Belum juga sampai di tempat duduk anak-anak langsung melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang berderet” ka hari ini sekolahnya mau ngapain?”, “yang asik ya”, “ yang ada lari-lariannya, jangan seperti kemarin, ga enak”. Dan saya hanya membalas dengan senyuman dan merangkul mereka menuju bangku tempat duduk.

Sekolah Literasi, sebagai kegiatan belajar sore di Wadas Kelir yang rutin dilakukan setiap hari Kamis sampai Minggu pukul 16.00-17.00 yang diikuti oleh anak-anak mulai dari jenjang PAUD hingga Remaja, tutornya sendiri dari para relawan. Kelas dibagi menjadi tiga, yaitu kelas anak-anak PAUD, kelas anak-anak SD, dan kelas Remaja. Dikelas ini anak-anak bukan diminta untuk datang,duduk dan mendengarkan seperti halnya disekolahan mereka. Disini anak-anak akan belajar, bermain, berseni dan berkreatifitas dengan hal-hal yang ada di sekelilingnya. Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran bagaikan air laut, pasang dan surut. Jika cuaca bersahabat, jumlah anak yang datang Sekolah Literasi keseluruhan bisa mencapai 40, dan jika cuaca kurang bersahabat ya begitulah sudah bisa di tebak berapa jumlahnya yang datang. Pernah beberapa waktu 2 anak yang berangkat dan bahkan pernah hanya 1, tapi tutor tetap mengajar dan tetap setia menunggu anak-anak datang apapun kondisinya dan berapapun jumlahnya.

Pembelajaran kali ini saya ditunjuk sebagai tutor PAUD dadakan, dan ternyata digabung juga dengan SD. Itu mengapa saya tadi hanya tersenyum sebagai jawaban atas deretan pertanyaan mereka, ya karena saya masih belum terpikirkan akan mengisi dengan pembelajaran apa.  Seperti biasanya, pembelajaran dibuka dengan do’a dan dilanjutkan untuk Read a Load. Setelah read a load, ternyata saya terinspirasi dari isi buku yang dibacakan tadi. Jalan-jalan. Kali ini jumlah anak SD yang datang lebih banyak dibandingkan anak PAUD, jadi kami akan berpetualang kata ala pustakawan kecil.

“Jalan-jalan sore yuk” ajak saya, “laah, tidak mau kak, maunya yang lari-lari saja, petak umpet atau main gobak sodor saja!” jawab salah satu dari mereka, dan yang lainnya menyetujui saja dengan pendapat anak tadi. Wah, saya harus membuat hal yang membuat mereka setuju dengan ide saya. Dengan jurus hadiah mereka langsung mau. Anak-anak yang SD saya minta untuk memegang selembar kertas dan alat tulis, dan untuk yang PAUD hanya dengan tangan kosong. Perjalanan kami mulai dari PBM(Pusat Belajar Masyarakat) dan akan kami akhiri di Taman Baca Masyarakat Wadas Kelir, dengan jarak ±100 M. Sebelum memuai berpetualang, anak-anak diberi peraturan dan persyaratan permainan, permainan kali ini adalah petualang kata, anak-anak akan mengumpulkan kata benda sebanyak-banyaknya yang mereka jumpai sepanjang perjalanan, untuk yang usia SD mereka akan menuliskannya di kertas, untuk yang PAUD akan dituliskan oleh tutor dan mereka hany dimintai dan diberi arahan untuk menyebutkan nama benda yang dilihatnya. Bagi anak yang terbanyak mengumpulkan kata akan mendapatkan hadiah. Dari sinilah mereka sangat bersemangat dan menyibukkan diri mereka untuk mengumpulkan kata. Perbendaharaan kata anak akan diasah disini. Buku sebagai hal yang sangat berpengaruh terhadap perbendaharaan kata anak, seberapa banyak pengetahuan yang mereka dapatkan terhadap kosakata yang mereka dapatkan dari buku, akan mempengaruhi perjalanan petualang kata kali ini. Mata mereka hanya terbelalak memandangi sekitarnya dan dan langsung dengan cepat merek tuliskan apa yang mereka ketahui, sesekali mereka bertanya karena tidak mengetahui namanya dan itu menjadi kosakata yang baru bagi mereka.

“Kak, besok seperti ini lagi ya, asik ga cape.” (Cesilia Prawening Relawan Pustaka Wadas Kelir, Mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini IAIN Purwokerto)