Penulis : Sidik Pratomo* & Adityo Nugroho**

Kabupaten Sleman merupakan satu dari lima kabupaten/kota yang masuk menjadi bagian dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Terletak di DIY paling utara berbatasan langsung dengan beberapa kabupaten di Jawa Tengah. Terdiri dari 17 kecamatan yang berisi 86 kelurahan/desa. Kabupaten ini terkenal karena keberadaan Gunung Merapi yang berdiri dengan kokoh, serta kandang salah satu klub sepakbola kenamaan Indonesia, PSS Sleman. Sebagai bagian dari dari provinsi yang terkenal akan dunia akademisnya, wilayah sleman juga kental akan nuansa pendidikan. Universitas Gadjah Mada yang merupakan kampus terbaik se-Indonesia berlokasi di Sleman. Begitu pula keberadaan puluhan perguruan tinggi lain turut menyemarakan.

Berbagai gerakan turut berkembang untuk mendukung nuansa pendidikan. Salah satunya gerakan literasi. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) merupakan salah satu sektor informal yang turut menyemarakan gerakan literasi. Di Kabupaten Sleman sendiri tercatat ada sekitar 42 TBM aktif dari total 70an yang terdata. Tersebar di berbagai kecamatan di Sleman, mulai dari perbukitan di daerah Prambanan hingga lereng Gunung Merapi.

Grafik 1. Persebaran TBM di Sleman Berdasarkan Kecamatan.
(Sumber: Survei Tim Buku FTBM Sleman)

Data di atas memperlihatkan persebaran TBM di wilayah Kabupaten Sleman. Sebanyak 42 TBM tersebar di 15 dari 17 kecamatan di Sleman. Lokasi paling banyak berada di Kecamatan Depok dan Kecamatan Ngemplak, masing-masing sejumlah 5 TBM. Disusul Kecamatan Gamping, Kecamatan Godean, dan Kecamatan Sleman yang memiliki 4 TBM. Selanjutnya ada tiga kecamatan yang di wilayahnya administratifnya berdiri 3 TBM, yaitu Kecamatan Prambanan, Kecamatan Seyegan, dan Kecamatan Tempel. Sepasang TBM masing-masing berlokasi di Kecamatan Kalasan, Kecamatan Mlati, Kecamatan Pakem, dan Kecamatan Turi. Sedangkan Kecamatan Berbah, Kecamatan Moyudan, dan Kecamatan Ngaglik berdiri 1 TBM. Menariknya tidak ada satu pun TBM yang berlokasi di Cangkringan dan Minggir. Data tersebut memperlihatkan bahwa sebenarnya lokasi pendirian TBM di Sleman bisa dikatakan merata. Tidak ada satu kecamatan pun yang benar-benar menjadi pusat berdirinya beberapa TBM.

Grafik 2. Tahun Pendirian TBM di Sleman
(Sumber: Survei Tim Buku FTBM Sleman)

Data yang diperoleh Tim Buku FTBM Sleman memperlihatkan bahwa dari 42 TBM yang aktif, tahun berdiri paling awal ada di tahun 1997 yang merupakan tahun berdirinya TBM Kerai, serta paling muda TBM Bercak pustaka dan TBM Anak Hebat yang berdiri tahun 2018. Apabila dibuat grafik tahun berdirinya TBM di Sleman per tiga tahunan, didapati hasil seperti di atas. Dari dua periode awal per tiga tahunan, yaitu 1997-1999 dan 2000-2002 hanya didapati satu TBM yang berdiri. Periode selanjutnya 2003-2005 didapati 8 TBM yang berdiri. Sedangkan rentang waktu 2006-2008 tidak ada TBM yang berdiri. Perlu digaris bawahi bahwasanya data tersebut berdasarkan TBM yang masih aktif hingga kini. Ada kemungkinan bahwa banyak TBM yang berdiri di rentang 12 tahun itu, tapi berguguran satu persatu dan hanya menyisakan 9 yang mampu bertahan hingga kini. Maka perlu adanya apresiasi tinggi terhadap 9 TBM tersebut, strategi bertahan hidup mereka terbilang berhasil karena mampu eksis hingga 10 tahun lebih.

Berikutnya berturut-turut ada 8 TBM berdiri antara tahun 2009-2011, 10 TBM antara tahun 2012-2014, 13 TBM antara tahun 2015-2017, serta 2 TBM di tahun 2018. Data tersebut memperlihatkan jumlah berdirinya TBM yang meningkat dari satu interval tahun ke interval tahun berikutnya. Sebuah data yang bagus untuk memperlihatkan tingkat partisipasi masyarakat dalam gerakan literasi di Kabupaten Sleman. Untuk data tahun 2018 tidak bisa dimasukan ke dalam hitungan karena merupakan tahun awal dari rentang tahun 2018 ke 2020. Pun sudah ada dua TBM yang berdiri di tahun 2018. Dalam sudut pandang lain, tercatat ada 33 TBM yang berdiri dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir. Ditambah catatan bahwa 33 TBM tersebut tidak hanya mampu berdiri, tapi juga aktif berkegiatan.

Kesemua TBM aktif ini berada di bawah naungan Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Kabupaten Sleman. Dalam kasus FTBM Sleman, tidak hanya murni TBM saja yang menjadi anggota, tapi juga perpustakaan desa/dusun serta perpustakaan yang berada di bawah naungan lembaga/institusi. Maka harus menjadi catatan bahwa penyebutan 42 TBM yang ada di tulisan dan buku ini adalah terdiri dari unsur-unsur seperti yang dijelaskan sebelumnya.

FTBM Sleman sendiri selama ini sudah berlangsung selama 3 kali kepengurusan. Pertama kali dibentuk diketuai oleh Kiptiyah Sudibyakto, lalu estafet kepemimpinan beralih kepada Sidik Pratomo yang sudah masuk periode kedua kepemimpinannya. Kepengurusan periode ketiga ini membawa semangat baru dengan merombak susunan kepengurusan. Pada kepengurusan sebelumnya susunan pengurus hanya Ketua, Sekretaris, dan Bendahara. Kali ini bertambah dengan kehadiran empat divisi, yaitu Kemitraan, Litbang, SDM, serta Humas dan Publikasi. Harapannya bahwa masing-masing divisi bisa lebih membantu perputaran roda kepengurusan.

Grafik 3. Susunan Pengurus FTBM Sleman Periode 2017-2022
(Sumber: Data Pengurus FTBM Sleman)

Peran paling krusial dari FTBM Sleman adalah sebagai perantara antara TBM yang berada di wilayah Sleman dengn Dinas Kearsiapan dan Perpustakaan Kabupaten Sleman serta Dinas Pendidikan Sleman selaku pembina. Melalui FTBM Sleman program dari dinas bisa disosialisasikan kepada para pengelola TBM. Demikian juga bila para pengelola ada kebutuhan untuk bersinergi dengan dinas maka bisa lewat FTBM Sleman. Beberapa kegiatan yang melibatkan ketiga unsur ini bisa terlihat salah satunya dalam acara Jambore Literasi Sleman yang digagas Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Sleman. Di mana pada acara ini melibatkan peran serta aktif dari FTBM Sleman dan TBM di wilayah Sleman.

FTBM Sleman sendiri memiliki berbagai kegiatan unggulan. Pertemuan dua bulanan adalah kegiatan paling sering dilaksanakan, bertujuan untuk terus menjalin silaturahmi antar pengelola TBM sekaligus sebagai ajang sosialisasi dari FTBM Sleman kepada anggotanya. Diadakan dua bulan sekali dan dilakukan rotasi untuk tempat penyelenggaraan, dari satu TBM ke TBM lain. Pustaka Ningratan yang belum lama digagas juga menjadi kegiatan andalan dari FTBM Sleman. Setiap Minggu pagi, segenap pengurus dan anggota FTBM Sleman menggelar perpustakaan jalanan di area Lepangan Denggung. Cara ini ditempuh sebagai ajang jemput bola, tidak menunggu masyarakat untuk datang ke ruang baca, tapi mendatangkan ruang baca ke masyarakat. Minggu pagi di Lapangan Denggung dipilih karena pada waktu dan lokasi tersebut banyak masyarakat berkegiatan, terutama anak-anak. Berbagai macam pertukaran pikiran dalam ranah literasi sering dilakukan dalam berbagai diskusi informal ataupun formal. Pegiat literasi tidak hanya dari kalangan TBM, juga dari kalangan pemerintah, akademisi, komunitas sosial, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya. Maka perlu adanya diskusi-diskusi untuk menambah serta memperluas wawasan keliterasian.

Bagi para pengelola TBM, fungsi strategis dari keikutsertaan dalam FTBM adalah sarana untuk saling berkomunikasi dan berinteraksi. Kesamaan tujuan perjuangan membuat mereka merasa nyaman untuk saling berbagi. Apalagi dari pengurus FTBM Sleman selalu memberikan bimbingan kepada para anggotanya, termasuk anggota-anggota baru akan tantangan yang harus dihadapi ketika mengelola TBM. Tak heran bahwasanya dalam beberapa tahun terakhir sangat jarang dijumpai TBM yang berguguran di wilayah Sleman. Peran serta aktif dari para pengelola untuk selalu belajar, serta forum yang selalu terbuka untuk membantu dan berbagi menjadi kunci. Suatu TBM tidak akan bisa bertahan lama tanpa pengelolaan yang baik, pengelolaan yang baik tidak akan terbentuk tanpa adanya motivasi untuk menjadi lebih baik dari pengelolanya. Suatu wadah tidak akan berguna kalau hanya sekedar nama formalitas belaka, suatu wadah akan berdaya guna jika anggotanya saling membahu dalam kebaikan.

Semoga saja, FTBM Sleman masih bisa terus berkarya dan berbagi bersama anggotanya, bergerak bersama dalam ranah literasi.

*Sidik Pratomo. Ketua FTBM Sleman. Pecinta kopi dan buku bekas, berkepribadian menarik, ramah, baik hati, dan murah senyum. 

**Adityo Nugroho. Peneliti gerakan literasi di Jogja dan sekitarnya. Admin akun Instagram @infoliterasijogja.