Pagi itu saya hendak sarapan. Namun pintu mendadak dikunci dari dalam. Rupanya Bunda Dian, kepala sekolah PAUD Wadas Kelir Purwokerto itu sedang melerai dua anak kakak beradik yang berkelahi tanpa henti. Berbagai cara dilakukan untuk mendamaikan kedua anak tadi. Tetapi, rupanya anak itu masih saja saling bersikeras untuk berteriak dan mengejek dari balik pintu.
Tak lama kemudian, Bunda Dian mengambil buku cerita yang baru saja dipinjam di Taman Baca Masyarakat Wadas Kelir sore kemarin. Terdengar lirih penuh sabar, lembar demi lembar buku terbitan KPK yang berjudul “Angin dari Perut Osyi” dibacakan. Seketika itu anak tadi pun teralihkan dalam alur cerita Osyi yang sering kentut akibat makan sambal. Osyi yang tadinya malu dengan teman-temannya akhirnya berani jujur mengatakan bahwa bau tak sedap itu berasal darinya. Teman-teman yang tadinya tidak suka akhirnya kembali bermain bersama.
“Nah, sekarang kalau Osyi berani jujur, sebagai kakaknya berani meminta maaf nggak sama adiknya?” Tanya Bunda Dian yang tahu bahwa perkelahian itu dimulai dari keusilan kakaknya.
“Baiklah, Bunda. Aku akan meminta maaf padanya.” Jawabnya.
Saat waktu belajar telah usai, kedua anak itu berjalan dan berhadap-hadapan sebentar. Tak lagi berkelahi. Namun pemandangan kakak adik yang bermaaf-maafan.Mereka pun pulang sambil bergandeng tangan.
Inilah cara kreatif yang dilakukan Bunda Dian saat mengatasi anak berkelahi. Bukannya emosi dan memarahi. Tetapi menjadikan kegiatan literasi sebagai media untuk mengatasi anak yang berkelahi. Semoga cara ini dapat menginspirasi bagi orang yang peduli pada terbentuknya anak-anak yang berani dan berintegritas tinggi.
Selamat Mencoba!