Oleh. Irzan

Literasi Digital. Pilar ke empat dari enam literasi dasar itu adalah hal yang juga penting dibicarakan di masyarakat, selain lima pilar literasi dasar lainnya, kegelisahan yang sering menjumpai para pegiat literasi, adalah literasi digital, lalu menjadi hal yang menghawatirkan. Literasi digital tidak hanya membicarakan aplikasi-aplikasi yang dibuat oleh programmer atau hal-hal yang canggih mengenai digital. Ada hal mendasar yang perlu diketahui oleh masyarakat, yaitu: bagaimana menjadi masyarakat yang bijak bermedia sosial, mampu melindungi data pribadi di dunia digital dan mampu mengetahui mana berita bohong dan mana berita benar. Validasi infromasi di era digital itu sangat penting.

Suatu hari saya bertemu kawan dalam sebuah acara

Kak Andi Riski namanya, menjadi narasumber waktu itu yang membawakan topik Literasi Digital, materi dasar mengenai Literasi Digital, seperti apa yang saya uraikan di atas. Lalu obrolan kami berlanjut setelah acara tersebut selesai, kegelisahan saya sedikit terbayarkan dengan bertambahnya kapasitas saya sebagai pegiat Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Tentu akan menjadi bekal pengetahuan untuk proses meningkatkan literasi di masyarakat. Obrolan kami makin menarik, sampai kami pun merencanakan untuk melanjutkan edukasi Literasi Digital ini sampai ke masyarakat, Yaitu, membuat kegiatan di TBM, Walau pun kegiatan yang kami rencanakan lama baru terwujud, itu hal bisasa terjadi, karena TBM Tata Vuri hanya mengandalkan kolaborasi, heheheh…
Menyicil satu persatu ide di kepala.

Sabtu tgl 19 November 2022, pukul 16.00-17.30 WITA, di TBM Sou mPombaca Tata Vuri, Palu. Kami berkegiatan, Sosialisasi Literasi Digital dengan tema “Lawan Hoaks & Lindungi Keamanan di Dunia Digital. Dengan Narasumber: Andi Rizky Hardiansyah (JaWAra Internet Sehat), Nur Rina Maskayanti (JaWAra Internet Sehat) dan di moderatori oleh Musfira Safari (JaWAra Internet Sehat). Program ini merupakan kerja sama antara Kementerian Kominfo, WhatsApp, dan ICT Watch, yang diluncurkan pada Selasa (05/10/2021). Program ini menyasar kaum muda, sebagai upaya menggerakkan akar rumput terutama generasi muda untuk mengatasi masalah soal hoaks, khususnya di pelosok Indonesia. “Selama pandemi, kami melihat percepatan penyebaran misinformasi dan tantangan privasi digital. Hal ini sangat mempengaruhi ketahanan digital nasional yang dapat mengakibatkan kerusuhan sosial, konflik politik, serta kerugian ekonomi. Di sisi lain, kami percaya kekuatan kultural, kedekatan masyarakat, dan keunikan adalah kunci keberhasilan untuk program-program pemberantasan hoaks di Indonesia,” ungkap Tenaga Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika Devie Rahmawati, dikutip dari akurat.co, Selasa (05/10/2021).

Kegiatan sore itu melibatkan: Lurah Tipo, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Tipo, Risma Mesjid Al-Hidayah Tipo, Guru SD Inpres Tipo, Mahasiswa KKN UIN Datokarama Palu dan masyarakat setempat di sekitaran TBM Tata Vuri. Bapak/Ibu, rekan-rekan semua, pernah dapat pesan masuk di WhatsApp atau SMS, “Selamat anda mendapatkan hadiah paket data dari Kominfo, silakan klik link tersebut dan bagikan 5 grup WhatsApp mu. Ada yang pernah? Pernah…serentak suara peseta, mejawab!


(Foto Tata Vuri)

Pertanyaan itu menjadi pembuka kak Andi Rizky sebelum memulai obrolan. Lalu slide demi slide ditampilkan, di tengah-tengah sesi, kak Andi Rizki memperlihatkan video dongeng dari Kak Indrid (Kumunitas Kampung Dongeng Palu) mengenai bagaimana melawan hoaks dan melindungi keamanan data diri di dunia digital. Kak Andi Rizki juga mengatakan, sebelum kita membagikan berita di media social, harus baca terlebih dahulu, jangan langsung dibagikan, dan jangan pernah langsung mengisi data pribadi apabila diminta untuk mengisi, pastikan dulu berita itu betul atau tidak. Tentu boleh membagikan berita asal berita-berita yang positif, resep makakan semisal, tapi ingat, harus dibaca dulu. Kak Rina melanjutkan topik kedua, menyoal bagaimana membedakan berita palsu atau benar, pertama: perhatikan berita yang dibagikan di WhatsApp, lihat tanda panah yang mengarah ke kanan dipesan yang dibagikan, kalau tanda panahnya jamak, berarti pesan itu sudah berkali-kali dibagikan, dan perhatikan tgl terbitnya. Biasanya ciri-cirinya seperti itu, apalagi ada link yang ekornya tidak jelas. Nah Bapak/Ibu jangan langsung dibagikan, kalau pun itu palsu, cukup sampai di kita saja. Di akhir pertemuan, Pak Syahid (50-an tahun) seorang Kepala Sekolah SMP, menanggapi topik yang dibicarakan, kegiatan ini sangat mengedukasi, masyarakat harus teredukasi agar terhindar dari konflik dan tidak mudah tertipu. Saya merasa beruntung bisa hadir di sini, jadi lebih tau banyak soal literasi digital. Literasi sangat penting, apalagi literasi digital. Dulu ada pepatah mengatakan kalau lidah lebih tajam dari pisau, tapi sekarang ada pepatah baru di era digital ini, jari lebih tajam dari pisau. Berharap Lima pilar lainnya: Literasi Baca Tulis, Numerasi, Sains, Finansial, budaya dan Kewargaan terus dibicakan di masyarakat.