Pagi hari Ka Hani mengajar PAUD. Tidak kaget lagi perempuan muda ini di PAUD dipanggil dengan sebutan bunda. Kakak satu ini sudah memiliki rutinitas untuk mengajar yang identik lucu dan cantik. Apalagi suara yang keras dan tegas tetapi itu membuat anak didiknya nurut sama dia. Ditambah lagi Ka Hani seorang pendongeng.

 

“Ayo, sudah berani berbohong sama Bunda ya. Katanya tadi tidak bawa uang saku”. Tegur Ka Hani pada anak didiknya.

Ka Hani kecewa sama didiknya yang sudah bohong pada dia. Anak didiknya pada berlari sambil memegang jajanan. Ka Hani langsung menarik jajanan mereka. PAUD Wadas Kelir memang tidak diperbolehkan untuk jajan di luar. Apalagi di PAUD Wadas Kelir ada program literasi dan makanan sehat. Saya yang kebetulan di sampingnya ikut elus-elus dada.

Saya bisa memaklumi mereka masih anak-anak. Namun bila tidak dicegah dari sekarang akan berbahaya untuk karakter anak. Seperti halnya anak suka berbohong, mencuri, membuang sampah pada tempatnya dan lain sebagainya. Mereka sudah mengetahui bahwa tindak tersebut adalah tindakan tercela. Tapi mereka masih saja melakukan hal tercela tesebut.

Ka hani pun masuk ke dalam kelas. Anak-anak melihat buku dalam genggamannya. Mereka pun langsung mengerubungi Ka Hani. Kelas memang tak pernah sepi semenjak ada agenda membacakan buku.Ka Hani membacakan buku tentang kejujuran. Belajar dari kejadian tadi langsung mengambil tindakan secara cepat.

“Sudah paham kan? Mulai sekarang jangan ada yang berbohong lagi. Berbohong adalah perbuatan yang tidak baik. Jadi tidak boleh berbohong”. Terang Ka Hani setelah selesai membaca.

Pelajaran pun telah usai. Satu per satu anak bersalaman untuk berpamitan dengan Ka Hani. Namun ada salah satu anak yang Ka Hani cegat. Dengan pelukan Ka Hani mengembalikan jajan yang tadi dia sita. Anak tersebut menangis karena merasa bersalah.

“Bunda minta maaf yah. Kan sudah diberitahu kalau sekolah tidak boleh jajan. Apalagi sudah bunda siapkan makanan sehat untuk kamu. Dan juga jangan berbuat bohong lagi”. Ucapan maaf yang hangat mengiringi perpisahan mereka berdua untuk hari ini.

Anak itu berjalan pelan. Tangan masih mengelap sisa-sisa air mata.

Ya benar juga apa yang dilakukan Ka Hani untuk menciptakan karakter sejak dini. Bila dibiarkan akan berbahaya dan menjadi kebiasaan hingga dewasa nanti. Pendekatan yang dilakukan Ka Hani sangat menarik sekali. Dengan teguran dilanjutkan literasi dan ucapan maaf setelah menghukum.

Kalau kita bertanya kepada seorang anak SD “Berbohong itu dosa atau tidak?”. Pasti 100% menjawab dosa. Jadi sebenarnya secara kognitif mereka sudah mengetahui antara perbuat terpuji dan perbuatan tercela. Berarti yang perlu ditanyakan ialah kenapa anak-anak masih melakukan perbuatan tercela. Inilah literasi tak cukup di sini. Perlu ada sentuhan langsung dari literasi sosok, literasi lingkungan dan literasi agama.

Tindakan seperti halnya fenomena di Indonesia saat ini. Sepertinya halnya hutan lindung yang perlu kita lindungi malah dijadikan untuk proyek pembangkit listrik. Mayoritas orang pintar tahu seperti dosen, profesor, peneliti dan sebagainya bahwasanya dampak tersebut cukup berbahaya. Longsor dan banjir bisa terjadi kapanpun. Akan tetapi aksi mereka saat ini masih diam dan hanya baru sampai tutur secara teoritis. Inilah perlu aksi literasi untuk beraksi secara action pada psikomotor dalam mengatasi permasalahan tersebut.[]