Gerakan literasi bukan hanya tentang buku-buku, tapi bagaimana menumbuhkan gerakan literasi dari hati agar buku-buku itu dapat dibaca dan bermanfaat untuk masyarakat

Gerakan literasi yang hari ini begitu “seksi” dalam setiap perbicangan seperti ingin mengatakan jika betapa pentingnya literasi  bagi sebuah bangsa.  Kegiatan-kegiatan literasi yang seolah menjadi  “seksi” diperbincangkan oleh berbagai indtansi, perusahaan swasta bahkan masyarakat biasa banyak terlibat dalam kegiatan literasi.

Ramainya kegiatan yang bertajuk literasi tiada lain adalah bagian dari upaya pemerintah yang mendorong para pegiat literasi dalam hal ini komunitas-komunitas literasi seperti FTBM, Pustaka Bergerak Rumah Baca dan bahkan pegiat literasi di sekolah dan kampus.

Taman Bacaan Masyarakat, seolah menjadi gaya baru dalam berkegiatan, orang-orang berlomba untuk membuat Taman Bacaan Masyarakat, semoga bukan hanya sebuah hegemoni semata, tapi  merupakan buah dari kesadaran tentang pentingnya literasi, kesadaran literasi dari hati.

Pemerintah telah mencanangkan pengiriman buku gratis setiap tanggal tujuh belas setiap bulannya menjadi angin segar bagi pegiat literasi yang masih merasa sangat penting untuk dapat menyalurkan buku ke seluruh peloksok Indonesia.

Dari hati saya, saya mau bertanya kepada diri saya sendiri, dan akan saya jawab sendiri

Benarkah buku-buku itu penting untuk kegiatan literasi dasar?

Jawabannya penting, penting banget, tapi tidak penting banget, yang saya rasakan di TBM Saung Huma yang anak-anaknya masih harus direspon untuk membaca maka buku hanya menjadi bagian kecil dari aktivias anak-anak, mereka belum merasa butuh terhadap buku, yang harus dipikirkan justru skema dan cara agar anak-anak mau datang dan berkegiatan yang kita arahkan yang tujuan akhirnya buku menjadi sesuatu yang penting untuk kegiatan literasi.

Bagi daerah atau tempat yang kesadarannya sudah meningkat terhadap akses buku, maka buku menjadi sangat penting. Karena memang anak-anak datang khusus untuk membaca buku, maka buku menjadi sangat penting.

Mari kita lihat kegiatan di TBM Kita apakah buku-buku itu masih tersimpan begitu saja? Anak-anak yang datang sebenarnya bukan untuk membaca buku? Buku yang kita sediakan sudah habis dibaca oleh mereka dan oleh kita secara berkala? Berapa resensi yang dapat dibuat dari buku-buku yang terpajang di lemari buku kita? Jika sudah terjawab, kita harus menyadari mungkin ada yang harus kita lakukan untuk menciptakan kesadaran kepada kita dan lingkungan sekitar untuk menjadikan buku sebagai sebuah kesdaran.

Distribusi buku harus tetap dilakukan karena buku adalah modal utama berliterasi, sambil kita terus mencari formula agar kesadaran berliterasi itu lahir dari hati sehingga buku-buku yang ada di TBM kita dapat dimanfaatkan, dibaca dan lebih baik lagi menjadi sesuatu yang berguna untuk kehidupan, karena literasi tujuannya adalah kecakapan hidup itu sendiri.

Jangan-jangan kita sendiri sebagai pengeloloa TBM belum pernah dan belum ada usaha untuk membaca buku-buku yang tersimpan di rak buku itu?

Ayo terus donasikan buku, terus bagi buku ke peloksok Indonesia agar anak-anak dapat akses buku yang bagus, sambil terus mencari fomula untuk terus meningkatkan kesdaran kepada masyarakat bahwa buku menjadi sangat penting untuk dibaca bukan hanya untuk disimpan dan dipajang.

Nikmatilah keseksian literasi ini sambil terus berupaya agar gerakan literasi benar-benar dapat memberikan efek yang besar terhadap masyarakat dari buku yang dibaca seperti yang akan menjadi agenda pemerintah dengan menggagas literasi kesejahteraan.

Literasi bukan hanya soal buku-buku, buku-buku dapat terbaca jika masyarakatnya telah sadar berliterasi, maka kesadaran berliterasi itu yang akan menjadikan literasi selalu dihati.

Adapun kegiatan melapak buku-buku ditempat umum saya pikir itu adalah sebuah upaya agar masyarakat dapat mengakses bacaan dengan mudah dan bagian dari upaya penyadaran masyarakat dan kita semua tentang pentingnya membaca buku. Upaya-upaya literasi harus selalu diusahakan agar literasi dapat lahir dari hati dan selalu dihati, juga dapat memberikan manfaat besar bagi yang konsisten melaksanakannya.

*Munawir Syahidi, adalah pengelola TBM Saung Huma di Kabupaten Pandeglang-Banten