Oleh Maya Veri Oktavia*
Terpantik dari Buku yang Berserak
Buku-buku kembali berserak di ruangan. Di hadapan anak-anak, buku berubah menjadi rel kereta api, rumah-rumahan atau menjadi piring dan wajan penggorengan.
Beberapa anak menata buku untuk menyalurkan hasrat bermain jual-beli. Hanya satu-dua anak saja yang sibuk membolak-balikkan lembaran gambar dalam buku. Komat- kamit mulutnya berusaha mengomunikasikan pesan gambar pada buku itu. Tentu saja dengan gaya bahasa anak seusianya yang belum mampu mengeja huruf.
Buku menjadi lahap dimainkan dalam dunia imajiner mereka. Mereka yang belum paham tentang memanfaatkan buku, yang masih terbata mengeja huruf, namun masih ada kemauan untuk mendekati buku. Mereka yang memiliki dunia imajiner dan bermain, masih tertarik untuk menyentuh buku meski ada mainan lain di hadapannya.
Dari buku yang berserak, terpantik hati kami sebagai pengelola TBM Mekar Insani untuk menyentuh mereka. Tingkah polah mereka saat berdekatan dengan buku, menarik kami untuk menelusur lebih jauh peluang yang bisa diambil untuk pengembangan kegiatan literasi. Karena saat itu kami mengamati greget masyarakat usia remaja dan dewasa masih minim, terlihat dari frekuensi kunjungan ke TBM Mekar Insani. Justru anak-anak usia dinilah yang kerap menyambangi TBM Mekar Insani hingga sekarang.
Kalau boleh dikatakan dengan bahasa statistik, anak-anak usia dini memperlihatkan grafik yang stabil bahkan relatif meningkat dari waktu ke waktu sebagai pengunjung dan partisipan di kegiatan TBM. Realita inilah yang menguatkan komitmen kami untuk menggarap anak usia dini sebagai sasaran utama program-program TBM. Meskipun TBM tetap mengakomodir pengembangan literasi masyarakat dari berbagai usia, terutama dari kalangan orang tua.
Anak-anak usia dini masih sangat bergantung dengan orang-orang dewasa di sekitarnya, terutama orang tua yang mendampingi berkegiatan literasi. Keberadaan anak-anak ini bisa dijadikan pemantik bagi orang-orang dewasa di sekitarnya untuk berkomitmen pada aktivitas literasi. Komitmen pengelolaan TBM Mekar Insani yang menitikberatkan pada stimulasi minat baca sejak dini menjadi langkah strategis. TBM Mekar Insani berdampingan dengan kegiatan PAUD. Program- program TBM bersinergi dan terintegrasi dengan kegiatan PAUD.
Jika Tidak Mampu Melakukan Sebagian, Jangan Tinggalkan Seluruhnya
Kegiatan membaca bisa dikatakan kecenderungan, kegemaran, atau gaya hidup. Realitasnya, masyarakat masih menganaktirikan aktivitas membaca dalam proses berkebudayaan, berperadaban, bersosialisasi bahkan dalam proses pencarian ilmu pengetahuan. Di sekolah, guru menganggap hal yang wajar dan maklum manakala para siswa belum mampu menjadi kutu buku.
Guru tidak akan bisa menjadi penggerak selagi masih saja berkutat sebagai pemberi instruksi dan belum mampu menjadi pelaku literasi. Di rumah, para orang tua pun belum mampu menjadi penggerak budaya baca bagi seluruh anggota keluarga. Rumah tanpa berjajar buku lebih bisa dianggap wajar dibanding rumah tanpa TV dan perabot yang lain.
TBM Mekar Insani tertatih-tatih menggiring kesadaran masyarakat dalam berliterasi. Ketika program TBM menyentuh kalangan dewasa, banyak kendala terkait waktu dan aktivitas pekerjaan. Masyarakat di sekitar TBM yang terletak di tengah- tengah perumahan mayoritas pekerja kantoran, PNS, yang waktunya telah tersita untuk pekerjaan dari pagi hingga malam. Kesempatan untuk berkegiatan literasi tidak bisa optimal.
Remaja pada awalnya memiliki semangat melalui kegiatan berbasis komunitas. Melalui komunitas dikembangkanlah program kajian film, kajian sastra, kajian bedah buku, dan bedah karya. Tapi komunitas ini pun tak bertahan lama karena kesibukan mereka di sekolah dan kampus. Komunitas muda- mudi di tiap malam minggu pun lambat laun sepi. Di saat program literasi yang dikembangkan TBM Mekar Insani tak lagi kondusif untuk menstimulasi minat baca masyarakat, sapaan anak-anak PAUD menggugah semangat baru. Terkadang kesenjangan antara ikhtiar dengan hasil yang tak sepadan menimbulkan susutnya semangat yang berpengaruh pada aktivitas TBM.
Tapi lagi-lagi rengekan bocah-bocah untuk dibacakan cerita itulah yang mengalirkan energi baru bagi kami. Selalu ada 2-3 anak yang bertandang ke TBM, minimal anak-anak yang ada di PAUD Mekar Insani. Mereka datang dengan buku pilihannya, meminta kami untuk membacakan cerita. Terkadang mereka datang untuk sekadar membolak-balikkan halaman buku. Sekilas tak begitu berarti, mungkin. Karena dampak yang terlihat dari kemampuan anak-anak dalam literasi tak berwujud secara konkret.
Sulit rasanya anak seusia mereka bisa menghasilkan karya buku. Tidak mudah pula mengarahkan mereka untuk bisa menjadi seorang pendongeng buku, pembaca buku, dan berbagai label literat lainnya. Karena menurut standar perkembangannya, anak di bawah usia 7 tahun memang belum memiliki kemampuan baca tulis. Tapi kami memiliki komitmen untuk mendampingi mereka menjadi generasi yang cinta buku. Cinta itulah yang akan menjadi landasan untuk beraktivitas dengan buku bahkan bisa membangun akhlak baik pada buku.
Pada akhirnya, TBM Mekar Insani mengatur ulang program yang dijalankan. Ketika masyarakat dewasa maupun remaja belum terdampak secara signifikan dalam berkegiatan literasi, bukan berarti kami akan menghentikan upaya berliterasi. Kami menyadari belum bisa melakukan banyak hal, bahkan belum ada sebagiannya, tapi bukan berarti kami akan tinggalkan seluruh aktivitas TBM. Karena bocah-bocah kecil itu telah menanti kami untuk mengajak mengarungi dunia aksara dan imajinasinya yang akan membekalinya sebagai generasi literat.
Gerakan Cinta Buku Sejak Dini
Menumbuhkan minat baca pada anak usia dini menjadi sebuah tantangan tersendiri karena mereka belum memiliki kemampuan untuk membaca huruf dengan baik. Anak seusia PAUD masih sangat bergantung pada orang dewasa di sekitarnya untuk bisa menikmati dan memahami cerita/isi buku. Sangat dibutuhkan pola keterlibatan efektif untuk menggiring minat anak pada aktivitas membaca. Melalui pola pendampingan yang tepat, ketidakmampuan anak dalam membaca huruf bisa distimulasi akselerasi kemampuan membacanya.
Pendekatan yang tepat untuk anak usia dini dalam kegiatan literasi adalah menumbuhkan minat baca, bukan pada kemampuan membaca. Dengan demikian, sasaran stimulasi terletak pada kecintaannya pada buku. Rasa cinta itulah yang akan menjadi fondasi kuat untuk mengukuhkan keintiman anak pada buku. Pada akhirnya anak senantiasa akan merindukan buku dan selalu peduli dengan buku. Inilah yang menjadi idealisme kami.
Tantangannya kemudian adalah bagaimana mengonsep kegiatan literasi yang efektif untuk mereka agar bisa mewujudkan idealisme itu. Mengambil teori dan memadukannya dengan pengalaman selama mengelola PAUD serta berinteraksi dengan anak-anak, dapat disimpulkan bahwa kunci mendekati mereka adalah dengan permainan. Dunia anak adalah bermain. Konsep ini yang melandasi program-program yang kami susun.
Bongkar pasang kegiatan dan perangkat dilakukan di sana- sini untuk menyesuaikan minat anak agar mau berdekatan dengan buku. Hari ini mereka meminta dibacakan cerita dalam buku, belum tentu keesokan harinya keinginan mereka akan sama. Bisa jadi karena kemampuan menceritakan kurang berkesan bagi anak, sehingga tidak memberi dampak numani dan nagihi. Putar otak lagi untuk membuat program lain yang bisa menarik perhatian anak. Kegiatan menyampul dan membuat pembatas buku menjadi pilihan kegiatan yang kami tawarkan. Berbekal kertas karton dan kertas lipat warna warni, kami mengajak anak-anak berkreasi. Yess! Mereka antusias.
Aneka bentuk boneka dan love-love yang mereka buat, memantik kebanggaan dalam diri mereka. Kegiatan ini bisa bertahan beberapa waktu, bahkan teman-teman yang lain datang untuk turut serta membuat prakarya. Tak lupa kami selipkan pesan untuk mereka bahwa dengan pembatas buku sesungguhnya mereka memiliki andil dalam merawat buku. Siapa saja yang mampu merawat dan menghargai buku, ia akan mendapatkan berkahnya ilmu yang didapat dari buku itu.
Suatu waktu, ada salah seorang anak di kelas TK terlihat membolak-balikkan surat kabar bekas. Sesekali ia menunjuk gambar sembari mengometarinya. Teman-teman yang disekitarnya pun tertarik untuk turut melihatnya. Tak berapa lama, berkerumunlah anak-anak mengerubungi lembaran surat kabar itu. Mereka saling berkomentar, menautkan cerita tentang gambar-gambar yang terpampang di lembar surat kabar itu. Gagasan kegiatan tercetus untuk mengajak mereka membuat kliping gambar.
Mereka menggunting gambar-gambar yang menarik bagi mereka, dan kami membimbingnya untuk menuliskan nama gambarnya. Lembar demi lembar terkumpul, dan kami ajak mereka untuk mengemas dan menjilidnya. Ucapan pertama yang terlontar adalah buku. “Hore, aku bisa membuat buku!” sorak mereka dengan girang. Semoga ini menginspirasi kalian kelak untuk menjadi penulis, begitu batin kami mendoakan mereka.
Pengadaan buku di TBM Mekar Insani selain dari bantuan yayasan maupun pemerintah, juga orang tua anak didik PAUD Mekar Insani turut serta menginfakkan bukunya untuk TBM.
TBM Mekar insani menstimulasi kepedulian sosial untuk turut mendukung gerakan ini melalui program infak buku. Melalui program infak buku mengajarkan pada anak bahwa tidak setiap infak itu harus berupa uang. Harapan kegiatan ini mampu memantik kepedulian social anak pada pengadaan buku. Membangun budaya serba buku pun bisa diterapkan dengan program-program yang lain, misalkan hadiah ulang tahun dengan buku, hadiah atas prestasi anak dengan buku. Program ini sebagai strategi untuk menjadikan buku sebagai barang utama dan pertama yang dipilih anak.
Kegiatan-kegiatan TBM Mekar Insani berharap juga bisa tersampaikan dan terakses oleh beberapa Lembaga PAUD di sekitar lingkungan TBM. Luasan ruangan TBM Mekar Insani masih sangat kecil, dan tidak kondusif untuk menampung keseluruhan aktivitas literasi dan pengunjung. Keterbatasan inilah yang menginspirasi kami untuk mencetuskan gagasan pengadaan tas kronjot. Kami kemudian menyebutnya Kronjot Pustaka sebagai salah satu bentuk layanan pustaka keliling TBM Mekar Insani.
Buku-buku yang menumpuk di ruangan bisa diakses oleh lembaga-lembaga PAUD di beberapa wilayah. Kami mendata permintaan dari lembaga-lembaga PAUD yang ingin meminjam buku-buku cerita dan beberapa alat permainan (boneka, puzzle, lego, dll) untuk kemudian kami siapkan dalam tas kronjot. Pada akhirnya, 2 Kronjot Pustaka yang dimiliki TBM Mekar Insani siap menebar virus literasi di lingkungan masyarakat.
Lingkungan Ramah Literasi
Keberadaan TBM Mekar Insani di masyarakat dengan kegiatan literasi yang telah diprogramkan ingin menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak usia dini sebagai sasaran utama. Sehingga koleksi buku yang tersedia di TBM Mekar Insani mayoritas adalah buku-buku untuk anak-anak usia dini. Kami memilih buku-buku yang yang aman, nyaman dan menarik untuk anak-anak, salah satunya buku-buku yang berbahan dari kain. Di samping koleksi buku, kami menyediakan media pendukung- seperti APE (leggo, puzzle, boneka tangan) dan bahan kreativitas seperti kertas lipat, kertas krep.
Ruangan TBM Mekar Insani pun didesain dengan mural yang menarik untuk anak. Begitulah upaya TBM Mekar Insani mendandani diri agar menarik untuk anak-anak. Harapannya ketika anak-anak sering beraktivitas di TBM Mekar Insani orang tua mereka pun akan turut serta. Maka koleksi buku-buku untuk orang tua pun menjadi sisi lain yang kami akomodir pula. Bahkan beberapa komunitas sudah mulai terbentuk, diantaranya Komunitas Emak-emak Kreatif, dan Komunitas Guru Menulis.
Ke depan, gerakan cinta buku sejak dini yang menjadi visi TBM Mekar Insani bisa didukung oleh berbagai pihak. Sehingga sekolah, keluarga maupun masyarakat sebagai Tri Pusat Pendidikan siap menciptakan lingkungan yang ramah literasi.
Maya Veri Oktavia. Lahir di Kediri, 21 Oktober 1976. Bersama suami, Husni Amriyanto, M.Si, mengelola Pondok Pesantren Menulis KUTUB di wilayah Cabeyan, Bantul. Di Pondok pesantren inilah dikembangkan beberapa komunitas literasi baca tulis di antaranya, Komunitas Lesehan Sastra KUTUB Yogyakarta dan Komunitas Peresensi KUTUB. Di sela- sela keasyikan mengasuh kesembilan putra-putrinya, ia juga aktif berkecimpung mengelola lembaga PAUD dan menjadi penggiat literasi di TBM Mekar Insani di Kota Yogyakarta yang menggagas sebuah Gerakan Mencintai Buku sejak dini.