Judul: Hello, Habits
Penulis: Fumia Sasaki
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 2021
Tebal: 309 halaman

Salah satu konsep penting yang dibahas dalam buku Hello, Habits yang ditulis oleh Fumia Sasaki adalah creaturer habits yang diungkapkan oleh Haruki Murakami. Konsep ini terkait dengan tugas penting kita sebagai manusia adalah menciptakan kebiasaan, yaitu kemampuan dalam menciptakan dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan terus-menerus setiap harinya.

Dari dasar inilah, Fumia Sasaki kemudian mengungkapkan gagasan, hasil penelitian, dan praktik pengalamannya terkait dengan menciptakan kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukannya. Kebiasaan baik yang dibahas adalah kebiasaan baik sering kita anggap tidak penting dan sepele, misalnya, selalu merapikan rumah.

Namun dari sinilah, buku ini mengupas kebiasaan sederhana yang sering kita anggap biasa itu dari mekanisme kinerjanya. Ternyata setiap kebiasaan sederhana yang dilakukan secara berkelanjutan melibatkan kinerja yang kompleks atas berbagai aspek kepribadian kita, misalnya aspek psikologi, neurosains, pendidikan, hingga sosial budaya.

Dengan kompleksitas inilah, kebiasaan bekerja pertama dari ranah tekad kuat seseorang. Namun, tekad yang kuat tidak cukup menjamin kebiasaan bisa bekerja dengan sendirinya. Di sini kita sering menjumpai kenyataan orang-orang yang di awal bulan atau tahun, selalu bertekad kuat untuk menciptakan kebiasaan baik. Namun kenyataannya, seiring dengan berlalunya hari, tekad kuat itu tidak cukup untuk mempraktikkan kebiasaan baik. Buktinya, banyak orang yang bertekad dan banyak pula yang gagal. Mereka terjebak kembali dalam kebiasaan buruknya sehingga kebiasaan baik yang diimpikan pun punah.

Dari sinilah, kebiasaan baik tidak soal tekad yang kuat, tetapi juga terkait kinerja saraf, psikologis, dan lingkungan yang kita ciptakan sendiri. Sistem saraf harus dikondisikan dengan baik oleh emosi dan lingkungan. Pengendalian emosi ini tentu membutuhkan usaha kita dalam menghadirkan sistem yang tenang untuk meredam gejolak emosi yang suka ramai dan menghendaki kesenangan sesaat.

Kebiasaan pun kemudian bekerja dalam ruang mekanisme personal kita yang tentu saja harus didukung oleh penciptaan lingkungan yang baik. Pengelolaan lingkungan ini akan membuat kita bisa menjalankan mekanisme rancangan kebiasaan baik yang telah diimpikannya.

Di sini Fumia Sasaki menggambarkan usahanya dalam membiasakan lari pagi setiap hari dan menghilangkan kecanduan minuman keras. Untuk mewujudkan kebiasaan baiknya, Fumia Sasaki harus berjuang menaklukkan emosi yang heboh dan lingkungan sekitar yang sering mengganggu. Setelah itu, baru membuat catatan harian, kegiatan rutin, dan usaha dalam mempertahankannya secara kontinu. Dari kerja kompleks inilah Fumia Sasaki bisa mewujudkan kebiasaan lari dan tidak kecanduan minuman keras lagi.

Dengan eksperimennya inilah, kemudian buku ini menyajikan bahasan 50 cara membangun kebiasaan baik. Cara-cara yang akan memberikan pemahaman penting tentang berbagai perbuatan yang bisa dilakukan dalam menciptakan kebiasaan baik ini.

Di sini kita bisa melihat dua keistimewaan buku Fumia Sasaki ini: pertama, buku ini menyajikan bahasan konseptual yang disampaikan dengan bahasa yang ringan tentang kebiasaan baik. Kedua, bahasan tentang praktik baik yang diformulasikan dalam 50 langkah membangun kebiasaan baik.

Ini artinya, dalam buku ini, selain membahas kinerja kebiasaan baik yang kompleks, juga membahas langkah praktisnya. Dari sini, buku ini bisa dibaca siapapun yang sedang berusaha menciptakan kebiasaan-kebiasaan baik dalam hidupnya.

Infokom Litbang Forum TBM