Mengajari anak-anak membaca dan menulis adalah hobi baru ku saat ini. Ada kepuasan tersendiri saat anak-anak berlari kearahku untuk belajar membaca dan berteriak ketika mereka berhasil membacanya. Keberanian dan keceriaan mereka menjadi pemanis setiap malam.
Tidak seperti malam-malam sebelumnya, malam itu gerimis mengguyur Purwokerto. Kupikir mungkin malam ini anak-anak tidak ada yang datang, tapi ternyata dugaanku salah. Setelah beberapa saat menunggu satu persatu anak mulai berdatang sambil menggendong tas dan berlari menghindari hujan.
Waktu pembelajaran biasanya akan dimulai pada pukul18.30, untuk mengkondisikan mereka yang sudah mulai berlari kesan-kemari aku ajak mereka untuk mendongeng, kebetulan saat itu aku sedang tidak membawa buku untuk read aload.
“Siapa mau dongeng tunjuk tangan!”
“Saya!” jawab beberapa dari meraka, sisanya masih asyik dengan permainannya sendiri.
“Hari ini Kak Putri akan mendongeng Gajah dan Semut. Siapa yang pernah liat gajah?!”
Dongeng dimulai, kegiatan ini cukup ampuh untuk menarik perhatian mereka. Satu persatu anak duduk menghampiri ku, dan menyimak kisahnya.
Setelah dongeng selesai dan anak-anak terlihat sudah ramai, aku cukupkan untuk memulai pembelajaran malam ini. Saat itu yang hadir 9 anak. Seperti biasa, pembelajaran dibagi 2 kelompok. Kelompok A adalah anak-anak yang baru bisa membaca pengenalan huruf dan suku kata dan kelompok B adalah anak yang sedang belajar membaca dan memahami kalimat sederhana.
Sebelum masuk ke dalam ruangan, tiba-tiba datang seorang ibu mengenakan jas hujan biru menggandeng anak perempuannya. Saya pun datang dan menyambut mereka. Setelah ditanya maksud dan tujuannya. Ibu itu menjawab, “Kak, ini Syifa. Dia anak yang cerdas dan sudah bisa membaca. Dia juga anak yang pandai berhitung dan suka menulis. Tapi dia ini anaknya sangat pemalu, apa-apa harus dengan ibunya. Padahal tahun depan sudah SD, bagaimana kalau nanti tidak dapat membaur dngan yang lainnya?. Tolong bantu Syifa ya Kak.”
Pikiran pertama yang terbesit dibenakku adalah ‘anak ini cantik’, ‘anak ini baik, ‘anak ini pintar’. Tidak pikiran yang menjerumus hal negative tentangnya.
Hari itu di tengah-tengah pengajaran, kulihat dia sibuk dengan tugas yang kuberikan. Saat ditanyapun hanya menjawab dengan anggukan dan gelengan.
Kebiasaanku dalam mengajar adalah selalu memberikan permaianan di akhir pembelajaran. Malam itu kita bermain Do-mi-ka-do. Ini adalah permainan ku saat kecil dulu yang sedikit diubah kata-katanya agar sesuai dengan tujuan pembelajaran, dengan membuat lingkaran kita bermain tepuk bergantian.
Saat permainan, aku perhatikan anak ini. Sudah mulai ada sedikit perubahan pancaran pada matanya, yang awalnya terlihat sayu malu-malu. Kini berubah menjadi pancaran keantusiasan. Sesekali pun sudah berkontak mata langsung dengan ku. Walaupun suaranya masih sangat kecl. Tapi saya yakin anak ini akan berbaur dengan cepat.
menjadi seorang yang pemalu bukanlah hal yang buruk. Pemalu adalah sikap yang ada pada anak-anak karena belum adanya rasa percaya, sehingga timbul rasa takut pada dirinya. Sebenarnya anak-anak seperti mereka sedang berusaha membangun keberanian dan melawan rasa takut. Sebagai orang dewasa yang mengerti akan hal itu ada baiknya terus memberi semangat dan tanamkan hal-hal positif kepada merak. *
(Mahasiswa IAIN Purwokerto & Relawan Pustaka Wadas Kelir)