Umi Kulsum, perempuan kelahiran Brebes 1973 ini adalah seorang peneliti yang kini menjabat sebagai Kepala Kantor Bahasa NTB memulai kegemarannya membaca sejak umur 9 tahun, semenjak kelas III Sekolah Dasar. Ibu Umi adalah anak yang pemalu atau rendah diri sehingga mencari kesibukan dengan membaca. Novel Joko Tingkir dan buku kisah seribu satu malam adalah buku yang sangat berkesan bagi Umi dan dari situ ketertarikan dalam membaca mulai dirasakan.

Aku, Buku, dan TBM, bincang santai pengurus pusat Forum TBM yang dipandu oleh Heri Maja Kelana (Jumat, 05/02/21), Umi Kalsum menceritakan kisahnya yang berawal dari membaca buku orang tuanya yang juga berlatar belakang sebagai penilik di sekolah. Umi di masa kecilnya selalu membaca buku orang tuanya dan mencuri-curi kesempatan untuk membaca buku yang akan disebarkan ke sekolah, hingga beliau merasa sangat bahagia waktu mendapatkan sepaket buku dari ayahnya.

Dekat dengan TBM

TBM bukan sesuatu yang baru buatnya, karena suaminya juga memiliki PKBM dan sangat familiar dengan program-program Pendidikan Non Formal (PNF) dan salah satunya adalah Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Kedekatan dengan TBM berlanjut Ketika Umi menjabat sebagai staf peneliti di Balai Bahasa Jawa Barat. Di sana ia mengenal TBM lebih jauh, terutama ketika  Balai Bahasa Jawa Barat mengadakan penghargaan kepada TBM yang memiliki komitmen yang tinggi dalam bidang literasi serta beberapa program keaksaraan lainnya.

Tahun 2019 Umi ditugaskan ke Mataram NTB dan menemukan perkembangan literasi yang cukup masif di sana. Banyak TBM yang sudah bergerak untuk memberdayakan masyarakat sehingga Kantor Bahasa Provinsi NTB membuat kegiatan Desiminasi Praktek Baik Literasi. Selain itu, membuat bincang TBM di mana TBM yang sudah maju berbagi pengalaman kepada TBM lainnya, serta  kegiatan Jambore Literasi di NTB.

Geulis (Gerakan untuk Literasi Sekolah)  merupakan salah satu program Kantor Bahasa NTB yang berkaitan dengan literasi, dengan harapan ke depannya NTB akan menjadi percontohan literasi bukan hanya literasi sekolah tapi juga literasi di masyarakat yang akan digulirkan pada tahun 2021. Di samping itu kantor Bahasa melakukan kerja sama dengan lembaga dan komunitas apa saja yang berkaitan dengan kebahasaan dan kesastraan agar hasil yang diperoleh lebih efektif.

Saat kegiatan Jambore Literasi, Umi menemukan hal yang bisa dikatakan menarik dan unik, di mana saat itu melakukan kunjungan ke TBM yang berada di pedalaman, dengan perjalanan melelahkan beliau merasa terharu melihat antusias anak-anak dan relawan di TBM yang ia kunjungi. Selain itu, penerimaan masyarakat sangat baik.

Masyarakat di daerah 3 T (Terpencil, Terdalam, Tertinggal) masih banyak masyarakat yang memerlukan bantuan berupa buku dan motivasi tentang pentingnya membaca karena masih banyak terdapat buta aksara. Selain itu, mereka sangat jauh dengan buku.

Umi menuturkan bahwa keseangannya membaca juga ditularkan kepada anaknya. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa buku sangat erat kaitannya dengan karir, karena cita-cita apapun itu harus memiliki informasi dari buku. Begitu pula dengan profesi belau sebagai peneliti, untuk menemukan referensi atau memecahkan masalah-masalah dapat dilakukan dengan cara membaca, sehingga menurut beliau peranan buku sangat penting terhadap karir.

Kebiasaan membaca dari kecil sangat berpengaruh pada karir dan mengingat perkembangan zaman yang terus berubah, cara mengajak kaum milenial bisa dilakukan tidak melulu dengan buku, tapi bisa dengan bentuk digital (e-book) dan yang harus ditanamkan adalah pentingnya membaca, manfaat membaca, memfilter bacaan anak dan memberikan pemahaman bahwa dengan membaca cita-cita dapat tercapai.

Kolaborasi dengan Pegiat Literasi

Kantor Bahasa NTB selalu bersinergi dengan Forum TBM yang ada di NTB dalam program-program literasi.  Seperti menjadi narasumber dalam berbagai kegiatan TBM, begitu pula sebaliknya, saat Kantor Bahasa memiliki program, TBM dan PKBM selalu diajak untuk bersinergi, memberikan pandangan serta masukan terkait literasi.

Kantor Bahasa memiliki Pekerjaan Rumah (PR) yang masih belum terealisasi seperti pembuatan buku-buku bermunu untuk anak-anak serta menghidupkan kembali atau memaksialkan kembali program-program  TBM dan perpustakaan di NTB.

Kantor Bahasa, LPMP, dan BP-PAUD dan DIKMAS terus berkolaborasi untuk mewujudkan 6 literasi dasar melalui program-program dii TBM sehingga dapat lebih berguna dalam kehidupan masyarakat seperti membuat produk dan dikemas dalam bahasa yang menarik. Sehingga dapat mewujudkan keberdayaan terhadap relawan-relawan dari TBM maupun komunitas literasi yang ada di NTB. Umi juga berharap, ke depan pegiat literasi di Indonesia sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan pengetahuan melalui literasi serta dengan membaca dan menulis dapat memajukan bangsa. Lalu Umi memberikan semangat kepada pengelola TBM khususnya yang ada di NTB dan seluruh pengelola TBM yang ada di Indonesia untuk terus meningkatkan literasi. Kalimat penutup dari Umi Kulsum dalam kegiatan Aku, Buku, dan TBM adalah “Balai Bahasa Nusa Tenggara Barat Siap berkolaborasi dan salam literasi.”