Moh. Syaiful Bahri*
Ini kali pertama saya mengikuti kegiatan Siberkreasi Netizen Fair (SNF) yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, di mana kegiatan yang dilaksanakan secara hybrid telah mampu menarik anak-anak muda, terutama mereka yang ingin bertemu para narasumber idolanya.
Ada banyak acara yang bisa diikuti selama kegiatan puncak selebrasi literasi digital yang di dalamnya meliputi talkshow, workshop, dan hiburan untuk seluruh warganet Indonesia. SNF pertama kali diadakan pada tahun 2017 dengan serangkaian kegiatan yang dihadiri oleh 10.000 orang. Duduk bersama teman-teman dari Forum Taman Bacaam Masyarakat, pegiat literasi dan penggerak TBM di Jogja menjadi bagian penting. Sambil berkenalan dengan orang-orang di sebelah dari beberapa komunitas dan universitas.
Acara yang bertempat di Hotel Grand Inna Malioboro, Yogyakarta pada Sabtu, 10 Desember 2022. Bukan saja melihat dan menyimak sejauh mana dunia digital hari ini ikut serta menjadi dunia baru bagi manusia. Ada ruang-ruang yang sebelumnya tidak dibayangkan dan barangkali kita kaget hari ini. Salah satu misal, interaksi sosial yang biasa dilakukan di dunia nyata beralih ke ruang virtual. Dan, tentu masuk dalam dunia baru bukan perkara mudah.
Oleh karena itu, tepat kiranya tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kecakapan digital masyarakat serta mendorong kolaborasi multistakeholders untuk literasi digital dalam rangka menciptakan ekosistem digital yang cerdas, positif, kreatif, produktif, dan bertanggungjawab dalam memanfaatkan ruang digital.
OOTD sesi 6 dengan tema “Problem Generasi Z di Media Sosial (Mental health, Toxic, etc”, yang dipandu Iwan Setiawan mampu memberikan hentakan kepada peserta. “Tanpa mental health yang bagus, anak-anak muda sedang dalam bahaya”. Begitu kata Iwan. Memang benar, anak-anak muda dan mereka yang menyandang status Generasi Z memiliki kecenderung lebih banyak hidup di dunia maya. Dunia yang kata F Budi Hardiman ‘dunia antara’, baik yang korporeal atau maya. Nyaris kabur antara keduanya.
Lebih jauh, Ndoro Kakung, Dewan Penasihat Siberkreasi menyampaikan tentang pola hidup anak muda yang cukup jauh perbedaannya dengan generasinya. Yang mana anak-anak muda sekarang lebih ekspresif, punya kebiasaan yang tidak bisa ditebak dan lebih-lebih selalu ingin sama dengan yang lain. Butuh pengakuan diri. Tapi, di sini lain meraka berada di posisi living in the moment dan juga selalu kehilangan momentum saat healing ke tempat-tempat wisata.
Bahkan, Marcella Zalianty, narasumber yang menyatakan sebagai ibu rumah tangga membentangkan pengalaman mengasuh anak yang memiliki kebiasaan berada di ruang virtual. “Ini PR bagi kita semua, jangan sampai anak-anak kita lebih mengenal dunia maya ketimbang kita dan dirinya sendiri”. Begitu ujarnya, sambil direspon baik para audien. Butuh kerja ekstra dan bijak dalam bermedia, jika tidak kita harus siap–siap terjerumus pada toxic.
American Psychological Association, menemukan satu fenomena unik tentang Gen Z, di mana Gen Z menghadapi banyak penyebab stres yang sama seperti generasi sebelumnya. Namun, mereka mungkin mengalami versi yang lebih intens, terutama mengingat banyaknya berita dan media sosial. Generasi yang tumbuh dewasa di era media sosial. Di satu sisi, hal ini memudahkan komunikasi dengan banyak orang, dan mendekatkan yang jauh. Namun, di sisi lain, dampak negatifnya cukup signifikan bagi kesehatan mental mereka.
Hadir juga Neraca Cinta Dzilhaq dari Riliv, ia mewakili anak-anak muda di zamannya. Di mana problem anak-anak muda hari ini adalah tentang kehidupan rumah tangga, kesepian (cinta) dan kecemasan bila tidak dijadikan idola sama followersnya. Persoalan-persoalan semacam ini sering dijumpai di ruang virtual. Anak-anak muda lebih suka menjadi sosial media mereka ruang berbagi, dan mengutarakan isi hati. Menarik bukan. Dan, satu hal yang saya pelajari dari kegiatan yang digelar sejak pukul 13.00 sampai 21.00 WIB, bahwa perlu literasi digital yang kuat untuk membangun kehidupan virtual yang baik.
Maka, rumah virtual perlu dirawat, jika perlu ditanami dengan konten-konten baik, supaya kelak bisa memetik buah yanv baik pula. Kira-kira begitu.
*Pengurus Forum TBM DIY