Peradaban sebuah kota, dibangun, bukan hanya di atas sendi ekonomi, apalagi di atas panji-panji-panji politik. Dengan demikian, kemajuan suatu kota dan bangsa, tidak melulu menjadikan ekonomi dan politik, sebagai tolak ukur. Bahkan, apabila sebuah kota menjadikan ekonomi menjadi sandaran utama pembangunannya, jika terjadi krisis keuangan, ia akan akan mudah rubuh. Apabila sebuah kota mengalami huru-hara politik, ia akan gampang mangkrak. Artinya, bukankah ekonomi dan politik  justru sering menjadi biang krisis? Lalu, jika bukan semata ekonomi dan politik, apakah ada sesuatu yang lain, yang menjadi tolak-ukurnya? Ada, yaitu buku!

Saat pertama kali saya tiba di Kota Lulo tahun 1997, sepengetahuan saya hanya ada tiga toko buku yang menjadi sumber untuk mendapatkan bahan bacaan yakni Toko Buku Ade dan Toko Buku Wahyu di Wuawua, serta Toko Buku Mawar di Kota Lama. Sampai saat ini, hanya Toko Buku Ade yang bertahan. Toko Wahyu sudah tutup sebelum tahun 2010. Adapun Toko Mawar, hilang bersama hilangnya Kota Lama Kendari akibat pembangunan Jembatan Bahteramas. Kini, TB Gramedia hadir dengan koleksi yang melimpah.

Akan tetapi, untuk menciptakan dunia keberaksaraan yang hidup, dinamis, dan kreatif tidak cukup menyandarkan pada toko buku yang memperlakukan buku sebagai komoditas industri. Dibutuhkan hadirnya rumah buku berbasis komunitas sebagai cermin adanya gerakan budaya. Nah, mari kita menjelajahi rumah buku di Kendari.

Di lorong Jati Raya 25, Wuawua, terdapat sebuah rumah buku yang bernama Dade Studio. Jika Anda turun di depan Lippo Plaza Kendari dari arah Pasar Baru, Anda hanya berjalan kaki sekitar 10 menit ke dalam lorong. Sebelum pendakian menuju Universitas Muhammadiyah Kendari, terdapat papan nama yang terpasak di bagian dalam pagar, bertuliskan “Dade Studio”.

Dade Studio yang didirikan Muh. Darman tersebut menyediakan buku-buku yang bertema arsitektur. Mengapa arsitektur? Sebab pendirinya adalah seorang arsitek muda, jebolan sebuah kampus di Bandung. Di galeri buku, terdapat beberapa lukisan dan foto arsitektur yang akan memanjakan mata Anda. Oh yah, Anda seorang Pramis? Di sana, hampir semua karya Pramudya tergolek di rak buku. Membaca sambil menyeruput kopi Toraja, membuat Anda akan damai di sana. Dade Studio pernah mengadakan pameran seni lukis tahun 2015 silam dan pameran foto arsitektur di tahun 2017 ini. Jika talenta menulismu menjadi penulis perjalanan, di rak-rak bukunya banyak kisah dari para penulis perjalanan, Indonesia dan mancanegara.

Dari Dade Studio, Anda dapat menggunakan jasa ojek menuju Rumah Pengetahuan. Taman baca tersebut berada di tengah kompleks Museum Sulawesi Tenggara yang didirikan Ashari Amirullah. Ribuan koleksi buku yang terpajang di rak-rak, mulai dari puisi, cerpen, novel, sejarah, antropologi, sosial budaya, pengetahuan umum dan lain-lain. Kini, Rumah Pengetahuan, sudah memiliki koleksi yang cukup beragam, juga mengenai Sulawesi Tenggara. Karya penulis Kendari juga banyak di sini. Nah, membuka lembaran demi lembaran buku sambil mereguk kopi racikan Budur, relawannya, akan menghadirkan suasana yang penuh inspirasi. Apalagi, di sisi-sisi dindingnya terdapat lukisan perupa Sulawesi Tenggara dan foto karya Arif Relano Oba, membuat Anda betah di sana. Tidak hanya menyediakan buku, Rumah Pengetahuan sering mengadakan diskusi dan pertunjukan seni.

Anda harus menempuh perjalanan sekitar 30 menit dari Rumah Pengetahuan, menggunakan jasa ojek atau taksi, menuju Pustaka Kabanti Kendari. Perpustakaan komunitas ini berada di belakang kampus Universitas Halu Oleo, tepatnya di BTN Puri Tawang Alun 2, Blok H/11. Pustaka Kabanti Kendari yang didirikan tahun 2016 ini, agak lebih rumit mendapatkan langsung alamatnya. Ia berada di sebuah lorong di antara sekian lorong yang mengelilingi kompleks perumahan.

Tetapi jika Anda bertanya pada warga di sana “di mana Pustaka Kabanti”, insya allah akan ada yang mengetahuinya. Taman baca ini mengoleksi ribuan buku yang sebagian besar adalah sastra. Selebihnya adalah buku anak, agama, dan filsafat. Jika Anda ingin membaca atau meneliti buku sastra khusus karya sastrawan Sulawesi Tenggara, sebagian besar ada di sini. Pustaka Kabanti Kendari berupaya menjalankan fungsi deposit bagi buku sastra Sultra, juga sastra Indonesia. Buku sastra Sultra sejak awal tahun 1985 sampai 2017 tersedia di sini. Bahkan beberapa naskah dari Kesultanan Buton ada di rak Pustaka Kabanti. Kalau Anda ingin mengantar anak atau ponakan untuk memasuki dunia anak lewat kata dan gambar, Pustaka Kabanti Kendari yang dikelola oleh Syaifuddin Gani (penulis), menyediakannya. Terkini, Pustaka Kabanti menyediakan aneka ragam permainan sebagai bantuan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang bermitra dengan Pustaka Kabanti Kendari melalui program Tali Integritas. Nah, menurut para pecandu kata dan kopi, menghikmati bacaan sambil menyeruput kopi adalah perjumpaan yang layak dirayakan. Pustaka Kabanti Kendari menyediakan untukmu.

Pustaka Kabanti Kendari adalah sebuah taman bacaaan masyarakat yang sehari-harinya dikunjungi oleh anak-anak kompleks perumahan. Saya sendiri (penulis catatan ini) adalah Ketua Forum TBM Sultra. Nah, di dalam ruang pustaka terdapat sebuah kendaraan bergerak yang bernama Roda Pustaka Kabanti Kendari, sebagai sumbangan dari Pustaka Bergerak Indonesia.

Perjalanan Anda dapat terus berlanjut. Dari Pustaka Kabanti, Anda ke Rumah Bunyi yang berada di Jalan Haji Lamuse, Perumahan Lepolepo Mas, Kendari, dengan waktu tempuh sekitar 10 menit. Dari Kabanti, setelah melewati BTN Puri Tawang Alun, Anda memasuki BTN Kendari Permai, lalu ke BTN Medibrata, lantas menuruni jalan ke Kaliwanggu. Dua kelokan terlewati, Anda belok kiri memasuki kawasan perumahan warga, lalu belok kanan menanjak ke atas sebuah pinggul bukit. Di atas dataran, tengoklah ke arah jejeran perumahan. Ada rumah yang bagian dinding depannya terdapat sebuah papan nama “Rumah Bunyi”.

Di sana, Anda akan disongsong aneka buku mulai dari buku filsafat, sastra, budaya, sampai pendidikan. Selain membaca buku, Anda juga akan boleh berdiskusi dengan sang empunya, Kahar Mappassomba, sambil menikmati kopi. Diskusi bisa dimulai dari puisi, cinta, buku, dan budaya. Nah, tidak puas hanya diskusi, Anda boleh membeli buku yang ada di sana.

Dari bukulah, seseorang dapat melihat dunia yang luas. Dari bukulah, seorang mengenali keterbatasan dan kekurangannya. Buku adalah sehimpunan kata-kata dari orang yang ingin mengawetkan gagasan dan imajinasinya. Kata-kata ibarat lampion yang menerangi. Buku dan kata-kata adalah jendela pembebasan.

Ingin bertamasya kata-kata di Kota Lulo? Kunjungilah rumah buku di kota Anda.

 

Kendari, Desember 2017