Oleh Atika Hani Listyati*
Dusun Jagalan merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Tegaltirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. Dusun ini terletak di antara Bandara Adisutjipto dan Kantor Kedaulatan Rakyat. Dilintasi oleh jalur rel kereta api dan berada di pinggiran Jalan Jogja-Solo, sehingga Dusun Jagalan terkenal dengan dusun yang riuh dan ramai. Dihuni sekitar 578 jiwa, Jagalan menjadi dusun yang bisa disebut desa semi kota. Mengapa? Sebagian besar penduduk di Desa Jagalan sudah bekerja sebagai pegawai, baik itu swasta maupun negeri. Pekerjaan petani dan pedagang hanya tinggal beberapa kepala keluarga saja.
Anak-anak di Dusun Jagalan memiliki orang tua yang bekerja sebagai pegawai, petani, maupun pedagang. Waktu kerja dari pagi sampai sore, meskipun tidak menentu. Banyak anak yang menghabiskan waktu di warung burjo untuk mengakses internet, bermain games, atau hanya di rumah untuk menonton televisi. Mereka kurang memiliki variasi kegiatan yang bermanfaat. Tidak adanya kegiatan yang mendukung perkembangan serta kepedulian pada anak menjadi alasan Atika Hani sebagai perintis Rumah Belajar Guci Prestasi.
Ia mengadakan beberapa kegiatan yang terkait dengan program pengembangan anak di Dusun Jagalan. Konsep pertama yang dibawanya adalah Rumah Belajar bernama Guci Prestasi. Lingkup rumah belajar pada awalnya sangat luas. Selain tempat bermain dan belajar, rumah belajar juga diharapkan dapat menjadi tempat singgah anak-anak selepas bersekolah di sekolah formal.
Nama Guci Prestasi merupakan singkatan dari Gubuk Cendekia Prestasi. Gubuk yang artinya rumah atau tempat bernaung, cendekia berarti cerdik, terpelajar, dan pandai, serta prestasi artinya berprestasi, baik di dalam keluarga maupun di lingkungan. Setelah menentukan nama, hal selanjutnya adalah menentukan logo. Mayoritas orang memandang logo Guci Prestasi mirip seperti air menetes. Memang, terkesan mirip seperti air.
Ketika Atika Hani serta ibundanya membuat sketsa logo, dimasukanlah gambar air bertopi caping yang membawa buku dan pensil. Air dan guci melambangkan bahwa air selalu mengalir, memberikan kesejukan pada benda yang dilintasinya. Wadah guci sebagai tampungan melambangkan Guci Prestasi dapat menjadi wadah atau tampungan untuk anak-anak di sekitar Dusun Jagalan dalam berkegiatan. Pensil dan buku melambangkan pelajar yang senantiasa membaca dan menulis.
Pada awal bulan September 2015, kegiatan ini dimulai dengan mengajak anak-anak belajar bersama di teras rumah. Beberapa hari berjalan, anak-anak merasa senang akan belajar. Ada beberapa pekerjaan rumah yang terselesaikan dengan bantuan para perintis Guci Prestasi. Mereka mulai mengajak teman- temannya untuk belajar bersama. Hari berganti hari, anak-anak memunculkan ide untuk mengadakan kegiatan permainan. Diawali dengan permainan kecil-kecilan seperti outbond dengan peralatan seadanya.
Ternyata anak-anak begitu riang gembira melakukannya. Akhirnya berlanjut pada kegiatan lainnya, yaitu bersepeda bersama. Berawal dari itulah, anak-anak selalu mengunjungi Guci Prestasi. Berbekal buku-buku pendiri Guci Prestasi yang masih tersimpan rapi sejak masih TK hingga kuliah, anak- anak memanfaatkan waktu setiap sore untuk membaca cerita. Kegiatan tersebut hampir dilakukan setiap sore hari dan selesai selepas Isya.
Pada dasarnya, dunia anak-anak adalah dunia bermain. Apabila ditanya lebih dalam, anak-anak akan lebih memilih
bermain di alam bebas daripada bercengkrama dengan gawai. Mereka menikmati momen bermain lompat tali, dakon, benthik, petak umpet, atau sekadar bermain lumpur di sawah. Guci Prestasi didukung lingkungan sekitar karena masih dikelilingi persawahan, lapangan, Bandara Adisujipto, serta Kebun Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan Pertanian Universitas Gadjah Mada (KP4 UGM), yaitu kebun milik UGM yang berisi kebun, budidaya perikanan, dan peternakan. Setiap kali bersepeda bersama, anak-anak bisa mengunjungi KP4 UGM dan membeli susu perah segar setiap pagi.
Memasuki tahun 2016, kunjungan anak-anak semakin ramai. Tidak hanya dari Dusun Jagalan saja, namun di luar Dusun Jagalan. Alasan mereka adalah suka belajar di Guci Prestasi, tepatnya di depan Guci Prestasi yang berupa sawah. Mereka pun bisa melihat kereta api. Lambat laun, buku-buku mulai berdatangan dari para relawan dan mahasiswa yang hanya sekadar praktik dan observasi. Buku-buku di Rumah Belajar Guci Prestasi menumpuk semakin banyak.
Pada saat itu, pendiri Guci Prestasi mengikuti salah satu acara komunitas sosial yang ada di Jogja. Materi acara tersebut adalah berbicara mengenai Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Dari situlah muncul ide bagi pendiri Guci Prestasi untuk mengembangkan Rumah Belajar Guci Prestasi menjadi TBM Guci Prestasi. Dengan adanya TBM, jalinan komunitas Guci Prestasi bisa semakin luas. Manfaat yang didapatkan dengan adanya TBM adalah bisa menggandeng berbagai elemen yang ada di Dusun Jagalan, mulai dari anak-anak sampai lansia. Namun untuk sementara waktu, Guci Prestasi akan fokus terlebih dahulu ke anak-anak.
Satu tahun berjalan. Kegiatan anak-anak masih dilakukan setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 17.00 hingga selepas Isya. Kegiatan mereka adalah membaca buku cerita dan belajar bersama. Sesekali mereka juga bermain saat malam hari atau sekadar berkumpul dan mengobrol bersama. Visi yang diambil oleh Guci Prestasi adalah memberikan wadah atau tempat belajar bagi anak-anak supaya mereka gemar belajar.
Misi yang dibangun adalah pertama, meningkatkan kesadaran dan hobi akan belajar ilmu pengetahuan. Kedua, menumbuhkan kesenangan bermain dan belajar pada anak-anak agar lebih mampu mengolaborasikan ilmu yang didapat di sekolah formal melalui kegiatan nonformal. Dan ketiga, membangun moral dan karakter sopan santun yang baik, agar dapat diterapkan di masyarakat.
Pada suatu kegiatan di bulan Maret 2017, pengelola Guci Prestasi memutuskan untuk menjalin kerja sama dengan suatu lembaga untuk mengembangkan kegiatan selama 3 tahun. Tentunya tidak mudah dalam menjalin kerja sama ini. Melalui berbagai macam survei, pengajuan proposal, serta pembuatan matriks, pengelola menandatangani perjanjian kerja sama atau Memorandum of Understanding (MoU) untuk bulan Maret 2017 hingga akhir 2019. Perjanjian kerja sama ini dibuka dengan pentas seni anak dan mengundang beberapa tamu penting di Desa Tegaltirto.
Berbagai bentuk kegiatan yang dilakukan di TBM Guci Prestasi di antaranya, belajar bersama, play and learning, parenting atau pertemuan orang tua/wali, rintisan TBM, dan pendidikan karakter. Beberapa program tersebut dilakukan dengan harapan dapat membantu anak-anak di Dusun Jagalan dan sekitarnya untuk mampu bersosialisasi dengan teman sebaya, gemar belajar atau senang akan belajar, dan menyelamatkan anak-anak dari kecanduan media sosial seperti handphone.
Kegiatan tersebut dilakukan dalam jangka waktu tertentu atau jadwal-jadwal tertentu, menyesuaikan waktu anak-anak dan tentor, sehingga dibuatlah matrik kegiatan selama 1 tahun. Hal ini digunakan untuk mengagendakan kegiatan yang akan berlangsung. Kami mempunyai 3 tentor belajar yang kemudian membimbing anak-anak melalui proses perekrutan.
Dalam merintis dan mendirikan lembaga atau suatu kegiatan yang bernilai sosial seperti ini, tentunya tidak semua berjalan mulus. Ada berbagai hal yang juga menjadi penghambat dalam ketercapaian kegiatan. Salah satunya adalah tidak adanya dukungan dari beberapa masyarakat sekitar atau segelintir orang. Kala itu, lingkungan menjadi ramai karena banyaknya anak-anak. Ada beberapa warga yang mencoba menolak pelaksanaan kegiatan di Guci Prestasi karena terlalu ramai dan bising oleh suara anak-anak. Sampai suatu ketika, anak- anak Guci Prestasi dituduh mencorat-coret tembok rumah warga dengan cat tembok dan kuas. Dengan hati yang sabar dan komunikasi kekeluargaan, masalah itu dapat terselesaikan dengan baik. Sampai kini, warga mendukung penuh kegiatan yang ada di Guci Prestasi.
Ada hal yang semakin menarik, yaitu dimasukkannya Guci Prestasi sebagai rintisan TBM. Pendiri Guci Prestasi mempunyai harapan untuk ke depannya, Rumah Belajar Guci Prestasi tidak hanya digunakan sebagai tempat belajar. Namun juga mampu memberikan ruang baca bagi anak-anak maupun masyarakat yang hobi membaca dan berkegiatan sosial. Pada tahun 2017, terkadang pepatah mengatakan bahwa “Allah akan mempertemukan kita dengan orang-orang se-frekuensi”. Itu benar.
Pada akhir tahun 2017 hingga awal tahun 2018, saya masuk di salah satu forum yang ada di Jogja, yaitu Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Sleman dan Forum Taman Bacaan Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (FTBM DIY). Dari forum inilah jejaring mulai berkembang, banyak kenalan, dan tentunya ilmu baru yang dirasakan pendiri Rumah Belajar Guci Prestasi. Banyak gambaran dan ide yang mulai bermunculan untuk mengembangkan rintisan TBM yang dimiliki Rumah Belajar Guci Prestasi.
Hingga pada akhirnya berdatanganlah buku-buku bantuan dari teman seperti Padepokan Asa, Diva Press, mahasiswa, komunitas buku yang ada di Bandung, dan Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Banyak sekali perkembangan dan jejaring mengenai teman se-frekuensi yang didapatkan dari adanya FTBM. Tidak hanya sebatas ilmu pengetahuan dan update baru buku. Namun, segala kegiatan lain yang berhubungan dengan pemberdayaan melalui TBM. Ada beberapa kegiatan pelatihan, seminar, bedah buku, dan lain-lain.
Terdapat suka-duka juga dari banyaknya buku yang sudah ada di Rumah Belajar Guci Prestasi. Selain saking sukanya anak-anak terhadap buku, maka ada beberapa buku yang tidak kembali di tempatnya. Ada yang sobek, bahkan sampai salah satu halaman hilang. Namun tidak mengapa. Bagi pendiri dan para tentor, hingga selanjutnya kami menerapkan aturan untuk membaca buku hanya boleh di tempat dan kembalikan buku seperti semula. Apabila terlihat tidak rapi, maka kami memberikan sanksi kepada anak untuk merapikan buku seluruh rak penuh. Ternyata peraturan ini bisa juga diterapkan kepada anak-anak kelas 1 sampai dengan 6 SD.
Pada tahun 2018 sampai sekarang, Rumah Belajar Guci Prestasi tidak hanya dikenal sebagai rumah belajar, namun juga sebagai TBM. Buku yang dimiliki memang masih belum seberapa saat ini. Namun alhamdulillah, anak-anak sudah sangat bahagia apabila ada buku baru datang berkat bantuan dari luar. Program yang coba pendiri kembangkan yaitu TBM berkolaborasi dengan pembelajaran anak-anak. Pendiri mewajibkan membaca 5 menit sebelum belajar dimulai untuk kelas 1, 2, dan 3, serta membaca 15 menit untuk kelas 4, 5, dan 6. Memang, proses yang tidak mudah untuk menerapkan hobi membaca pada anak-anak. Namun, kegiatan ini pendiri tekankan pada tentor-tentor belajar untuk dibiasakan.
Pada pertengahan tahun 2017, Guci Prestasi diajukan dalam perlombaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) Kabupaten Sleman jalur masyarakat dan meraih juara 3. Pertengahan tahun 2018, mengikuti pemuda pelopor Kabupaten Sleman dan mendapatkan juara 2. Dari beberapa perlombaan tersebut jejaring yang didapatkan pun semakin luas dan memberikan dampak yang sangat positif untuk Guci Prestasi.
Atika Hani Listyati. Lahir di Sleman pada 22 Januari 1994. Mengelola TBM Guci Prestasi sejak tahun 2015. Saat ini sibuk sebagai wanita yang sedang menghilangkan insomnia. Tahun 2018 lalu memenangkan juara 2 Pemuda Pelopor Bidang Pendidikan Kabupaten Sleman. Penulis bisa dihubungi lewat WhatsApp: 08132877068.