Masih ingat betul ketika setiap minggu harus mengikuti acara PKK di beberapa RT yang ada di Karang Klesem terutama RW 5. Saya harus menyiapkan energi, meluangkan waktu sempitku dan juga menyiapkan materi. Yah, menyiapkan materi yang saya peroleh dari membaca. Membaca di TBM Wadas Kelir.
Malu dan deg-degan saat pertama bertatap muka dengan ibu-ibu. Saya membawa buku yang paling saya suka baca sebagai bahan untuk diskusi dengan ibu-ibu di sela waktu yang diberikan oleh pembawa acara. Mengawali sendiri tanpa teman dan hanya berbekal buku kesukaan menjadikan tekad saya begitu kuat menyatu dengan ibu-ibu PKK.
Tiba gilirannya saya diberi waktu oleh ibu-ibu untuk mengisi acara saat itu. “waah bu,,,saya kok jadi bingung yaa, mau ngomong apa??” itu kata yang terlontar setelah salam. Namun dengan membaca basmallah buku yang menjadi teman satu-satunya dalam acara tersebut, saya buka satu persatu.
Ibu-ibu yang tadinya asyik bercerita dengan temannya, sibuk mencatat uang arisan langsung tertuju pada buku yang saya baca. “apa ini ibu?” tanyaku pada ibu-ibu. “ keistimewaan membaca Basmallah”. “ada berapa bu?”. “ada sembilan”. “Silahkan lihat gambarnya dulu ya bu, nanti saya jelaskan,” pintaku pada ibu-ibu.
Buku saya tutup kembali. Kemudian saya bercerita tentang sosok laki-laki yang menjadi suri tauladan dalam keluarga. Beliau adalah Bapakku. Bapak yang selalu mengingatkan keistimewaan membaca Basmallah dalam setiap aktivitas. Salah satu keistimewaannya adalah mengobati segala penyakit.
“japa japu nambani anak putu waras..waras sugih beras..Bismillahirrohmanirrohiim,,,fuuuh” itu yang dulu selalu bapak ucapkan. Kata bapakku,“ membaca basmallah dapat menyembuhkan segala penyakit persis seperti bacaan buku ini”. Bahkan, setiap saya jatuh tanpa terluka atau hanya sekedar kelilipan, sifat manjaku sebagai muncul meminta bapak untuk mengobati dan meniup dengan bacaan Basmallah.
“Selain memeriksakan ke dokter bacaan basmallah adalah bacaan yang paling sering di dengar untuk ikhtiar agar cepat sembuh dari penyakit”, begitu nasihat beliau yang selalu saya ingat sampai saat ini.
Ibu-ibu semakin penasaran dengan keistimewaan yang lain. Kemudian halaman berikutnya saya buka dan saya meminta ibu-ibu membacanya “ Basmallah menjadi pembuka pintu rezeki”, kompak suara ibu-ibu membacanya. Semakin semangat dalam menjelaskan ketika ibu-ibu semakin kompak dan mendengarkanku dengan seksama.
Tanpa terasa lima belas menit waktu yang diberikan oleh pembawa acara telah habis. Saya mengakhiri dengan salam.
Mbah Raisah selesai menjawab salam langsung berkata kepadaku “mba, besok bawa buku lagi ya, dan bacakan lagi yang lainnya”.
Sontak mata saya berkaca-kaca antara senang dan terharu. Buku yang tadinya hanya niat sebagai teman, bisa menjadi teman yang mengasyikkan dalam acara PKK di RT 7 Rw 5 Karang Klesem. Semangat inilah yang saya tularkan kepada teman-teman yang lain saat itu, bahwa buku bisa menjadi teman akrab saat ada kegiatan apapun.**