Bagi seorang anak membaca bukanlah sebuah pengetahuan. Akan tetapi membaca merupakan salah satu cara terbaik untuk mengahasilkan nutrisi dan gizi literasi yang menyehatkan pikiran anak.  Sedini mungkin anak membaca, maka semakin sehat pula pikiran anak di saat usia dewasa. Semakin sehat pikiran anak, maka akan semakin sehat pula negaranya. Sebab anak merupakan aset paling berharga sebuah negara.

Persoalannya sekarang adalah bagaimana kemampuan membaca anak-anak hari ini? Terlebih melihat fenomena di era digital saat ini, anak-anak lekat sekali dengan yang namanya gadget.  Untuk itu perlu adanya keterampilan mengajarkan membaca yang dibiasakan sejak dini. Akan tetapi sebelum sampai pada hal itu perlu diketahui tahap-tahap kemampuan membaca seorang anak.

Cochrane Efal sebagaimana dikutip Brewer dijelaskan setidaknya ada lima tahapan perkembangan membaca anak.

Pertama, magical stage atau tahap fantasi. Pada tahap ini, anak akan mejadikan buku sebagai media mainan yang menyenangkan. Anak menggunakan buku untuk bermain dengan temannya, melihat, membalik halaman buku, juga membawa buku kesukaannya kesana kemari.

Kedua, self concept stage atau tahap pembentukan konsep diri. Pada tahap ini anak sudah mulai terlibat dalam kegiatan membaca dengan berpura-pura membaca buku dan memahami gambar berdasarkan pengalaman yang diperoleh. Dari sini anak juga akan menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan tulisan yang ada di dalam buku.

Ketiga, bridging reading stage atau tahap membaca gambar. Pada tahap ini anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, anak juga sudah mulai mengenal huruf abjad.

Keempat, take off reader stage atau tahap pengenalan bacaan. Pada tahap ini anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda, misal: papan iklan, kotak susu, rambu lalu lintas, dan lain-lain.

Kelima, independent reader stage atau tahap membaca lancar. Pada tahap ini anak sudah dapat membaca tulisan dengan lancar tanpa dampingan dari orang terdekat. Bahkan anak juga mampu memahami dan berpikir kritis terhadap hasil pengalaman membacanya.

Kelima tahapan ini tentu perlu diketahui bersama, terutama orang tua dan guru agar kelak anak-anak menjadi pembaca yang baik. Bukan hanya sekadar baik dalam membaca buku namun juga mampu membaca perihal fenomena yang terjadi disekelilingnya sehingga dari hasil pengalaman membacanya mampu merubah keadaan yang ada di sekitarnya. Ke arah yang lebih baik, tentunya.

(Mukhamad Hamid Samiaji – Mahasiswa IAIN Purwokerto dan Pegiat Literasi di Taman Baca Masyarakat Wadas Kelir Purwokerto)