Categories
Kolom

ARTI KEBAIKAN

Salam Literasi 

Ketahuilah tentang semesta walau misteri yang ada di dalamnya tetap tak mampu dihitung jumlahnya. Alam semesta tercipta dengan berjuta juta hal  yang menakjubkan sampai terkagum-kagum atas keberadaanya.

Bila merenungi, pasti tersadar akan melimpahnya keagungan Zat yang telah menciptakan semesta ini. Takjublah pada dahsyatnya dan takjublah pada kekuatan Zat yang telah menciptakannya.

Tak berbatas jika berpetualang melintasi lembah dan ngarai, melewati padang dan gurun tuk  nikmati jutaan hal hebat bak lukisan. Bila ditelisik sungguh itu diperuntukan bagi Khalifah agar bisa menemukan pencerahan tentang tujuan hidup dan makna hidup serta menemukan petunjuk hidup. Bagi orang-orang yang mau berfikir.

Sungguh alam telah memberikan berjuta kebaikan pada manusia, seperti hewan dan tumbuhan, seperti laut dan daratan, seperti langit dan bintang-bintang, namun manusia tidak mau mengerti tentang arti kebaikan.  Jika saja manusia  mampu memaknai arti kebaikan niscaya akan menemukan jati diri yang sesungguhnya.

Pada zaman modern ini, tidak ada manusia yang bisa hidup layak tanpa saling berbuat baik ataupun bekerjasama dengan orang lain. Kalaupun masih ada yang belum menikmati kehidupan yang layak berarti kebaikannya selalu dipertimbangkan dan dihitung-hitungkan. Sungguh kita tidak akan mampu memenuhi semua yang kita butuhkan dalam hidup ini. Oleh karena itu kita senantiasa berbuat baik atau melakukan kebaikan terhadap sesama.

Setiap kebaikan yang dilakukan seseorang pastilah kebaikan itu akan  kembali kepadanya. Jika seseorang suka menolong pasti akan ditolong, jika seseorang suka memaafkan pasti akan dimaafkan. Jika seseorang suka memudahkan urusan orang lain maka pada suatu waktu dia mendapat kesulitan pasti akan ada saja yang menolongnya,begitupun sebaliknya.

Perbuatan baik akan dihitung sebagai hal yang merugikan bila diperuntukan hanya pada diri sendiri. Seseorang yang melakukan kebaikan haruslah semata mata karena rasa kepedulian yang tinggi.  Jika seseorang  berharap balasan dari manusia ujung-ujungnya adalah kekecewaan karena kemampuan manusia untuk membalas kebaikan sangatlah terbatas.

Mengutip sebuah Ayat dalam Al Quran yang artinya ” Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik pada dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri” (Al Israa : 17.7)

Berbuat baik senantiasa dapat kita lakukan di mana saja, kapan saja dan kepada siapa saja. Berbuat baik sangat luas cakupannya bahkan dalam hal sekecil atau sesederhana apapun kita bisa berbuat baik kepada sesama. Sangat banyak media untuk berbuat baik kita bisa menemukannya di jalan, di sekolah, di kantor, di rumah, dan lainnya.

Berbuat baik memiliki banyak manfaat untuk diri sendiri dan juga orang lain. Orang yang senantiasa berbuat baik pastinya mendapat banyak pahala dan juga rezeki juga semakin mengalir. Berbuat baik itu sederhana tinggal kita mau atau tidak. Banyak hal yang bisa kita lakukan, sekecil apapun perbuatan kita orang lain pasti sangat menghargainya bahkan mungkin bantuan kecil yang kita berikan untuk orang lain namun sangat berarti bagi nya. Jadi jangan ragu untuk berbuat baik sesederhana pun itu.

Terkadang pastinya kita merasa apa yang dapat kita lakukan, apakah yang dapat kita berikan untuk membantu orang lain agar hidup kita lebih bermanfaat. Nah berbuat baik itu sangat mudah dapat di lakukan meskipun hanya sederhana dan itu membuat kita merasa bahwa kita ini berharga. Orang lain saja menghargai kita masa sih kita sendiri tidak mau menghargai diri sendiri.

Berbuat baik juga membuat kita merasa masih banyak orang yang membutuhkan kita dan masih banyak hal yang bisa kita lakukan. Hal tersebut tentunya dapat menambah rasa percaya diri kita jadi jangan menyerah dan jangan ragu untuk berbuat baik pada siapa saja.

Berbuat baik pada sesama manusia jangan pernah memandang karena namanya, tapi pandanglah mereka bahwa itu adalah manusia sama seperti diri kita sendiri. Jadi orang baik sangatlah mudah.

Penulis : Beny Barra ( Founder Club Baca Tapak Seribu) 

Pic : Aksi Club Baca Tapak Seribu. 

Categories
Artefak Literasi Puisi

Galiung

terkembang layar suci

sembari arahkan kemudi

tarik larik-larik jangkar

nukilkan doa dan butir harapan

arung  bahtera bersama laksamana

tegar semangat di depan haluan

tepis karang-karang menghadang

tengok sekali sekali ke arah buritan

halau badai menghadang arah

terobos gelombang dengan sabar

tentukan pilihan tuk mengarah

jangan lena dibuai  angin

teguhkan hati genggam  pedoman

kelak berlabuh gapai impian

oleh nakhoda penakluk buana

 

LandaiTepianTambora, 8.8.2017.

Categories
Opini TALI INTEGRITAS

Indonesia Butuh Ranking, Siswa Rendah Potensi

Hari ini, hampir semua Sekolah di Indonesia tengah melaksanakan ujian semester ganjil. Hal ini tentu sangat menegangkan bagi siswa tidak ketinggalan pun para orang tua. karena saatnya mengejar rangking dengan berkompetisi dan saling membeda-bedakan, yang kalah pasti keluar dan terpinggirkan sedangkan yang menang akan maju terus secara individual. Pada kenyataannya, sistem ranking di Indonesia membuat siswa tidak dapat mengembangkan potensi diri. Sebab, sekolah hanya menilai siswa dari segi akademisnya saja. Peringkat membuat setiap siswa dicap berdasarkan pintar atau tidaknya.

Masalahnya, pintar atau tidaknya siswa dilihat melalui hasil belajar yang dilambangkan dengan angka-angka, bukan pada proses bagaimana siswa memahami suatu materi yang diajarkan. Sistem ranking yang “notabene” menyamaratakan kemampuan siswa juga berdampak dalam hal evaluasi terhadap hasil belajar mereka.

Soal-soal yang diujikan biasanya tidak terlalu sensitif dalam menguji kemampuan masing-masing siswa. Karena kemampuan mereka dianggap sama rata, soal yang diberikan pun disamaratakan. Padahal, sudah jelas bahwa setiap siswa berbeda dalam menangkap materi yang diajarkan. Ibaratnya, mereka dituntut untuk menempuh garis finish yang sama, tidak peduli meskipun mereka memulai dari garis start yang berbeda-beda. Penyamarataan kemampuan siswa pada akhirnya akan melahirkan suasana kompetisi.

Kompetisi memang tidak sepenuhnya buruk jika dikelola dengan baik karena dapat memotivasi siswa untuk berusaha lebih keras untuk mencapai target yang diharapkan. Tetapi, tak jarang muncul suasana kompetisi yang tidak sehat. Sadar atau tidak sadar, kompetisi akan menciptakan sebuah situasi di mana setiap orang yang terlibat di dalamnya mengenal kata “musuh”. Menilik dari segi evaluasi hasil belajar, kompetisi mengajarkan siswa untuk berlomba menjadi peringkat pertama.

Terkadang melebihi kemampuan mereka sendiri. Bila mereka tidak mampu meraih standar yang ditetapkan, akan timbul dampak negatif yang tidak diinginkan, antara lain bertindak curang saat ujian atau siswa merasa tertekan karena takut dimarahi orang tua jika gagal dalam ujian dan menyebabkan peringkatnya turun.

Ironisnya, perengkingan juga dilakukan bukan saja setelah siswa melakukan proses belajar namun sebelum masuk dunia pendidikan diharuskan test kepintaran. artinya, yang bodoh tidak usah sekolah, sekolah itu untuk orang pintar saja. Lain halnya dengan Jepang. Negeri Sakura tersebut tidak ada istilah test kecerdasan seperti yang di lakukan di Indonesia. melainkan diwajibkan untuk test kesehatan. Karena anak yang down syndrom pun masih bisa bersekolah dengan sekolah umum dan diperlakukan sama rata.

Test kesehatan yang dilakukan di Jepang bukan untuk menerima atau menolak seorang calon murid, tetapi di tujukan untuk antisipasi dan mengetahui kelainan yang di miliki seorang anak. Misalnya untuk test mata, jika ternyata ada gangguan penglihatan, maka guru akan menyarankan memakai lensa korektif, sehingga pada saat kegiatan belajar mengajar anak tidak lagi terganggu dengan matanya.Semua sangat diperhatikan oleh pemerintah.

Sistem pendidikan di Jepang tidak mengenal klasifikasi kelas berdasarkan tingkat kecerdasan siswa (ada kelas unggulan, sekolah unggulan dan seterusnya, seperti di Indonesia ). Semua kelas terdiri dari anak-anak dengan beragam tingkat kecerdasan. Jepang juga tidak mengenal sistem pemberian ranking atau peringkat kepada muridnya. Sehingga semua murid tak ada yang merasa lebih dari teman-temannya atau sebaliknya.

Jepang tidak jauh berbeda dengan negara Finlandia, dalam menerapkan sistem pendidikan. Finlandia juga tidak mengenal namanya kompetisi. Tidak ada main peringkat, ranking-ranking-an, juara 1 juara 2 dan seterusnya. Tidak ada daftar sekolah terbaik atau guru terbaik di Finlandia. Tidak adanya persaingan pada pendidikan publik di Finlandia sehingga guru yang terbaik tidak dapat ‘dicuri’ untuk bekerja bagi sektor swasta. Mereka tidak mengukur prestasi hanya untuk memberi label pada siswa.

Bahkan bisa dibilang, Finlandia memandang kompetisi dalam lingkungan pendidikan merupakan konsep yang destruktif. Mental anak-anak dapat dihancurkan oleh evaluasi terus-menerus dan membuat anak-anak ini sendiri percaya bahwa mereka tidak cukup baik. Bagi Finlandia, ketika anak-anak dapat unggul pada apa yang mereka dapat lakukan dengan baik, bukan diukur untuk memenuhi standar, mereka dapat menghasilkan performa yang terbaik.

Anak-anak harus diberikan pendidikan sehingga mereka dapat berkembang terlepas dari bakat mereka. Tujuan pendidikan di Finlandia, seyogianya dapat membentuk siswa menjadi manusia yang lebih baik yang menghargai diri mereka sendiri dan dapat bernavigasi dalam kehidupan tanpa berpikir bahwa mereka lebih ‘pintar’ atau sebaliknya, tidak berharga. Bahkan siswa dengan development disorder ataupun penyandang cacat lainnya diletakkan pada kelas yang sama dengan siswa umum lainnya.

Jika bisa dibandingkan atau dicontoh oleh “kita” sistem pendidikan dari kedua negara maju tersebut di atas, setidaknya kita” tidak mengutamakan hasil ujian semata, namun sistem yang lebih menghargai proses. Para peserta didik dididik menguasai ilmu itu sendiri tanpa dibebani untuk mencapai skor tertentu.

Setiap orang diberikan penghargaan atas setiap capaian baik yang dia peroleh dan mendapatkan perhatian dibagian yang masih perlu peningkatan tanpa perlu dibandingkan dengan orang lain secara terbuka. Moralitas anak-anak didik dijaga agar tetap jujur dan yakin dengan kemampuan diri sendiri.

Ujian dilakukan bukan untuk mem-vonis peserta didik melainkan untuk mengevaluasi kinerja guru, mengevaluasi efektifitas teknik yang diterapkan dalam proses belajar-mengajar serta menyiapkan strategi lanjutan untuk meningkatkan penguasaan peserta didik. Bahwa dikemudian hari peserta didik harus menghadapi ujian tertentu, tidak akan mengapa. Karena mereka sudah memperoleh segala jurus untuk menaklukkannya. Patut dipikirkan bersama. *

Dihimpun dari berbagai sumber.

 

Categories
Berita

Kisah Pilu Anak Pahlawan

 

(Kisah Nyata dalam Menelisik Gerakan Literasi )

“Indahnya dunia tak dapat dinikmatinya”

“indah bagi orang suram bagi dia”

Kalimat dari sepotong bait lagu H. Rhoma Irama,itulah tengah dirasakan oleh mereka, walau tak ada kata menyesal tuk diucapkanya. Jauh dari sentuhan tangan tangan-lembut, jauh dari pelukan hangatnya malam, jauh dari kata-kata lembut sang Bunda. Mereka adalah Rama dan Eman.

Rama, berusia sepuluh tahun,  ia sekarang tinggal bersama neneknya di sebuah desa bernama Nangasia, Dompu, NTB.  Sejak usianya 2 tahun Rama ditinggal pergi oleh orang tuanya untuk bekerja di luar negeri menjadi TKI di Malaysia.

Kini Rama, sudah duduk di bangku kelas 3 SD. Sedikit terlihat dari tubuh polosnya tidak terawat, kancingan baju yang dikenakannya selalu atas bawah,  rambut pendeknya yang berwarna kemerhan dibiarkan terurai begitu saja.

Ke sekolah, Ia selalu menenteng tas kecil yang sudah usang,  di dalamnya berisikan satu buku tulis dan sebatang pensil sisa yang tidak bermata. Rama, selalu ceria saat bermain dengan teman temannya. Rama paling suka main kejar kejaran.

Orang tuanya rela meninggalkan Rama, di usia masih kanak-kanak untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarganya kelak.  Bekerja di luar negeri dengan mengharap banyak rezeki yang didapat dan tetasan keringatnya dinikmati oleh kebanyakan orang melalui peningkatan devisa negara.  Ironis,  Seusia Rama belum layak dilepas dan dibiarkan tanpa kasih sayang seorang ibu.  Rama belum tahu apa-apa,  ia hanya mampu melihat apa yang ditatap,  ia hanya mampu berucap apa yang didengar.

***

Pulang sekolah, Rama tidak langsung bermain seperti teman seuisianya,  ia harus membantu neneknya yang bekerja menjemur ikan tetangga. itu yang dilakannya setiap hari.

Rama, terperangkap,  Rama tidak bebas seperti teman-temannya. Rama punya pikiran sendiri dalam menjalani kehidupannya.

Orang tuanya sudah tiga tahun meninggalkannya,  tak pernah ada kabar apalagi mengirim uang untuk biaya hidup Rama bersama neneknya. Rama tetap bertahan. Rama, Tetap kuat walau sedikit tidak terurus.

Berbeda dengan teman-temannya yang bercita-cita menjadi Polisi, menjadi guru, dan dokter. Rama berkeinginan untuk memelihara sapi bila sudah besar nanti. Entah apa yang sedang berkecamuk dalam. pikiran polos bocah ingusan itu. Wallahualam.

Rama bersama neneknya, kini sedang mendulang pasir di pantai samudera Hindia, di istana gelombang laut Lakey. Rama, menjadikan sekolah untuk mencari kawan dan laut adalah kehidupanya, tempat ia belajar dan mungkin sebagai tempat mencurahkan segala keinginannya.

***

Sedangkan Eman, berusia 11 tahun. ia boleh disebut sebagai anak alam pada sebuah desa bernama Mansapa di Kabupaten Nunukan. Kesehariannya ia hidup selalu mengembara dari tempat satu ke tempat lainnya dengan sebatang kara.

Sejak kecil ia tidak pernah tahu siapa yang menjadi orang tuanya. Eman hidup seorang diri tanpa ada yang peduli dengan keberadaannya. Pakaian hanya seadanya saja, ia selalu mengenakan baju terbaiknya satu-satunya bertulisakan garuda di dadaku. celana merah hatinya terlihat koyak di bagian pantat.  Eman,  terus berjalan dan berjalan dengan luka yang bernanah di kakinya, siapa peduli? Entahlah.

Di usianya kini, seharusnya ia bersekolah dan sudah kelas 4 SD, sebagaimana anak seusianya. Eman tak memiliki teman untuk mencurahkan segala perasaannya, ia mampu memaknai apa yang menjadi keinginan alam sebagai sahabat hari-harinya. ia tidak pernah mengeluh tentang lapar, dingin, panas, ngantuk, capai, sebagaimana anak lain mengeluh pada orang tuanya.

Menurut cerita ke cerita,  Eman dilahirkan oleh sorang perempuan yang tidak diketahui siapa laki-laki sebagai ayah bocah itu.  Saat ini,  ibunya Eman tengah bekerja sebagai TKW, sejak Eman dilahirkan pada 11 tahun silam.

Rama dan Eman,  hampir senasib dan sepenanggungan. mereka terlahir dari rahim yang banyak dijuluki sebagai Sang Pahlawan Devisa. Yah… orang tua mereka secara tidak langsung ikut memberikan sumbangan untuk pertumbuhan devisa yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara.

Diakhir pengembaraanya Eman terdampar di Mansapa, sebuah taman baca di Nunukan. di sini ia belajar untuk lebih mengenal dunia.

Di Taman baca ini,  ia diajak untuk mengenal angka, huruf dan simbol simbol.

Namun hal itu tak lama dinikmati oleh Eman.  Si Bocah petualang ini tewas tenggelam oleh gemuruhnya ombak di Mansapa.

Saat itu Eman, mencari nafkah untuk dirinya sebagai pencuci tali pengikat rumput laut. Beberapa saat ia bekerja, tak ada yang tahu keberadaannya,  teman sepekerjanya menganggap Eman sedang buang air.  Namun malang nasibnya.  Eman terlihat sujud tersungkur di pinggir pantai.  Saat di angkat oleh penolongnya ia masih bernapas dalam kondisi lemas lalu dipapah dibawa ke puskesmas terdekat, di tengah perjalanan Eman sudah tidak dirasa denyut nadinya dan akhirnya Eman menghebuskan napas terakhirnya di depan Taman Baca yang ia kelolah.

Dan kini…

kita sedang menikmati Menu Devisa yang sedang disuguhkan oleh orang tua mereka. Kita sedang menyantap kemegahan dari tangisan-tangisan mereka. []

Categories
Artefak Literasi Puisi

Untukmu

UNTUKMU

Seperti malam…

Engkau hilang meninggalkan hari

Mengacuhkan waktu lalu pergi

Seperti pagi…

Engkau datang walau kabut berselimut asa

Memberi harapan untuk seberkas rasa

Seperti siang…

Ku sibak waktu dengan kata tak bersuara

Ku harap engkau dengan setitik cinta dalam dahaga

Kini…

Hari kan berganti malam

Tinggalkan kenagan berjuta kisah

Kau masih berarti dalam lamunan

Bermimpi walau tak setakjub lagi

Mampukah ini berarti?

Jika sisi waktu terus menghalangi

***

LandaiTepianTambora, @Beny Barra.2017.

Categories
Artefak Literasi Puisi

Membaca Sebuah Harapan

Membaca Sebuah harapan

bacalah nak…!

kelak kamu akan menaklukkan dunia

abaikan dikotomi yang ada

karena mereka sedikit punya rasa

teruslah membaca

genggam erat harapan

sematkan kunci kebahagiaan di dada

nikmati cita, cinta dan harapan

cukuplah layar-layar perahu mengayomimu

cukup buritan sampan yang mengarahkanmu

cukuplah deru ombak penghiburmu

cukup bintang senja penerang malammu

tak butuh badai mengantar ke tepian

tiada jua laut menaruh iba

bila umpan tidak dilepas

jangan harap ikan kau dapat

Bacalah…

Bacalah dangen menyebut Nama Tuhanmu.

By.  Beny Barra

Landai Tepian Tambora. 02.04.2017.

Pic : aksi baca Club Baca Tapak Seribu.