Buku menjadi pilar terpenting dalam meningkatkan kemampuan dan pertumbuhan intelektual, pertumbuhan kognitif dan pertumbuhan emosional dari anak-anak kita. Begitu yang disampaikan Menteri Nadiem Makarim saat membuka program Merdeka Belajar Episode ke-23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia.

Program yang diluncurkan Kemendikbud bukan sesuatu yang ujug-ujug jatuh dari langit. Tetapi melihat sejauh mana gerakan literasi di tengah-tengah masyarakat masih belum merata. Literasi Indonesia menjadi bagian penting dalam menyiapkan generasi emas di masa mendatang. Untuk itu, webinar silaturahim Merdeka Belajar dengan tema “Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia” (9/3/2023) merupakan keberlanjutan dari poragram yang digagas Kemendikbud tempo hari. Ini merupakan komponen penting dalam meningkatkan kompetensi literasi peserta didik.

Merdeka Belajar Episode ke-23 adalah kebijakan yang dikeluarkan Kemendikbudristek melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Program ini berfokus pada distribusi atau pengiriman bacaan bermutu untuk jenjang pendidikan anak usia dini serta sekolah dasar. Hadir sebagai narasumber Muh. Abdul Khak, Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Kemendikbudristek.

Ia mengatakan bahwa program ini bagian dari respon pemerintah terhadap rendahnya minat baca anak-anak Indonesia. Ada dua pokok yang menjadi latar belakang diluncukan program Merdeka Belajar Episode ke-23. Pertama dilhat dari Asesmen Nasional tahun 2021 bahwa 1 dari 2 anak di Indonesia tingkat literasinya masih rendah. Artinya fenomena ini menunjukkan bahwa 50% dari anak-anak Indonesia literasinya tidak memenuhi standar.

Kedua, buku-buku di masyarakat yang tidak ramah anak. Buku bukan hanya apa yang disukai orang tua, tetapi juga buku yang disenangi oleh anak. Saat ini, anak-anak Indonesia, terutama yang berada di daerah 3T membutuhkan akses bacaan yang bagus. Pemerintah perlu upaya mencerdaskan generasi Indonesia. Salah satunya dengan memberikan buku yang berkualitas dan diminati anak-anak.

Pada kesempatan yang sama, Sofie Dewayani, seorang spesialis literasi menyampaikan bahwa kebijakan Kemendikbud merupakan terbosan baru, selebihnya adalah akses buku bermutu secara merata di seluruh Indonesia. Sofie juga melihat bahwa skor literasi ditentukan oleh ketahanan dan stamina membaca. Anak-anak jangan selalu diukur dan dipaksa melakukan kerja-kerja yang titik akhirnya adalah angka. Melainkan memberikan mereka kesempatan mengembangkan apa yang sudah dibaca dari buku-buku.

“Langkah awal memberikan stamina anak membaca dengan memberikan buku-buku yang mereka sukai.” Ujarnya. Ia berharap anak-anak tidak sekadar membaca buku yang disediakan di perpustakaan dengan beragam koleksi, tetapi juga memperdalam pengetahuan. Dari sana anak-anak tidak sebatas meningkatkan skor literasi dalam bentuk angka, melainkan sebagai pembaca dan pembelajar sepanjang hayat.

Hadir juga Ketua Umum Taman Bacaan Masyarakat sebagai pembicara. Opik menuturkan bahwa program ini sebagai langkah solutif di tangah permasalah literasi di Indonesia. Motivasi teman-teman Taman Bacaan Masyarakat berangkat dari kesadaran penuh bahwa di sekitar mereka tidak ada perpustakaan yang memiliki koleksi buku beragam.

“Saya menemukan bahwa di sebagian daerah buku yang disediakan adalah buku-buku pelajara. Saya kira, daya pantiknya berbeda dengan buku-buku cerita dan buku fiksi yang dikirim Kemendikbud kali ini.” Tapi yang tidak kalah penting dari program ini ialah pendampingan. Hal ini dikarenakan buku yang dikirim tanpa disertai dengan program pendampingan kurang optimal. Tanpa pendampingan yang baik, program yang bagus akan berkurang nilainya pada masyarakat.

“Harapan saya, ke depannya buku-buku yang sekarang di kirim ke daerah 3T dan daerah yang literasinya rendah juga menyasar seluruh daerah di Indonesia.” Tambahnya.

Royke Tombokan, Kepala SD Vim 3 Kotaraja, Kota Jayapura menyatakan bahwa program Merdeka Belajar Episode ke-23 sangat menolong pihak sekolah. Dalam hal ini meringankan beban biaya, karena pengadaan buku bukan hal yang murah.

“Ketika ada 1500 buku cerita yang sekolah saya terima sangat senang sekali. Terutama guru dan anak-anak yang membaca buku cerita. Anak-anak senang dan gembira.” Ungkap Royke sambil menunjukkan buku yang baru dibaca. Sekali lagi, anak-anak Indonesia membutuhkan berbagai macam buku dengan konten yang menarik. Oleh karenanya, apa yang dilakukan Kemendikbud adalah pintu membuka akses bacaan anak-anak. Sekarang tugas kita bersama untuk mengawal dan memberikan pendampingan di lapangan.