Oleh Supardi Kafha

 

Sungguh, acara talkshow yang bergizi. Tepat pukul 14.00 WIB, Sabtu, 20 Maret 2021, bertepatan dengan perayaan Hari Dongeng Sedunia, Pengurus Pusat Forum TBM mempersembahkan tayang bincang Energi Literasi dari Rumah episode #3 via zoom dan live youtube Forum TBM.

Hari ini, kita akan dengar talkshow

Dari narasumber yang keren-keren

Ada Pak Teguh, ada juga pak bibit, ada bibi dongeng yang akan bercerita

….

Bait-bait yang didendangkan Palupi Mutia, moderator dari Pengurus Pusat Forum TBM, ketika memulai gelar wicara.

Tampil pertama, seorang ASN Pemkot Yogyakarta yang gemar melukis dan mengelola TBM Teras Kita, Teguh Setiawan. Ayah pencerita kelahiran Pati, 11 Juli 1971, itu menuturkan bahwa aktivitasnya mendongeng tidak lain tidak bukan sebagai sebuah “kecelakaan”. Ia terpaksa mendongeng karena anak-anaknya, terutama yang kedua, Lila, tidak puas sekadar dibacakan buku. Ya, si Lila ini sedari dini biasa dibacakan buku oleh Teguh. “Sebelum tidur, paling tidak dua atau tiga cerpen dibacakan.” terangnya.

Dan, lambat laun bosan juga sang anak kalau cuma dibacakan, karena kurang improvisasi, dan tidak ada lawakan-lawakan di dalamnya. Lila acap merespon, dan terkadang malah berbelok alur ceritanya. Maka, mau tak mau, akhirnya Teguh pun mengikuti alur imajinasi anak, dan jadilah kini ia sebagai ayah pencerita, ayah yang suka bercerita. Ia terkenal sebagai praktisi dongeng keluarga.

Lebih jauh, kini Teguh menghayati dongeng sebagai nostalgia pada masa kecilnya yang kerap terpapar potongan-potongan kisah dari Mahabharata dan Ramayana. Sehingga, ia kepingin menularkan virus cerita kepada anak-anak.

Tampil kedua, Bibit Suhatmady. Lelaki kelahiran Samarinda, 2 November 1974, ini merupakan alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Surabaya. Kini ia berkarir sebagai Pendamping Pengembangan Model Mendongeng Gambar Cerita di PAUD-Dikmas Kalimantan Timur.

Bibit mengaku sebagai anak seorang polisi yang suka bercerita. Dan, hingga sekarang ia masih terngiang  dengan cerita-cerita sang Ayah.

Sebagai akademisi dan pemerhati dongeng, ia meyakini bahwa cerita sangat luar biasa mendukung peningkatan kognitif dan kebahasaan anak. Bahwa kegiatan bercerita akan menjadi pengalaman hidup yang tak ternilai. Bahwa cerita akan menjadi stok bahasa bagi sang anak yang tak akan pernah hilang seutuh hayat.

Bibit juga menandaskan, cerita menjadi paparan bahasa yang akan menumbuhkan karakter anak. Karena karakter itu tidak diajarkan, tapi ditanamkan, dan salah satunya melalui penghayatan cerita.

Selanjutnya, tampil ketiga, Antonia Humiliata Tukan. Mahasiswi Sastra Universitas Sanatadharma, lahir pada 20 November 2001. Kini dikenal sebagai Bibi Dongeng di SimpaSio Institute Nusa Tenggara Timur.

Bagi Kak Oni, sapaan Antonia Humiliata Tukan, bahwa mendongeng itu perlu dan penting buat pengembangan TBM. Semula ia tertarik mendongeng, karena pengalaman dan kepercayaan. Ia merasa, sedari kecil, saat SD, bukan sosok anak yang patut jadi perhatian orang lain. Ia merasa tidak pintar, tidak bisa menonjol di kelas. Benar-benar Kak Oni kecil merupakan anak pemalu. Ia sama sekali tidak berani tampil di muka umum. Hingga suatu waktu, ia dipercaya oleh sekolahnya untuk menjadi peserta lomba mendongeng tingkat kabupaten. Dari situlah, ia mulai melirik dongeng, dan kenal lebih intim. Ia termotivasi untuk bergiat di dunia dongeng.

Dan, sejak tahun 2016, Kak Oni dipercaya oleh lembaga SimpaSio Institute untuk menjadi pendongeng tetap. Kini ia sungguh menyadari bahwa dongeng merupakan pemantik literasi, merupakan pintu masuk anak untuk meminati buku, menyukai bacaan. Dongeng, fabel, legenda adalah karya lama yang masih bertahan hingga kini. Dalam dongenglah terkemas nilai-nilai moral yang dapat mengembangkan karakter, baik buat sang anak maupun si pendongeng sendiri.

Kemudian berbicara soal ikatan emosional orang tua-anak, Teguh memiliki resep jitunya. “Saya percaya humor itu memicu kreativitas.” jelas Teguh.

Dengan bercerita yang terselip humor, ikatan emosional anak dan orang tua pun tercipta. Bonding otomatis terbentuk. “Kata kuncinya,” lanjut Teguh, “kita bisa memahami lelucon anak, dan anak memahami lelucon kita, maka tidak ada masalah dengan bonding.”

Bibit melengkapi, dongeng model cerita gambar bisa menjadi pemecah kebuntuan komunikasi orang tua-anak. Orang tua yang sibuk berkarir, sehingga waktu buat sang buah hati teramat minim, bercerita gambar bisa jadi solusi.

Bonding, menurut Bibit, bisa diperoleh dengan model bercerita gambar. Bermula dari media buku bergambar—tulisannya kecil-kecil, gambarnya yang banyak—orang tua bercerita tentang gambar, fokus pada gambar bukan tulisan. Pun anak, juga bercerita, turut mengimajinasikan gambar tersebut. Dalam hal ini, orang tua tidak boleh membatasi imajinasi anak. Orang tua wajib membiarkan anak berkembang dengan imajinasinya. Ketika anak mau bercerita, biarkan bercerita. Orang tua cukup dengan membantu anak, untuk terpancing bercerita. Orang tua sebatas fasilitator, tidak lebih, supaya anak berinteraksi penuh pada gambar dan lebih banyak bercerita.

Begitulah, ketiga narasumber berbagi wawasan tentang Dongeng Mengasah Imajinasi Anak Bangsa. Dan, sebelum closing statement, Palupi dengan usilnya mengerjai ketiga narasumber untuk berimprovisasi mendongeng. Keruan saja, segenap peserta talkshow terhibur. Termasuk Cecep Suryana, Koordinator Fungsi Pendidikan Keaksaraan dan Budaya Baca di Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK), yang turut menghadiri acara, pun tidak kuasa menyembunyikan perasaan takjubnya. Berulang kali ia mengucap kekaguman kepada Palupi, yang seru memandu gelar wicara, juga kepada ketiga narasumber. Bahwa ternyata seorang Bibit yang akademisi dari Universitas Mulawarman, benar-benar bisa bercerita. Seorang Teguh, seorang ayah pencerita handal, kaya improvisasi. Dan, Antonia Humiliata Tukan, memang pantas sebagai bibi dongeng, walau masih muda, tapi penuh semangat.

Kemudian, tayangan video Lila, pendongeng cilik, putri Teguh Setiawan, dan video Dr. Ir. Dyah Erti Idawati, MT, selaku Bunda Literasi Aceh, turut menyemarakkan acara talkshow. Dan, akhirnya Suhartina, sebagai tuan rumah tayang bincang Energi Literasi dari Rumah, menutup acara yang benar-benar bernutrisi tinggi itu.