Oleh. Atep Kurnia*

Sejak kecil hingga kini, saya belum pernah menyaksikan pertandingan sepak bola pada Hari Raya Idulfitri. Namun, yang mencengangkan, dulu ternyata biasa dilakukan, paling tidak tahun 1930-an, empat dasawarsa setelah olahraga itu diperkenalkan di tanah air.

Penasaran kan? Saya akan memulainya dari agenda kegiatan yang akan dilakukan menjelang, hari Idulfitri tahun 1351 H (1933 M), dan sesudahnya di Bandung dalam Sipatahoenan edisi Jum’at, 27 Januari 1933 atau 30 Puasa 1351. Tajuknya “Bandoeng Agenda”.

Agendanya antara lain sebagai berikut: Jum’at malam mulai pukul 18.30 malam lebaran (“malem Saptoe ngamimitian poekoel 6.30 maleman Lebaran”); pukul 19.00 dan 21.45 ada tayangan film di bioskop; dan pada pukul 20.00 mulai takbiran di masjid Bandung (“Malem Saptoe ngamimitian poekoel 8 takbir di masdjid Bandoeng”).

Hari Sabtu, 28 Januari 1933 atau 1 Sawal 1351 kegiatannya berupa membaca khutbah lebaran di Masjid Bandung pada pukul 06.30. Pukul 07.00 Persatoean Islam Bandung membagikan zakat kepada fakir miskin di Groote Postweg No. 21. Pukul 10.00 ada pertandingan gulat (worstelen) di Oranje Park, Cikakak. Sorenya, mulai pukul 16.30 pertandingan sepak bola antara Sedar (juara Bandung) versus Ster (juara Jakarta). Malamnya, pada pukul 19.00 dan 21.45 ada tayangan film dan pada pukul 20.30 ada pementasan tonil oleh Bandoengsche Werkloozen Bond di Oranje Casino, Cikakak, dengan lakon “Kapintjoet koe Saoer Manis”.

Pada praktiknya, pertandingan Sedar dan Ster pada hari lebaran itu  diselenggarakan di lapang ATVC di Waringinweg, Andir. Sayangnya, berdasarkan berita edisi 31 Januari 1933 (4 Sawal 1351), pertandingannya diwarnai adu jotos beberapa menit menjelang peluit panjang ditiup. Bahkan penonton campur tangan, sehingga pertandingan dibubarkan polisi (“Ngan sawatara menit deui kana boebaran, eta pertandingan djadi riboet. Maen bal diganti koe maen peureup, publiek noe laladjo tjampoer tangan kana ieu oeroesan, toengtoengna ieu pertandingan diboebarkeun, nepi ka kapaksa disapih koe politie”). Tetapi karena masih dalam suasana lebaran, saat itu juga kedua pihak saling bermaaf-maafan. Esoknya, pertandingan antara Bandung-Jakarta berlangsung dengan damai, tidak terjadi apa-apa.

Dalam edisi Jum’at, 19 Januari 1934 (3 Sawal 1352), wartanya berasal dari Lembang. Di situ dibilang persis pada hari lebaran, di Lembang dihelat sepak bola yang mempertemukan klub HIK Lembang (Gunungsari) melawan Jong Ambon dari Bandung (“Dina powean Lebaran pisan di Lembang geus diajakeun pertandingan voetbal antara HIK Lembang [Goenoengsari] contra Jong Ambon ti Bandoeng”). Penonton yang datang membeludak dengan hasil 3-1 untuk kemenangan HIK. Menariknya semua uang hasil tiket disumbangkan untuk kas masjid di Lembang (“Beubeunangan tina ieu pertandingan teh, pamajar ti noe laladjo kabeh djadi milikna kas masdjid di Lembang”).

Bukan hanya di Bandung dan Lembang, di Garut pun pertandingan sepak bola digelar pada hari lebaran. Dalam edisi 11 Januari 1935 atau 5 Sawal 1353 dikabarkan kesebelasan KVW bertanding melawan OBK di lapang Haurpanggung pada sore hari lebaran (“Di lapang Haoepanggoeng [Lindkveld] dina sorena powean Lebaran geus diajakeun pertandingan maen bal saperti noe kaseboet di loehoer”). Karena sedang musim hujan, pertandingan tersebut tidak banyak dihadiri oleh para penonton (“Henteu sakoemaha loba noe narongton, lantaran ngajer bae hoedjan”).

Rupanya pertandingan-pertandingan sepak bola yang dihelat pada hari lebaran atau setelahnya dimaksudkan sebagai bagian dari cara menyambut hari besar tersebut. Ini antara lain disebutkan dalam rangkaian acara yang digelar di Nganjuk, Jawa Timur, dalam edisi 25 November 1938 (2 Sawal 1357) dengan tajuk “Ngabageakeun powe lebaran” (menyambut hari lebaran). Di situ dibilang, “Patali djeung lebaran di Ngandjoek mah di aloen2 diajakeun raramean dina powe Kemis isoek2 djeung sorena, saperti arak-arakan, koekoedaan, djst” (berkaitan dengan lebaran di alun-alun Nganjuk diselenggarakan berbagai keramaian pada hari Kamis pagi dan sore, seperti arak-arakan, kuda-kudaan, dst). Termasuk sepak bola untuk memperebutkan juara Nganjuk selama dua hari berturut-turut (“djeung sorena [doea poweanana] diajakeun maenbal, ngareboet kampioen Ngandjoek”).

Contoh lainnya kesebelasan VSO dari Semarang yang bertandang ke lapang UNI pada Hari Raya Idulfitri tahun 1359 Hijriah, sebagaimana diberitakan dalam edisi 30 Oktober 1940 atau 28 Puasa 1359. “Dina djero powean Lebaran teh di lapang Nieuw Houtrust (UNI) baris diajakeun pertandingan maenbal kota (interstedelijk), nja eta VSO (Semarang) noe djadi semahna”, demikian wartanya. Kesebelasan di Bandung yang akan melawannya adalah UNI pada 2 November 1940 dan oleh VBBO pada 3 November 1940.

Selain hari lebaran, hari-hari lainnya pada bulan Sawal tentu saja banyak sekali pertandingan sepak bola yang dihelat dalam kerangka memeriahkan hari besar itu atau memang waktu kompetisinya tiba pada bulan Sawal. Misalnya dalam edisi 30 Desember 1935 (4 Sawal 1354) dikabarkan tim dari Jatinegara akan bertandang ke Bandung pada hari Sabtu dan Minggu untuk melawan Persib demi memperebutkan West-Java Kampioenschap.

Demikian pula pada tanggal 18 dan 19 November 1939 di lapang Dadaha, Tasikmalaya, Persitas akan menyelenggarakan rangkaian pertandingan sepak bola hitung-hitung sebagai kakaren (hal-hal yang tersisa dan berkaitan dengan) lebaran. Dalam edisi 17 November 1939 (Jum’at, 5 Sawal 1358) dikatakan “Dina Saptoe-Ahad tg. 18 djeung 19 November n.b.d. koe Persitas bakal diajakeun voetbalwestrijden di Lapang Dadaha, itoeng2 kakaren Lebaran”.

 

 

Keterangan foto:

 

Pada Hari Raya Idulfitri tahun 1352 di Lembang berlangsung pertandingan sepak bola antara HIK Lembang versus Jong Ambon dari Bandung. Hasil penjualan tiketnya disumbangkan untuk kas masjid di Lembang. Sumber: Sipatahoenan, 19 Januari 1934.

 

*Pengurus Pusat Forum TBM Divisi Litbang