Categories
Opini

Rangsang Minat Baca Anak Melalui Dongeng

Seseorang yang paling dekat dengan anak adalah orang tuanya sendiri. Mereka cenderung menuruti apa yang dikatakan dan dicontohkan oleh orang tuanya. Dan orang tua merupakan sekolah paling utama untuk seorang anak sebelum menginjak pada pendidikan sekolah dasar atau sebelumnya.

Fenomena anak-anak yang lebih tertarik dengan HP salah satunya karena mereka meniru apa yang menjadi contoh dalam keseharian mereka. Mereka melihat orang tua yang begitu dekat dengan HPdan terkadang orang tua juga mengajarkan beberapa tentang apa yang ada didalam HP. Sebenarnya tidak ada yang salah ketika orang tua mengajarkan kepada anaknya untukmenggunakan HP karena memang anak-anak tidak boleh menjadi generasinyang tertinggal. Namun alangkah lebih baiknya jika keistimewaan orang tua ini yang mempunyai kedekatan dengan anaknya digunakan sebagai cara untuk menemukan potensi-potensi yang ada dalam diri anak  hingga dapat mengarahkan anak sesuai dengan potensinya.

Banyak hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk  menemukan potensi-potensi anaknya.  Dimulai dengan cara sederhana dengan meluangkan waktu untuk sekedar mengajak ngobrol tentang apa yang dilakukan anak dalam kesehariannya. Sebatas namun tanpa batas dilakukan setiap hari selepasa anak pulang sekolah misalnya atau sebelum anak tidur. Anak akan merasa menjadi anakyang begitu berharga yang diperhatikan oileh orang tuanya. Karena perasaan itu anak akan begitu peduli terhadap apa yang dikatakan orang tuanya.

Ketika seorang anak tidak mau mendengarkan perkataan orang tuanya jangan pernah menyalahkan anak atau bahkan menyebutnya anak yang melawan orang tua, anak nakal, dan jangan sampai keluar kata yang menyatakan tentang buruknya anak. Terkadang sebagai orang tua kita pun jarang untuk mendengarkan apa yang ingin dikatakan anak, mungkin dari sana anak mulai belajar atau meniru untuk tidak mendengarkan apa yang dikatakan orang tua.

Perhitungan, anak-anak zaman sekarang ini begitu mahir dalam hal seperti itu khususnya perhitungan untung rugi dalam kesehariannya. Dia memperhitungkan setiapyang dikerjakannya apakah akan menguntungkan dirinya atau tidak. Namun perhitungan yang mereka pahami hanya perhitungan yang memberi damapak untung atau rugi yang hanya sekejap tidak berjangka panjang.  Jadi kebanyakan mereka mendapatkan masalah lain dari perhitungan mereka.  Dan tanpa disadari semua yang mereka kerjakan adalah output dari apa yang mereka pelajari dari orang tuanya secara spontan dan terkadang hal itu menjadi sesuatu yang sulit untuk dirubah jika itu hal tidak baik karena sudah terekam dengan setiap harinya dari apayang mereka lihat.

Tapi, bukan berarti setiap kebiasaan buruk tidak dapat diubah menjadi baik karena jika memang ada kesungguhan untuk merubahnya semua itu pasti akan berubah jika memang benar-benar ditanamkan kembali nilai-nilai kebaikan dalam dirinya yang lambat laun mungkin kebiasaan buruk akan tertindih dengan kebiasaan baik yang dilakukan setiap harinya.

Seperti halnya dalam meningkatkan minat baca anak dapat dilakukan dengan memupuknya sedini mungkin. Namun buka berarti anak-anak yang sudah terlanjur mulai remaja tidak bisa dibiasakan untuk membaca. Lagi-lagi dalam hal ini peranan orang tua begitu penting dalam tumbuh kembang anak dalam kebiasaan-kebiasaan positif. Sampai kapan pun anak-anak selalu menjadikan orang tua sebagai teladan untuknya dalam bersikap dan berperilaku. Kebiasaan membaca bukan turunan atau sesuatu yang diwariskan oleh orang tuanya sebagai sifat turunan. Melainkan itu terbentuk karena dipupuk dan dibiasakan oleh orang tua dan lingkungannya untuk menjadi anak yang bersahabat dengan buku.

Lewat orang tua khususnya ibu yang mempunyai kedekatan yang lebih istimewa dengan anak dapat menjadi sebuah celah untuk menanamkan kebiasaan membaca pada anak dengan menjadikan orang tua sebagai pendongeng yang secara langsung meningkatkan minat baca anak lewat cerita dongeng yang didengarnya. Anak akan bertanya mengenai hal-hal yang dia dengar dari dongenng ibunya dan ibunya dapat menjadikan itu sebagai langkah untuk mengenalkannya pada buku agar anak mulai melirik dan menyukai buku. Meningkatkan minat baca anak bukan hanya dengan cara menyodorkan sebuah buku lalu menyuruh mereka untuk mambaca habis isi buku.

Ketika seorang anak tertarik dengan sebuah buku namun dia belum mau membacanya karena masih belum berminat orang tua bdapat melakukan berbagai metode membaca bisa dengan mendongengkannya atau membacakan nya dengan suara keras atau juga disebut Read Aloud. Ketika anak sedang begitu tertarik dengan apa yang dibacakan cobalah untuk melibatkan anak untuk sekedar membaca beberapa paragrap biarkan anak mendalami apayang dibacanya dan berikan ekspresi bahwa bacaannya menjadi semakin menarik ketika dibacakan sendiri.

Biasakan seperti itu ada sebuah kerjasama antara ibu dan anak dalam membangun minat baca anaknya. Orang tua sebagai pendorong utama dalam kemajuan anak-anaknya harus bisa memberi motivasi-motivasi yang meningkatkan semangat anak untuk menajdi membaca menjadi hal yang paling disukainya. Karena bagi anak yang mereka sukai akan selalu dikerjakannya. Orang tua jangan pernah bosan ketika anak belum menunjukan minatnya dalam membaca, coba untuk kembali dipikirkan apakah orang tua sudah benar-benar berminat juga dalam membaca ?

PENGARUH BAIK ORANG TUA MENDONGENG TERHADAP PENINGKATAN  MINAT BACA  ANAK-ANAK, menjadi sebuah pengingat untuk orang tua pentingnya peranan mereka dalam mendongenkan sebuah cerita dengan beberapa pesan hikmah dari sebuah dongeng yang dapat tertanam dalam ingatan mereka. Sesuatu yang tertanam dalam ingatan akan sulit untuk dilekang jaman. Dan dengan mendongeng akan menjalin hubungan yang semakin erat anak orang tua dan anak.

Wanti Susilawati – Rumpaka Percisa

Categories
Event

Sebuah Arah Mata Angin Menunjukan Rumah Cahaya #2

Selain peserta didik, guru perintis pun ikut ditantang program tersebut. Ibu Ade Rastuti, Ibu Dwi dan Pak Dude menjadi team work yang solid. Aku hanya sebagai pendukung dan pemandu semangat anak-anak. Namun sebenarnya, Sabak Percisa memanfaatkan celah program ini untuk melibatkan seluruh guru dan warga sekolah. Pak Dude meminta kepada Ibu Ade Rastuti untuk memerdekakan dirinya agar fokus dalam garapan literasi sekolah saja. Tidak diganggu dengan tumpukan administrasi yang tidak pernah selesai. Bahkan, sekolah guru yang tidak banyak bicara itu meminta pintu sekolah untuk didatangi komunitas-komunitas temannya. “Biarkan anak-anak bertemu dengan para ahli di bidangnya,” katanya suatu hari di ruang literasi kepada Ibu Ade Rastuti.

Sebenarnya, aku sudah ingin sekali terlibat dalam kegiatan literasi ini sejak setahun yang lalu. Akan tetapi, tidak berani untuk mengungkapkan keinginan yang terlanjur pupus. Alat komunikasi yang  sangat penting dalam bekerja, tiba-tiba rusak. Rasanya sepi tidak ada hiburan. Pada suatu malam sabtu, percakapan dengan Pak Dude di akun facebook berkelindan. Obrolan kecil tentang literasi yang waktu itu tidak begitu aku pahami. Sebab aku bukan orang yang senang dengan membaca buku. Baru sebentar membaca saja sudah menguap. Lantas buku yang baru dibaca sampai daftar isi saja sudah kututup lagi.

Dalam percakapan itu, tiba-tiba aku meminta sebuah buku untuk mengisi waktu luangku. Alasannya sederhana, karena kondisi HP-ku rusak, itu saja. Keesokan harinya, aku langsung dibawakan sebuah buku berjudul “DILAN #2”. Bacaan pertamaku, setelah sekian lama tidak menyentuh buku lagi. Saat pertama kali membacanya, sama sekali tidak ada rasa kantuk atau bosan. Malah, aku tidak ingin berhenti membacanya hingga menamatkannya seketika. Minat bacaku saat itu berubah drastis. Tadinya tidak suka sama sekali, tetapi berubah menjadi paling dinanti. Setelah bacaanku selesai ditugaskan untuk membuat ulasan dengan menuliskannya dalam bentuk ishikawa diagram. Ulasan itu terasa menjadi karya pertama yang membuatku semakin semangat untuk membaca buku lagi dan lagi. Seperti judul lagu Andra and the Back Bone, “Lagi dan Lagi”. Gara-gara HP rusak, ajakan Pak Dude untuk bergiat dengan Sabak Percisa membuatku terkena virus literasi. Alasan itu pula yang membuatku kecanduan untuk membaca buku-buku lainnya.

Peristiwa tersebut membuatku sadar bahwa membaca buku dapat memberi dampak ‘merasa hidup kembali’. Banyak kejutan dan semacam menemukan celah yang selama hidup tidak ditemukan. Pak Dude mengajakku untuk terlibat langsung dalam kegiatan literasi bersama anak-anak. Bagiku adalah sebuah kesempatan besar, seperti bertemu jalan menurun setelah lama menaiki bukit. Aku merasa bahagia dilibatkan dalam kegiatan literasi. Sejak saat itu, aku menantikan setiap kegiatannya. Banyak kegiatan yang mempertemukan dengan orang-orang yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Orang-orang hebat mulai dari sosok-sosok luar biasa dari kota kelahiran hingga para pejabat Kemendikbud.

Komunitas Pers cilik Cisalak saat itu membelah diri menjadi Sabak Percisa dan Rumpaka Percisa. Selain dilibatkan dalam kegiatan Sabak Percisa, aku juga dilibatkan dalam kegiatan Rumpaka Percisa. Aku langsung diberi tugas atas nama Rumpaka dalam kegiatan bersama Kampung Halaman Yogyakarta. Acara Rembug Remaja Indonesia yang diselenggarakan di Bandung itu adalah pengalaman pertama berkomunitas. Aku bertemu para remaja yang luar biasa dari berbagai daerah pulau jawa. Semangat jiwa dan raga keremajaannya begitu kritis dalam mewujudkan gagasan-gagasannya. Kegiatan yang bertujuan untuk memajukan anak-anak bangsa ini memantik bara yang padam dalam jiwa. Kobaran api remajaku terbangun kembali. Aku semakin bersemangat untuk berkegiatan literasi ini. Pak Dude dan komunitas literasinya benar-benar telah menyesatkanku pada jalan literasi yang penuh dengan kejutan. Hati dan pikiran benar-benar terjerumus pada jalan literasi yang memberi kesempatan semakin terbuka. Langit masa depan yang gelap seolah-olah runtuh oleh lesatan cahaya orang-orang yang bergerak di literasi.

Kesempatan yang diberikan oleh Rumpaka Percisa berikutnya, yaitu menjadikanku perwakilan dalam mengikuti Bimtek Pengelola Perpustakaan Taman Bacaan Masyarakat yang diselenggarakan DISPUSIPDA Provinsi Jawa Barat – Bandung. Banyak ilmu yang didapatkan, mulai cara mengelola TBM, mempromosikan, dan pendataan buku-buku. Ada hal yang lebih berharga lagi ketika dipertemukan dengan para pegiat literasi dari TBM-TBM yang ada di seluruh Jawa Barat. Lagi-lagi, aku belajar tentang semangat yang tumbuh dari belantara jiwa mereka.

Pada awal tahun 2017, aku ditugaskan Pak Dude untuk mendampingi inong-inong Aceh. Perempuan-perempuan titisan Malahayati itu, bertujuan untuk menenggelami cara Rumpaka Percisa menggeliatkan literasi di Kota Tasikmalaya. Aku merasa menjadi Indonesia, karena diberi kesempatan untuk menemani mereka selama dua pekan. Akhirnya, aku bisa mendapatkan teman-teman dari sebuah pulau paling barat nusantara. Hal itu semakin membuatku melayang dan memutuskan menjadikan sayap di punggungku untuk mengepakkan virus literasi dengan Rumpaka dan Sabak. Mereka bergeliat dengan,jiwa dan raganya, tanpa lelah, demi anak-anak bangsa ini literat.  Aku ingin seperti mereka, bergeliat dengan cinta dengan bunga-bunga literasi untuk anak-anak negri.

Setelah terlibat dalam berbagai kegiatan literasi, aku memahami satu hal, yaitu mengenal potensi dalam diri. Aku mulai mengenal para penggerak di Tasikmalaya, Jawa Barat, dan Indonesia. Melalui tugas-tugas yang diberikan Rumpaka Percisa, aku berjalan menuju sebuah ceruk yang mengarahkanku pada tujuan hidup. Aku dengan orang-orang yang begitu mencintai kota kelahirannya, kini saling berpegangan tangan. Literasi telah banyak memberikan warna baru dalam kehidupanku. Membuka pemikiran yang selama ini hanya terpaku pada kesibukan-kesibukan dan mementingkan diri sendiri.

“Ketika seseorang bergerak, semesta akan membukakan jalan dari seluruh penjuru mata angin,” begitu pesang sang Jenderal Vudu Abdul Rahman. Semesta tidak akan pernah menghentikan jalanmu, justru akan mempertemukanmu pada jalan-jalan lain. Mungkin saja selama ini terkesan buntu, tetapi sebenarnya orang-orang yang berhati dan berjiwa literat menunggu gelombangku agar satu frekuensi.

Mengajak orang lain dalam kebaikan, apalagi menerjemahkan perintah “Iqra!” yang diturunkan Allah SWT dalam wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW, akan menemukan keajaiban-keajaiban dalam hidup. Begitulah jalan literasi yang aku alami selama ini, semesta mendorongku menuju wajah cahaya. Kini, sebuah rumah yang langit-langitnya dihiasi bintang-bintang impian dan harapan adalah Rumpaka Percisa dan Sabak Percisa.

Wanti Susilawati – Rumpaka Percisa

#TBMstory2017 #forumtbm #sahabatliterasi #gerakanliterasilokal #gerakanliterasinasional

Categories
Event

Sebuah Arah Mata Angin Menunjukkan Rumah Cahaya #1

Awal perkenalanku dengan dunia kerja di sebuah sekolah dasar pada bulan Nopember 2013. Aku seorang lulusan sekolah menengah kejuruan program bisnis dan manajemen jurusan akuntansi. SDN. Perumnas Cisalak adalah tempat kerja pertama setelah selama enam bulan menganggur. Enam bulan berikutnya menjadi pekerja buruh industri rumahan milik tetangga. Jam kerja menghabiskan waktu hampir 24 jam, karena pekerjaan dapat dibawa ke rumah.

Bagaimana bisa lulusan SMK bekerja di sekolah dasar? Seharusnya lebih cocok bagi mereka yang mengeyam pendidikan perguruan tingga jurusan PGSD. Kuliah itu hanya bisa menjadi sebatas mimpi untukku, aku hanya anak dari keluarga yang biasa saja. Memang di lingkunganku setelah lulus sekolah kebanyakan langsung bekerja, jadi orang tuaku pun mengharapkan begitu. Menuruti kemauan orang tua awalnya, karena bagiku orang tua lebih tahu apa yang terbaik untuk anaknya.

Saat itu, seorang kawan mengundangku ke acara pernikahannya. Aku pun datang dengan kakakku untuk memenuhi undangannya. Dia adalah seorang teman saat duduk di bangku sekolah dasar. Mungkin ini sudah menjadi skenario Alloh SWT ketika hendak pulang. Kakakku bertemu dengan soerang temannya semasa sekolah dasar juga. Dalam obrolan, dia menawarkan sebuah pekerjaan. Dia sendiri pun bekerja di SDN 1 Nagarasari, sebuah sekolah dasar yang satu komplek ketika aku duduk di bangku SDN 7 Nagarasari.

Dia menawarkan untuk menjadi operator sekolah atau tenaga adminstrasi di bagian tata usaha. Akan tetapi, aku bukan bekerja di sekolah satu komplek itu. Justru, aku bekerja di SDN. Perumnas Cisalak. Sekolah ini juga merupakan komplek SDN. Perumnas 1 dan SDN. Perumnas 2 sebelumnya. Kini telah berubah menjadi SDN Perumnas Cisalak setelah merger pada tahun 2015. Keputusan tersebut berdasarkan program pemerintah Kota Tasikmalaya. Ketika ditawari, aku merasa bingung apakah aku bisa? Terkadang, aku tidak percaya dengan kemampuankku sendiri, mudah ragu, putus asa, pemalu, bahkan pendiam. Keseharianku lebih senang menghabiskan waktu di rumah, mengasuh ke empat keponakan. Sama sekali tidak tahu dunia luar. Beberapa teman yang aku tahu pun karena jaringan internet. Meskipun waktu itu begitu sulit mengakses internet, tidak  seperti sekarang.

Kakakku pun tidak mempunyai pekerjaan, tadinya akan mengisi lowongan pekerjaan itu pada awalnya. Akan tetapi, dia punya anak-anak yang lebih penting untuk diperhatikan. Dengan restu dari kedua orang tua, aku memenuhi lowongan pekerjaan itu akhirnya. Senyum orang tua menyertai setiap keberangkatan. Apalagi ibu, dia malah bilang mungkin nanti kamu bisa diangkat menjadi guru (menjadi PNS). Menuruti keinginan orang tua adalah surga. Mereka pendorong terbesar dalam kehidupanku. Meski awalnya tidak bersedia, mereka khawatir ketika aku menganggur, menjadi perempuan yang sering berdiam diri di kamar. Mereka sangat berharap kepadaku agar memiliki semangat baru.

Teman kakakku datang ke rumah dan memberitahukan bahwa kepala sekolah SDN 1 perumnas agar aku segera memulai bekerja. Aku pun memenuhi panggilannya untuk datang dengan membawa amplop cokelat lamaran. Berisi persyaratan untuk melamar pekerjaan, diantar oleh doa ibu dan ayah yang juga mengantarku dengan becaknya. Ayahku seorang tukang becak yang hebat. Ayah dan ibu bersusah payah untuk menyekolahkan anaknya hingga lulus SMK dan berhasil bekerja. Pengorbanan mereka tidak akan pernah bisa tergantikan.

Ibu kepala sekolah menyambutku dengan hangat, aku duduk di sebuah kursi tamu ruang kantor. Beberapa hal pertanyaan diajukan beliau untuk menyakinkan bahwa aku pantas bekerja di sana. Ini semua keajaiban dari sang Maha Pencipta yang memudahkan jalan. Hari itu, aku langsung diterima untuk bekerja. Bahagia, haru bercampur dengan perasaan bahagia. Berkat doa dan dorongan orang tua, pekerjaanku berjalan dengan lancar dan menyenangkan. Bisa bertemu dengan anak-anak yang ceria, terkadang aku dibuat malu oleh mereka yang sering mengeluh. Banyak hal yang aku pelajari dari mereka, guru-guru kecilku. Bapak-ibu guru pun begitu baik, mereka seperti orang tua bagiku.

Namun, ada satu guru yang berbeda saat itu, dia bapak guru wali kelas 4. Guru paling muda di sana. Cara mengajarnya, menurutku berbeda dengan guru lain. Anak-anak diberi ruang berkreativitas. Banyak kegiatan yang digeliatkannya yang cocok untuk anak-anak sekolah dasar. Mereka memang masih dalam suasana tumbuh-kembang dengan ruang belajar dan bermain yang tidak mengekang. Aku tertarik dengan cara mengajarnya, tetapi tidak lantas membuatku ikut terlibat dalam kegiatannya. Selain mengajar di sekolah, dia juga bergeliat di komunitas kreatif yang saat itu bernama Pers Cilik Cisala. Sebuah ruang kreativitas untuk anak-anak sekolah SDN. Perumnas Cisalak dan sekitar yang diasuhnya. Saat itu, hanya sebatas tertarik dan kagum dengan apa yang dilakukannya. Meski tidak ikut terjun langsung, saat itu pemikiranku hanya terbatas untuk bekerja saja.

Pada tahun kedua bekerja di sana, ibuku meninggal dunia karena penyakit stroke yang dideritanya, Januari 2015. Bekerja menjadi tidak sesemangat karena kehilangan sosok yang paling memberikan pengaruh dalam hidup. Namun, tidak baik jika terus menerus dalam keterpurukan. Aku bangkit dan kembali melanjutkan kehidupan seperti biasanya.

Kegiatan Pak Dude Abdul Rahman, bapak guru yang berbeda itu kiprahnya semakin kelihatan. Ia memberikan ruang seluas-luasnya untuk anak-anak didiknya. Hingga menghasilkan sebuah karya berupa album lagu dan beberapa film pendek. Komunitas literasi anak yang didirikannya terus bergeliat.

Satu tahun kemudian, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menggaungkan sebuah program literasi bernama West Java Leader Reading Challenge.  Program ini diikuti oleh seluruh sekolah yang terplih sebagai sekolah perintis WJLRC. SDN. Perumnas Cisalak menjadi salah satu sekolah yang terpilih. Dibentuklah sebuah komunitas sekolah untuk mengikuti tantangan membaca tersebut. Pak Dude Abdul Rahman ditunjuk sebagai guru perintis oleh Ibu Ade Rastuti, S. Pd., kepala sekolah penggerak yang ditugaskan ke SDN. Perumnas Cisalak, tahun 2015. Sekolah Bacaan SDN. Perumnas Cisalak (Sabak Percisa) pun digagas Pak Dude untuk menaungi kegiatan literasi sekolah. Termasuk dalam menjalankan program WJLRC. Sebuah kelompok bernama TIM H. Agus Salim yang beranggotakan 16 peserta didik berkomitmen untuk menaklukkan tantangan WJLRC. Mereak harus mampu membaca buku sebanyak minimal 24 buku dalam waktu 10 bulan.

Wanti Susilawati – Rumpaka Percisa

#TBMstory2017 #forumtbm #sahabatliterasi #gerakanliterasilokal #gerakanliterasinasional