Film Makmum 2 tengah tayang di bioskop Indonesia, dan karena saya sedang senang menonton film garapan sineas Indonesia, maka saya pun menontonnya. Tapi, sayangnya, saya tidak menonton Makmum yang pertama. Jadi, saya tidak punya referensi memahami keterkaitan Makmum 2 dengan Makmum 1. Sadar hal ini, saya pun hanya ingin ungkapkan hal-hal yang saya dapat di Makmum 2 saja.
Tentu saja, Makmum 2 ini masuk dalam kategori film yang menjual sisi ketakutakan, yang di satu sisi digemari, tetapi juga di sisi lain ditakuti. Tepatnya, menggemari ketakutan diri sendiri. Film Makmum 2 ini pun sama dengan film-film hantu lainnya, yaitu membangun narasi ketegangan dengan kehadiran hantu yang tiba-tiba datang dengan sosok mengagetkan dan menakutkan, yang langsung membuat penontonnya menjerit takut dan setelahnya tertawa seperti kehidupan kita sendiri yang takut pada kenyataan yang belum kita temui, tapi setelah tahu kenyataannya, maka kita akan terawa. Hidup serasa selalu senang mentertawakan ketakutan sendiri.
Ketegangan-ketegangan dalam Film Makmum 2 ini bermula dari sholat Rini yang selalui dimakmumi hantu. Ketegangan yang berhasil membuat penoton menjerit kaget dan takut, tetapi kemudian tertawa lepas. Dari hantu yang selalu menjadi makmum Rini inilah, kemudian keseruan hantu-hantu yang muncul berkembang kepada penelusuran asal mula hantu itu. Model ini tentu sama dengan film-film hantu lainnya. Setiap hantu yang muncul selalu ada sebabnya, dan selalu, sebabnya bermuara dari ulah manusia.
Dari sini kita tahu, misteri film hantu substansinya adalah melacak sumber kemunculan hantu itu. Dari sumber itulah, maka hantu bisa dihilangkan dan dimusnahkan dengan perantara sosok hebat (beragama) dan tokoh utama yang mengatasi persoalan sumber utama atas kemunculan hantu itu. Nah, mulai dari sinilah, kita akan bisa melihat keistimewaan Makmum 2 dibanding film hantu-hantu lainnya.
Film hantu lain lebih cenderung memosisikan kemunculan hantu karena balas dendam antara satu tokoh dengan tokoh lainnya. Hantu pun menjadi perwujudan penuntutan ketidakadilan atas kematian tokoh. Tokoh yang menjadi hantu muncul karena ingin mencari kebenaran dan keadilan dengan cara menteror dan meminta tolong pada tokoh utamanya. Misalnya, karena korban penyiksaan, pemerkosaan, ketidakadilan, dan kekerasan lainnya, maka orang yang meninggal menjadi korban lalu bertransformasi menjadi hantu yang menuntut keadilan agar kematiannya menjadi layak atau menuntut kematian tokoh telah berbuat jahat.
Namun, dalam Makmum 2 tidak menyajikan balas dendam dalam ketidakadilan kemanusiaan. Makmum 2 menyajikan ketidakadilan atas lingkungan. Sumber muaranya hantu dalam Makmum 2 adalah eksploitasi masyarakat atas lingkungan. Apapun alasannya, menebang pohon-pohon tua dan keramat, yang merupakan representasi nenek moyang, adalah tindakan yang tidak bisa dibenarkan. Dalam Makmum 2, penebangan pohon dilakukan karena ingin membangun Masjid baru. Akibat penebangan pohon itulah, hantu dalam Makmum 2 datang menteror Rini dan masyarakat, bahkan sampai menyandera anak-anak.
Dari sinilah, konflik antara masyarakat dengan hantu berkembang dan sampai ke puncak konfliknya. Saat sedang menyaksikan konflik itulah saya penasaran dan mengajukan pertanyaan: bagaimana sutradara film ini menyelesaikan konflik ini? Apakah tokoh agama dengan doa-doanya akan dengan mudah mengalahkan hantu? Ternyata tidak. Di situ saya merasa senang karena film ini jadi berbeda dengan film-film hantu lainnya. Terus penyelesaian konfliknya seperti apa?
Ya, doa-doa tidak cukup kuat untuk mengalahkan hantu. Doa-doa bekerja dengan baik saat sumber muasal hantu itu diatasi. Caranya? Dengan kehadiran sosok penjaga kampung yang mistis dan kuno yang datang mengatasi konflik dengan menanam kembali dua pohon sakral yang telah ditebang. Melalui kedua pohon yang ditanam itulah, hantu kembali ke rumah asalnya. Pohon adalah rumah hantu yang telah terusik. Setelah konflik usai Fim Makmus 2 kemudian menarasikan bahwa mahluk dalam dimensi lain itu sudah lama hidup berdampingan dengan kita. Jangan ganggu keberadaannya jika kita tidak ingin diganggu. Keberadaan mahluk lain itu menyatu dalam pepohonan yang ada di sekeliling kita. Merawat pepohonan dengan baik sama halnya menjaga harmonisasi hidup.
Inilah yang membuat saya tersenyum usai menonton film Makmum 2 ini. Setidaknya, saya telah dikecewakan dengan anggapan kalau film hantu dalam Makmum 2 ini tidak membawa sisi yang baru dan berdampak baik pada kehidupan. Tapi ternyata saya salah, dan salah tebak saya membuat saya tidak menyesal menonton film Makmuam 2. Setidaknya, dengan menoton film Makmum 2 ini saya mendapatkan narasi hantu dalam konteks lingkungan. Narasi yang mengajak kita semua untuk mau menjaga pepohonan dengan baik, menjaga lingkungan dengan baik karena salah satu rumah “hantu” yang harus kita jaga adalah pepohonan.
Litbang Forum TBM