, terutama dalam bidang menulis. Seperti yang dilakukan kemarin, kegiatan “Inkubator Literasi”.

Narasumber pertaman Cesilia Prawening dari TBM Rumah Kreatif Wadas Kelir menyampaikan terkait praktik menulis di TBM RKWK, Purwokerto. Ia mengatakan bahwa menulis menjadi program unggulan dari RKWK, relawan-relawannya diajarkan menulis, bahkan dapat hidup dari menulis itu sendiri.

Di RKWK, lebih pada menulis buku aktivitas untuk anak serta buku-buku anak. Sudah banyak buku yang dihasilkan oleh TBM ini serta diterbitkan pada penerbit Mayor.

Narasumber selanjutnya adalah Devi R. Uga dari TBM Banua Pontulisi, Palu. Devi R. Uga yang akrab disapa Kak Devi memaparkan proses kegiatan menulis di TBM. Awalnya ia ragu untuk melakukan kegiatan menulis, karena latar belakangnya budkan dari penulis, melainkan seorang apoteker.

Namun, Kak Devi memberanikan untuk membuat kelas menulis kepada korban narkoba serta HIV. Tujuannya untuk membantu mereka menuangkan atau menumpahkan curahan hati juga sebagai terapi. Dari sana, banyak pihak yang menyambut positif apa yang dilakukan oleh Kak Devi di TBM Banua Pontulisi, sehingga kegiatan kelas menulis menjadi berkembang, bahkan sampai menghasilkan banyak buku.

Ipul Saepuloh dari TBM Panti Baca Ceria, Jawa Barat mengatakan bahwa menulis dengan Panti Baca Ceria sangat erat. “Kami di Panti Baca Ceria awalnya sering membuat zine, yang mengangkat isu-isu aktual anak-anak muda, sasaran kami juga memang pada anak-anak muda” tutur Ipul.

Panti Baca Ceria juga memiliki program bersama Sekolah Menengah Atas (SMA) di Sumedang, Jawa Barat dalam kepenulisan. Program ini Ipul menyebutnya “Keroyokan Nulis”.

Kegiatan menulis yang dilakukan oleh Panti Baca Ceria lebih pada menyasar kalangan anak-anak muda. Karena menurutnya, kalangan anak-anak muda sekarang jauh sekali dengan dunia tulis menulis. Oleh karena itu, Panti Baca Ceria mencoba konsisten pada bidang ini.

Lain Ipul lain Zulkhaer meski keduanya menyasar kalangan anak-anak muda dalam bidang penulisan. Zulkhaer (Kedai Buku Jenny) memiliki program menulis untuk anak-anak muda pula. Akan tetapi, program yang dilakukan oleh Kedai Buku Jenny lebih berkolaborasi dengan musik. Karena menurutnya, bahwa music lebih dekat dan identik dengan anak muda, sehingga titik masuknya dari bisa dari music untuk aktivitas menulis.

Sudah banyak buku pula yang dihasilkan oleh penerbit Kedai Buku Jenny, baik yang berkolaborasi (antologi) maupun buku tunggal dari relawan. Buku yang diterbitkannya beragam, mulai dari buku prosa, puisi, hingga catatan perjalanan berua feature.

Narasumber berikutnya beralih ke Kota Metro, Lampung. Amin Budi Utomo yang berkolaborasi dengan mahasiswa dalam membuat kelas kepenulisan di TBM Ronaa. Amin sendiri sebagai Ketua di TBM Ronaa, menjadikan program menulis ini sebagai program prioritas.

Amin yang memiliki latar belakang seorang pemain teater, tentu dekat dengan dunia kepenulisan sastra. Ia bersama relawan membuat kegiatan-kegiatan diskusi sastra sampai menghasilkan buku-buku sastra seperti cerpen dan puisi.

Narasumber selanjutnya adalah seorang anak muda dari Jambi, progresif dalam memajukan kampung halamannya, yaitu Yoni. Nama lengkapnya adalah Yoni Elviandri dari TBM Lentera Muda Kerinci.

Yoni juga memaparkan aktivitas menulisnya, di mana sasaran yang dituju oleh TBM Lentera Muda Kecinci juga anak-anak muda. TBM ini sangat progresif dalam bidang kepenulisan, sehingga sudah banyak menerbitkan buku-buku, baik buku antologi maupun buku tunggal.

Dari Jambi, beralih ke Jawa Timur, tepatnya di Gresik. Seorang anak muda Bernama Ahmad Khairul dari TBM Gelaran Jambu mempresentasikan aktivitas menulis di TBMnya.

Bro Arul, sapaan akrab dari Ahmad Khairul lebih memilih gendre kekinian dalam bidang tulis menulis. Mungkin lebih tepat dengan copy writing atau biasa disebut dengan “ngonten”. Arul juga menyasar kalangan anak-anak muda, terutama pengguna medsos, untuk membuat konten yang positif. Konten yang dapat berguna, serta enak untuk dibaca.

Selain itu, di TBM Gelaran Jambu juga memiliki kelas menulis sastra. Kelas menulis ini diikuti oleh relawan atau anggota yang memang tertarik dengan dunia sastra.

Terakhir adalah Rendi Aditya Praja, seorang sastrawan asal Kalimantan Utara. Selain sebagai sastrawan, Ipin (sapaan akrab) mengasuh TBM Kampung Pukat.

Sudah barang tentu, sebagai sastrawan, Ipin harus menularkan kemapuan menulisnya kepada relawan serta anggota TBM. Ia pun membuat kelas menulis prosa dan puisi.

Ipin mengajarkan keuletan, ketelitian, serta kesabaran dalam menulis. Dalam kelas kepenulisannya tidak mau tergesa untuk cepat selesai. Satu tulisan di diskusikan, kemudian revisi kembali. Supaya menghasilkan karya yang dasyat.

**

“Banyak ragam kegiatan menulis yang dilakukan oleh Taman Bacaan Masyarakat, pada diskusi ini dapat terlihat, bahwa aktivitas menulis dapat menjadi praktik baik TBM. Ketujuh orang narasumber ini memang tidak mewakili keseluruhan TBM, namun paling tidak dengan sebaran narasumber dari barat ke timur, dapat mewakili antar pulau juga antar darah dalam aktivasi kepenulisan di Taman Bacaan Masyarakat.

Masih banyak lagi TBM yang melakukan aktivitas menulis, di lain waktu dan kesempatan, giliran mereka yang akan tampil dalam kegiatan diskusi terkait kepenulisan ini.” Ucap Ratih yang menjadi narasumber pada kegiataan kali ini. I Ratih sendiri dari TBM Kuda, Jawa Tengah.

Kegiatan Diskusi Ragam Praktik Pembelajaran Menulis di TBM ditutup dengan foto bersama.

***