Waktu telah menunjukkan pukul 7 malam. Bergegas barang – barang kami kemasi, memastikan tak ada yang tertinggal. Dan ternyata, lebih banyak dari yang dibawa saat keberangkatan. Tas ransel, goody bag di tangan kanan dan kiri, serta seperangkat x-banner yang cukup panjang.

Dengan tergesa kami turun menuju lobi, beserta barang bawaan yang cukup berat. Langsung terasa regangan di bahu kanan, bahu kiri, lengan kanan dan lengan kiri. Beban ini cukup berat, seperti amanah yang harus kami jalankan. Sebagai seorang panglima.

Saat sampai di lobi, ada kabar tiket habis. Setelah sebelumnya tersedia cukup kursi banyak. Keraguan mulai melanda, tak dipedulikan perut kami yang cukup lapar karena tak sempat makan malam. Khawatir tak sampai di stasiun tepat waktu.

Ah leganya, ternyata masih ada harapan. Segera kami pesan kendaraan menuju stasiun. Jam dinding terus berdetak. Sudah terbayang macetnya jalanan ibukota. Kalaulah sampai tak ada kereta untuk kami, haruskah kami kembali ke hotel? Itu jalan terakhir yang ada di pikiran kami.

Setelah penantian yang cukup panjang, akhirnya datanglah jemputan kami. Fyuhh, kelegaan pertama kami rasakan bagai air pelepas dahaga di gurun sahara. Dalam perjalanan, kami sempatkan berbincang sejenak. Menghibur diri, merajut mimpi.

Tak memakan waktu cukup lama, sampailah kami di stasiun. Kami berputar mencari loket pembelian tiket, beban di badan makin terasa. Akhirnya kami putuskan melepas sejenak beban itu. Bagi tugas, ada yang berjaga dan ada yang berburu tiket kepulangan.

Dapat. Waktu telah menujukkan tepat keberangkatan. Penumpang kereta yang akan kami tumpangi sudah dipanggil. Tiba – tiba kami dapatkan kekuatan super untuk segera tiba di pintu kereta. Kami berlarian, melewati keramaian menuju lantai selanjutnya.

Olala, tak kami sadari ada barang yang tercecer jatuh. Untunglah ada yang berbaik hati ingatkan kami. Tertinggallah saya di bawah untuk mengambilnya. Cepat cepat cepat. Sampailah saya bersama kawan yang akhirnya berhenti menanti sejenak.

Tak sempat kami tengok di gerbong mana tempat kami. Tiket segera ditunjukkan pada petugas. Ternyata kami berada di gerbong terakhir. Masih dalam pelarian, gerbong kereta terasa begitu panjang. Jauuuhh kami harus mencapainya. Sesekali kami berhenti satu dua detik untuk mengurangi tegangan di seluruh badan kami.

Pintu ajaib itu akhirnya ada di depan mata. Hup ! Segera kami memasukinya. Belum sampai di kursi yang dituju, lelah ini runtuh. Tak sanggup lagi, kami letakkan semua beban. Untunglah gerbong sepi, berasa memang hanya untuk kami saja.

Kami tertawa bersama, beginikah rasanya menjadi panglima? Perjalanan kami masih panjang. Dengan beban amanah yang diberikan di pundak kami. Perjuangan seorang panglima yang berintegritas dan literat, kami awali dengan berada di kereta tepat waktu. Alhamdulillah

#taliintegritas #aksikita #lawankorupsi