Rencana penyerahan motor pustaka keliling dari Perpustakaan Nasional RI untuk para pegiat FTBM dan PBI cukup alot. Bagaimana tidak? Motor yang berjumlah 60 unit, berkurang menjadi 35 unit. Sisanya? Ternyata, 25 unit dibagikan ke polisi dan tentara.

“Tak apalah, militer dan sipil gerak bareng. Tinggal kita atur yang 35 unit ke relawan yang benar-benar aktif bergerak agar bisa membuat Perpusnas dan BPK menganggarkan bantuan motor gelombang kedua,” begitu pesan Nirwan Arsuka (Pendiri Pustaka Bergerak Indonesia) kepada Melvi (PP FTBM Indonesia).

Firman Venayaksa, Ketua PP FTBM Indonesia memberi konfirmasi bahwa Pak Deni dari Perpusnas telah membicarakan perihal mekanisme pemberian bantuan motor perpustakaan keliling tersebut.

“Alokasi yang ada adalah 35 motor perpustakaan keliling untuk teman teman komunitas penggerak pustaka. Di bawah koordinasi Pak Nirwan dan Pak Firman. Dan sudah diputuskan yang akan menghubungi Pak Firman adalah Pak Nirwan. Usulan bersama mohon dapat disepakati. Antara Pak Firman dan Pak Nirwan. Jika diperlukan kita bisa diskusi lebih lanjut, terang Pak Deni.

Sebelumnya, Nirwan Arsuka mengonfirmasi kepada Melvi tentang informasi anyar Perpusnas, bahwa Perpusnas ingin membantu militer (tentara dan polisi) yang ternyata juga mengajukan permohonan. Karena motor yang tersedia sejumlah 60 unit, maka militer dibantu dengan 25 motor. Sisanya diambil 15 unit untuk FTBM dan 10 unit untuk PBI, yang tadinya masing-masing dapat porsi 30 unit.

“Dari 25 motor untuk militer itu, mungkin sekali (dugaan saya) dibagi jadi 10 unit untuk polisi dan 15 unit untuk tentara. Agaknya ini upaya Perpusnas untuk mengatur pembagian di gelombang pertama, pada semua kalangan: sipil dan militer,” tambah Nirwan melalui Whatsaapp.

Masih melalui pesan Whatsaapp, Nirwan Arsuka menambahkan,  “Pembagian gelombang kedua mungkin sekali akan ditentukan oleh pertanggungjawaban penggunaan motor pada tahap pertama ini. Makin bagus penggunaan motor, makin besar porsi yang akan diberikan.”

Melvi berinisiatif mengirimkan daftar TBM yang diajukan adalah TBM-TBM terpilih dengan mekanisme berjenjang yang melibatkan pengurus daerah.

“Baiknya ketemuan bareng dulu antara pihak Perpusnas, perwakikan PP Forum TBM, Perwakilan Pustaka Bergerak, juga dari perwakilan polisi maupun tentara yang bakal menerima motor. Dalam pertemuan bicarakan bareng mekanisme dan kesepakatan bersamanya. Jangan sampai ada perbedaan kesepakatan antarpihak penerima. Nanti akan saling lempar, saling tuding, maupun lepas tangan kalau di kemudian hari ada perbedaan satu sama lain,” saran Faiz yang bertugas sebagai Ketua Divisi Keorganisasian PP FTBM.

Setelah saran Faiz Ahsoul dijadikan pijakan, Melvi mengonfirmasi kembali bahwa daftar TBM yang dipilih Perpusnas berdasarkan daftar yang diajukan Pustaka Bergerak dan Forum TBM. Ia mengingatkan bahwa alokasi dari Perpusnas hanya 33 motor.

“Besok, hal ini akan saya konfirmasikan ke Pak Deni, apakah 2 motor lagi bisa dialokasikan untuk TBM, sehingga total jumlahnya menjadi 35 motor seperti yang sudah disampaikan sebelumnya. Karena Kang Vudu sudah rela dan lapang dada untuk tidak menerima bantuan motor, sebaiknya motor dialihkan ke Kang Opik yang secara medan operasional jauh lebih membutuhkan motor,” konfirmasi lanjutan dari Melvi.

Ia menambahkan bahwa daftar final TBM penerima motor, harus dikirim ke Perpusnas. Selain itu, agar penerimanya juga dapat mempersiapkan diri untuk datang ke Jakarta. Ia meminta untuk menentukan skala prioritas dari 1-13 dan 2 TBM cadangan, jika dapat mengajukan tambahan 2 TBM untuk melengkapi jumlah 35 motor.

Berikut ini daftar TBM calon penerima bantuan motor Perpusnas:

1. TBM Ar-Rasyid, Aceh
2. Rumah Baca Bakau, Deli Serdang Sumatera Utara
3. TBM Sakila Kerti Tegal Jawa Tengah
4. Motor Literasi, Serang
5. TBM Pelita An-Nazma, Tangerang
6. Rumah Baca Zhaffa, Jakarta
7. TBM Warabal, Parung Bogor
8. Komunitas Ngejah, Garut
9. Rumpaka Percisa, Tasikmalaya
10. TBM Wadas Kelir, Purwokerto
11. TBM Kuncup Mekar, Gunung Kidul Yogyakarta
12. TBM Aliansi Bikers Sosial Balikpapan
13. Nemu Buku, Palu Sulawesi Tengah
14. TBM Sam Ratulangi Mari Jo Ba Baca, Manado Sulawesi Utara
15. TBM NBC L TERNATE

Berdasarkan keputusan akhir yang dikonfirmasi Melvi, Rumpaka Percisa yang didirikan Vudu Abdul Rahman tetap menjadi pertimbangan utama. Alasannya, Rumpaka dianggap dapat menjalankan amanah bantuan motor ini untuk aksi-aksi literasi yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas.

Menarik jika peta persebaran motor cukup merata, entah pihak siapa pun nanti yang akan menerimanya (tentu dengan berbagai macam kriteria kelayakan). Baik TBM, PBI, Polisi, Tentara, penerima motor nanti bisa dikondisikan untuk saling bersinergi di lapangan termasuk progres layanannya.

“Memang, sih, sebenarnya yang perlu tegas, yaitu pihak Perpusnas karena ini program bantuan motor di bawah tanggung jawab mereka,” tegas Faiz.

Setelah serah-terima berkas, kunci, dan STNK kepada para pegiat literasi, pihak PBI pun mengonfirmasi. Sehari setelahnya, Nirwan mengunggah penjelasan di laman facebook-nya yang tidak diubah sedikit pun, berikut ini:

Banyak yang bertanya, siapa saja relawan Pustaka Bergerak yang terpilih menerima bantuan motor pustaka dari Perpusnas yang diserahkan secara simbolik oleh Presiden Joko Widodo September tahun lalu.

Berikut ini adalah daftar kawan-kawan yang terpilih untuk gelombang pertama. Jumlahnya 20 orang, berkurang dari angka semula 30, karena harus dibagi dengan rekan-rekan TNI dan Polri yang juga ingin bergerak.

20 relawan ini terpilih berdasarkan konsistensinya bergerak menyebar pengetahuan gratis, kemampuannya membangun simpul-simpul pustaka yang baru, dan kesanggupannya datang ke Jakarta menjemput dan membawa pulang motor bantuan tersebut.

Relawan yang konsisten bergerak dan membangun simpul-simpul pustaka baru jumlahnya tentu lebih banyak dari 20 orang. Tapi kendala teknis dan waktu membuat kawan-kawan yang tadinya terpilih, terpaksa mengundurkan diri.

Idealnya, untuk bantuan gelombang berikut, para relawan juga dibantu dengan transport, terutama untuk kawan-kawan di luar Jawa. Biaya transport penumpang dan cargo itu nilainya tentu jutaan, yang tentu lebih mendesak dipakai untuk pengadaan buku dan perbaikan fasilitas simpul pustaka.

Jumlah bantuan tentu sebaiknya ditingkatkan, karena relawan yang sungguh-sungguh bergerak dan sanggup membangun simpul-simpul baru itu jumlahnya ratusan. Sebagian dari mereka punya akses ke internet dan medsos yang membuat kegiatannya cukup terpantau, sebagian lagi tetap bergerak meskipun nyaris terputus dari hiruk pikuk dunia luar. Jika tiap kecamatan di Indonesia ditargetkan punya 1 motor pustaka, maka setidaknya harus disiapkan sekitar 6700 motor.

Kepada kawan-kawan yang sebelumnya sudah masuk daftar tapi kita geser ke daftar tunggu, dan tetap berbesar hati, kita ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Mereka ini antara lain adalah Togu Simorangkir, Syaifuddin Gani Full, Ahmad Arif, Salahuddin Al Ayyubi, Adlun Fiqri , Fery Irawan dll. Adapun Asep Aldo Putra Lebak yang mendapatkan kunci simbolik langsung dari Presiden Jokowi, menyatakan mundur karena sudah mendapatkan Putera, penerus Si Aldo.

Buat kawan-kawan yang terpilih dan sudah sampai di tempat masing-masing, kita ucapkan selamat bergerak dengan motor baru. Semoga gerakan pengerahan pengetahuan bermutu ini bisa menjalar semakin jauh, menjangkau lebih banyak warga yang sebelumnya terisolir dari berkah buku.

Buat kawan-kawan yang terpilih, tapi masih bergulat mencari cara untuk mengangkut motor tersebut ke tempat masing-masing, seperti Anand Yunanto, Sultan Jaya Negoro dan Andilo Mora, kita doakan semoga jalan keluar bisa terbuka secepatnya.

Pembahasan di atas, disampaikan juga pada hari penyerah-terimaan berkas, kunci, STNK, di Perpusnas, (Rabu, 17/1/2018). Seluruh penerima motor bantuan dari Perpusnas diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mempermudah gerakan para pegiat di daerah. Baik Firman maupun Nirwan, kedua belah pihak yang mewakili kesepakatan PP FTBM dan PBI dengan Perpusnas, keputusan memilih 33 TBM/Komunitas Literasi yang diwakili masing-masing ketuanya dapat dipertanggungjawabkan. Karena tidak mudah juga ketika kesepakatan Perpusnas yang awalnya akan membagi 60 unit motor pustaka, berkurang tiba-tiba menjadi 33 unit untuk dibagi antara FTBM dengan PBI. Sedang batas waktu penyerahan sangat mendesak untuk dibagikan kepada para pegiat.

“Saya kira tidak perlu mengistilahkan dikotomi plat merah dan plat hitam, jika pemerintah memiliki niat baik untuk membantu para pegiat. Syukuri saja dan manfaatkan sebaik-baiknya untuk bermanfaat lebih luas di daerah masing-masing,” terang Firman dalam sambutannya.

Syarif Bando, Kepala Perpusnas RI yang tiba sebelum acara ditutup, menemui 35 orang pegiat literasi. Ia berharap agar bantuan tersebut dapat meningkatkan indeks minat baca masyarakat dan memperluas jangkauan layanan perpustakaan, baik oleh para pegiat FTBM maupun PBI.

Ia menambahkan dalam sambutannya bahwa sebagai salah satu lembaga yang mendukung pendidikan, perpustakaan wajib menyediakan berbagai informasi yang diperlukan masyarakat. Terutama dalam menambah keragaman koleksi yang ada, serta kualitas layanan kepada masyarakat. Pembinaan dan pengembangan Perpustakaan Nasional pada tahun 2017 meliputi berbagai program kegiatan, salah satunya hibah motor perpustakaan keliling.

Syarif mengatakan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan  Komisi X DPR-RI disepakati bahwa pihaknya secara bersama-sama mengusahakan besar anggaran pendidikan yang masuk ada di Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pengembangan perpustakaan di Kabupaten/Kota dan desa. Perpusnas telah sepakat dengan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi untuk memasukkan APBD Desa untuk pengembangan perpustakaan desa sesuai Peraturan Menteri-nya tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa di 2018. Ia meminta semua pihak untuk peduli, bersinergi dan dapat mengedukasi masyarakat dengan mendistribusikan ilmu terapan hingga ke pelosok daerah.

Selain menerima hibah bantuan motor perpustakaan, para pegiat TBM dan pustaka bergerak juga akan diberi pembekalan, berupa keterampilan dan pengetahuan melalui pelatihan maupun workshop yang diselenggarakan oleh Perpusnas.

Firman, perwakilan dari dari salah satu perpustakaan komunitas dan pustaka bergerak mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan Perpustakaan Nasional dalam menggerakkan literasi. Pemerintah disini hadir. Artinya, ketika masyarakat bergerak, pemerintah pun tidak tinggal diam, ucapnya. Firman mengharapkan kepada rekan-rekan seperjuangan agar motor perpustakaan keliling dapat bermanfaat secara optimal dan juga sebagai pelecut semangat. Firman juga berharap ke depannya, Perpusnas masih terus merangkul komunitas minat baca lainnya yang masih banyak tersebar di pelosok Nusantara secara bertahap.

Syarif Bando mengingatkan pihaknya akan terus berteriak apabila masih ditemukan kesenjangan antara wilayah dan rasio buku dengan penduduk  Hal tersebut diperkuat paparan ilmiah Menteri Keuangan Sri Mulyani pada kegiatan World Bank, Oktober 2017. Di katakannya, Indonesia masih membutuhkan waktu 45 tahun untuk mengejar ketertinggalan  budaya baca, dan ketinggalan 75 tahun untuk penguasaan teknologi informasi. Sangat penting kita bersinergi untuk meningkatkan budaya baca (Vudu).