Oleh. Amin Budi Utomo*
Sejak Gerakan Literasi Nasional (GLN) mulai diperkuat oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2016 melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015.
Kabar ini Semakin menasbihkan bahwa Pemerintah Secara serius ingin Menguatkan sinergitas gerakan Literasi Nasional sampai pada Akar Rumput. sinergi yang dimaksud ialah antarunit utama pelaku gerakan literasi dapat menghimpun semua potensi dan memperluas keterlibatan publik dalam menumbuhkembangkan dan membudayakan literasi di Indonesia.
Seperti Halnya Lokakarya Festival Literasi Indonesia 2022 yang digelar pada 28 September s.d 1 Oktober 2022 di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Sebagai bagian dari implementasi dari Sinergi Semua Kalangan, Pada praktiknya kegiatan FLI menjadi ruang berbagi praktik baik gerakan literasi yang di Wakili pengelola TBM/pegiat literasi, untuk unjuk karya, diskusi serta berbagi pengalaman, serta Lokakarya dalam rangka peningkatan kapasitas pegiat TBM/literasi yang menghadirkan nara sumber dari berbagai kalangan di Indonesia.
Literasi sebagai Jalan Gerakan
Literasi menjadi bagian daripada hak asasi manusia yang fundamental dan pondasi untuk belajar sepanjang hayat. Literasi secara etimologi pada hakikatnya berasal dari bahasa latin littera yang memiliki pengertian melibatkan sistem tulisan yang menyertainya. Hal ini penting sepenuhnya untuk pembangunan sosial dan manusia dalam kemampuannya untuk mengubah kehidupan (UNESCO, 2015).
Kehadiran FLI yang sudah dijalankan oleh Direktorat PMPK Kemdikbud, serta menggandeng Mitranya Forum TBM dan para pihak lain, Menjadi Kalkulasi Integral Gerakan Ini di Gaungkan. Nama kegiatan ini muncul tahun 2016, mengganti nama kegiatan sebelumnya: Festival Taman Bacaan Masyarakat.
Dalam Pembukaan FLI Dr. Cecep Suryana MM selaku Kapokja Kemitraan Daerah dan Pemberdayaan Komunitas, Direktorat PMPK mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menambah amunisi semangat pegiat literasi yang hadir untuk terus menumbuhkan semangat literasi di masyarakat di daerahnya masing-masing.
Ketua Forum TBM, Opik juga memaparkan bahwa dewasa ini, gerakan literasi dapat dilakukan di mana saja tanpa batasan ruang dan waktu. TBM hadir untuk memberikan akses belajar yang mudah pada masyarakat.
Festival Literasi Indonesia mempertemukan berbagai kalangan, Tokoh Nasional Seperti Golagong Duta Baca Indonesia, Benny Arnas, Serta Kang Maman Sahabat Literasi Nasional serta tokoh perwakilan TBM Daerah dari penjuru Nusantara. Dalam Ulasan Kang Maman, Dalam Keliterasian “pemikiran” diundang untuk dibicarakan, didiskusikan, dikritisi, diperdebatkan. Bukan untuk menghasilkan narasi tunggal, menjajah dan mematikan keragaman isi kepala setiap insan. Sebaliknya, untuk menghadirkan kekayaan perspektif yang berguna bagi peningkatan kecakapan hidup, menghadirkan semangat menjelajah ruang dan samudera ilmu yang teramat luas.
Berbagi cerita tentang praktik-praktik baik literasi yang telah dijalani oleh para pegiat literasi, pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dari seluruh pelosok negeri, semakin memperkaya hal itu. Membuka mata dan hati, bahwa sejatinya:
“KITA adalah kekuatan, bukan AKU.”
Disemenisasi Praktik Baik Gerakan Literasi di Nusantara
Adanya Taman Bacaan sangat penting membantu memutuskan angka penurunan Minat Membaca serta menumbuhkan minat baca kembali. Kita Tahu Pandemi Covid-19 yang telah Melanda Seluruh dunia Termasuk Indonesia banyak berdampak juga pada Dunia Pendidikan Terkhusus telah menyebabkan hilangnya kemampuan belajar siswa (learning loss), terutama pada bidang keterampilan membaca (literasi) ( Kompas, 1 Oktober 2022).
Minat baca tidak tiba-tiba muncul dari dalam diri seseorang. Namun, minat baca timbul dari dorongan dan lingkungan yang tepat. Dari situlah peran TBM Hadir.
Membaca memang suatu kegiatan yang membosankan dan hanya membuat ngantuk, tetapi dengan adanya taman bacaan, apakah kegiatan membaca akan lebih menyenangkan? Bisa ya atau juga tidak.
Dengan kekayaan Jenis dan Karakter TBM diindonesia kekuatan TBM tidak hanya terbatas layanan kejar membaca, lapak baca, pojok baca, gelaran membaca, Transformasi TBM dalam Gerakan Sudah menyentuh ruang – ruang Yang lebih Intim : digitalisasi, Sains, Budaya, dan Semua ruang lingkup yang ada di Masyarakat.
dengan mengusung tema: Transformasi Literasi dalam Konteks Merdeka Belajar.
Transformasi ruang pembelajaran literasi pada praktiknya menjadi kekuatan dalam optimalisasi program merdeka belajar Kemendikbudristek, hal ini senada dengan langkah untuk mentransformasi pendidikan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia.
*Amin Budi Utomo
Pengelola Taman Baca Masyarakat Ronaa
Kota Metro Lampung