Aku yang dulu bukanlah yang sekarang, dulu disayang sekarang ku disimpan.
Mungkin sepenggal lagu yang telah diubah sedikit liriknya tersebut, dapat menggambarkan keadaan bukumu sekarang ini. Bukumu yang dulu kamu banggakan, yang kau beli dengan dengan susah payah, yang dibeli dengan hasil uang tabunganmu atau meminta kepada orangtuamu. Sepertinya bukumu sudah tak jadi prioritasmu lagi. Mungkin buku pada zaman yang modern ini, sudah tak menarik lagi.
Dulu saat pertama kali kau membeli buku itu. Kau berjanji akan menyelesaikan bukumu dan akan menjaganya dengan baik. Namun, sebelum kau selesai membaca buku itu. Kau sudah berpindah ke lain buku atau bahasa kerennya “berpindah ke lain hati”. Kau membeli buku baru yang judulnya lebih keren, bukunya lebih terkenal dan menjadi topik pembicaraan. Dan buku yang belum kau selesaikan itu, hanya berakhir di rak buku bersama buku-buku lain.
Apalagi pada zaman sekarang yang sudah serba smart. Gadget lebih berpengaruh lagi untuk menjauhkanmu dari buku-bukumu yang dulu belum selesai kau baca, dibandingkan buku yang terkenal dan sedang booming. Dering ponsel yang baru saja kau terima, pasti akan membuyarkan konsentrasimu dalam membaca. Tidak hanya satu dua kali, namun berkali-kali ponsel itu berbunyi. Membuat kau melupakan bukumu dan beralih keponsel pintarmu. Begitu terus setiap hari, hingga buku itu dilupakan dan teronggok dipojokan kamar. Walupun itu buku yang susah payah kau beli maupun buku yang terkenal itu.
Apakah kau tahu? Buku-bukumu yang merupakan gudangnya ilmu serta jendelanya dunia itu. Mereka rindu ingin kau usap sampulnya, kau buka lembar demi lembarnya, dan tertawa serta sedih bersama. Mereka rindu ingin segera kau selesaikan untuk dibaca agar menjadi buku yang bermanfaat. Luangkanlah waktumu untuk menyelesaikan buku yang belum selesai kau baca. Kau dapat membagi waktu antara bermain ponsel dan membaca buku. Agar buku itu dapat menjadi buku yang bermanfaat.
Rahmah Setiawati (Relawan Pustaka Wadas Kelir, Mahasiswa PIAUD IAIN Purwokerto)