Oleh. Heri Maja Kelana
Dunia baru tercipta, perpaduan antara fisik dan virtual. Di dunia baru ini, kita (pengguna) akan berubah menjadi avatar. Dapat berinteraksi dengan avatar-avatar lain dari belahan penjuru yang lain. Kita dapat membangun rumah, menjalin hubungan, membuat perusahaan, menaiki kendaraan, hingga berbelanja di mal. Transaksi yang digunakan menggunakan jenis uang kripto. Dinia ini dinamakan metaverse.
Metaverse sendiri berasal dari kata meta dan universe. Meta sendiri mempunyai arti di luar atau lebih dari sedangkan universe artinya semesta. Apabila digabungkan menjadi metaverse mengandung arti sebuah tempat yang lebih dari dunia sekarang. Menggabungkan antara dunia fisik dengan dunia digital, menggunakan teknologi Augmented Reality (AR) serta Virtual Reality (VR).
Metaverse sendiri muncul pada novel yang berjudul Snow Crash karya Neal Stephenson yang ditulis pada tahun 1992. Novel ini bergenre fiksi ilmiah, bercerita mengenai tokoh Hiro seorang pengantar pizza yang bekerja di perusahaan pizza Coso Nostra. Pada dunia lain di metaverse, Hiro menjadi seorang pangeran.
Hiro kemudian terjebak dalam virus komputer, mencari banyak informasi mengenai tentang penjahat virtual. Ia memiliki misi untuk menghancurkan penjahat tersebut.
Tokoh Hiro yang memiliki avatar seorang pangeran tersebut memiliki dua dunia, dunia fisik sebagai pengantar pizza, sedangkan di metauniverse sebagai pangeran.
Begitu pula dalam novel Ready Player One, karya Ernes Cline pada tahun 2011. Pada novel ini, menceritakan dunia yang akan dating pada tahun 2045, akan ada metaverse yang bernama Oasis yang menjadi kehidupan kedua. Oasis ini dapat diakses melalui headset Virtual Reality (VR). Pada tahun 2018, novel fiksi ilmiah ini diangkat menjadi film layer lebar dengan judul sama yaitu Ready player One. Sutradara dari film tersebut adalah Steven Spielberg.
Dari kedua novel tersebut istilah “metaverse” muncul. Kemunculan istilah tersebut dalam sebuah novel fiksi ilmiah sangat wajar karena sebuah novel yang bersifat fiksi. Seorang pengarang bebas menggunakan nama istilah, bahkan membuat sebuah dunia yang baru.
Literasi Digital di Indonesia VS Metaverse
Pemerintah Indonesia lewat Kominfo sedang gencar-gencarnya memperkenalkan serta menguatkan literasi digital untuk masyarakat Indonesia.
Dikutip dari tulisan yang berjudul Kominfo Mengajak Anak Muda Perkuat Literasi Digital Masyarakat yang tayang 15 Desember 2021 di laman kominfo.go.id, bahwa “Presiden Joko Widodo telah mencanangkan Gerakan Nasional Literasi Digital bulan Mei 2021”. Pada artikel yang sama pula, Dirjen Aptika Kementerian Kominfo Samuel A. Pangerapan mengatakan bahwa “Pengembangan talenta digital Indonesia dimulai dengan peningkatan kecakapan digital di tingkat dasar atau yang bias akita kenal Gerakan Nasional Literasi Digital. Program ini menargetkan 50 juta peserta sampai tahun 2024.”
Sementara di Kemdikbud Ristek sendiri, Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus memiliki program Kampung Literasi, di mana di dalamnya terdapat 6 kemampuan literasi. Salah satunya kecakapan literasi digital.
Forum Taman Bacaan Masyarakat (Forum TBM) selalu mengajak anggota-anggotaya cakap dengan literasi digital. Festival Literasi Indonesia (FLI) 2021 yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus, Kemdikbud Ristek bersama Forum TBM mengangkat tema “Literasi Digital untuk Indonesia Bangkit”.
Semua lembaga pemerintahan maupun swasta sedang memajukan literasi digital di Indonesia. Lalu apakah ini ada hubungannya dengan metaverse yang sedang banyak diperbincangkan di dunia? Raksasa besar seperti Meta (Facebook) dan Mocrosoft sedang berlomba membuat metaverse. Apakah Indonesia dengan gencarnya Gerakan Nasional Literasi Digital akan mengambil peran dalam metaverse atau sebagai pengguna metaverse? Entahlah.
Di dunia Metaverse, melalui avatar semua orang bisa bersosialisasi, belajar, hiburan, bermain game, bekerja, hingga bisa juga berolah raga. Metaverse memang dunia tanpa sekat apa pun. Dunia tanpa batas, siapa saja dapat menjadi apa saja di metaverse.
Metaverse ini apakah sebuah ancaman atau peluang untuk Indonesia? Apabila melihat pada kemajuan teknologi yang berkembang begitu cepat di Indonesia, metaverse ini dapat menjadi peluang. Terlebih Indonesia sudah dibekali dengan literasi digital dengan baik. Ancaman dari metaverse sendiri akan lahirnya kapitalis gaya baru. Kesenjangan akan terjadi dalam segi apapun, terutama ekonomi. Kehidupan semua akan terkontrol dan terkendalikan.
Terlepas ada hubungannya atau tidak terhadap setingan arus global yang akan membuat metaverse, literasi digital memang perlu diberikan pada masyarakat Indonesia. Setidaknya dapat memilih portal yang baik, serta bacaan yang baik di internet. Atau sesing dikatakan dengan internet positif. Tidak membuat konten yang berhubungan dengan SARA, pencemaran nama baik, hoaks, dan lain sebagainya.
Ketika metaverse terjadi, masyarakat Indonesia sudah siap menerima peluang serta ancaman yang timbul dari metaverse sendiri, sebab masyarakat Indonesia sudah menjadi masyarakat literat. Masyarakat yang siap bersaing di arus global. Bahkan mungkin dapat menciptakan arus sendiri.