Categories
Event Kabar TBM

Gema Pencandu Literasi Zaman Now

 

Pada umumnya masyarakat populer dengan membaca (lihat) dan mendengar dengan ucapan pecandu narkoba, pecandu mainan (game), pecandu alkohol, pecandu gadget, pecandu buku, pecandu kopi, dan masih banyak kata lain yang bisa dipadankan dengan kata “pecandu”. Setiap orang akan memahami dan memaknai menurut nalar logikanya serta sesuai dengan pemahaman dan pengetahuannya. Maknanya bisa secara positif tetapi bisa juga bermakna negatif. Seperti pecandu narkoba akan memberi kesan dan makna yang negatif, pengguna narkoba tingkat tinggi, hidupnya selalu dengan narkoba, tiada hari tanpa narkoba yang membawa efek gangguan kesehatan pada orang yang memakai narkoba. Sedangkan seperti pecandu buku maka akan bermakna positif, orang yang suka (gemar) dengan buku, suka membaca, tentunya membaca buku tentang hal – hal positif bukan hal – hal negatif.

Menurut KBBI online, pecandu berarti 1) n: pemadat; pengisap candu; 2) ki: penggemar dan pencandu artinya n: pecandu. Dapat disimpulkan bahwa pecandu dan pencandu memiliki arti yang sama karena pencandu merujuk pada pecandu. Tetapi yang lebih sering digunakan adalah pecandu bukan pencandu. Untuk tulisan ini, penulis lebih cenderung menggunakan “pencandu” untuk mengakrabkan akan kekayaan yang terdapat dalam ilmu Bahasa Indonesia.

Jarang kita mendengar tentang “pencandu literasi”, kalaupun mendengar atau menyebut akan merujuk pada “pecandu literasi”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia online bila di-search tidak ditemukan kata “literasi”. Namun dari website Komunikasi Praktis, dapat ditemukan arti kata literasi. Kata literasi dalam bahasa Inggris yaitu “literacy” artinya kemampuan membaca dan menulis (the ability to read and write) dan “kompetensi atau pengetahuan di bidang khusus” (competence or knowledge in a specified area). Secara harafiah, “literacy” berasal dari bahasa Latin yaitu “literatus” artinya “a learned person” yaitu orang yang belajar, atau bahasa Latin lainnya yaitu “litera”(huruf) serta dari kamus Merriam – Webster disebut “literature”dan bahasa Inggris “letter”.

Menurut Nationale Institute for Literacy (NIFL), Literasi adalah kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat.”

Menurut Education Development Center (EDC), literasi merupakan kemampuan individu untuk menggunakan potensi dan keterampilan (skills) dalam hidupnya yang mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia.

Dari pengertian – pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa literasi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang tentang membaca dan menulis serta menggunakan potensi, pengetahuan, keterampilan (skills) yang dimiliki untuk memecahkan masalah hidup yang dihadapi pada tingkat pekerjaan, keluarga, serta masyarakat, dan kemampuan untuk membaca dunia. Maka “Pencandu Literasi” merujuk pada makna yang positif. Pencandu Literasi adalah orang yang gemar dalam kegiatan literasi seperti membaca, menulis, menciptakan kreativitas dalam hubungan dengan pekerjaan, kehidupan keluarga, kehidupan masyarakat sekitar, dan kemampuan membaca tentang kejadian dan peristiwa dunia. Arti lain pencandu literasi sama dengan pegiat literasi, dalam konteks ini adalah para pencandu literasi secara online seperti Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan Pustaka Bergerak Indonesia (PBI), para pengelola TBM yang tersebar di seluruh pelosok nusantara, para koordinator dan penggerak literasi wilayah (kota, kabupaten, dan provinsi), dan semua yang telah bergabung serta memanfaatkan taman bacaan di tempatnya secara baik dari anak – anak sampai oang dewasa (lansia pun bisa). Ada beberapa paradigma dalam kaitan dengan pencandu literasi dalam sudut pandang ini.

  1. Membaca dan menulis : meningkatkan kepedulian membaca bagi semua orang, mengajar dan melatih anak – anak usia PAUD/ TK untuk belajar membaca dan menulis serta anak SD kelas bawah (I – III), menulis sebuah karangan sederhana seperti kisah pengalaman pribadi, menulis sebuah pemikiran yang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan, melatih dari hal yang sederhana akan berkembang menuju luar biasa. Membuat sebuah mading sehingga dapat mengakomodasi dan menyalurkan kegiatan membaca dan menulis secara konkret dari hasil karya sendiri baik pribadi maupun bersama dalam komunitas taman baca.
  2. Menciptakan kreativitas dalam pekerjaan : pekerjaan menjadi pengelola taman baca adalah pekerjaan sukarela, tidak dibayar tetapi atas kemauan dan ketulusan hati untuk menjalankan. Para pengelola bisa menciptakan kreativitas kegiatan pada taman baca sehingga tidak menyebabkan bosan dengan kegiatan yang sama, seperti membuat game, ekspresi dalam gerak dan lagu, menciptakan kegiatan membaca dan menulis outdoor, dan kreativitas lain yang bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
  3. Menciptakan kreativitas dalam kehidupan keluarga : keluarga yang dimaksud adalah keluarga baru dalam komunitas taman baca bukan keluarga yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak – anak. Keluarga baru ini turut ambil bagian dan mendukung kegiatan yang dilaksanakan sehingga kreativitas – kreativitas pribadi atau kelompok dapat tersalurkan untuk mendukung apa yang telah ada pada menciptakan kreativitas dalam pekerjaan. Setiap pribadi bisa menciptakan kreativitasnya sendiri untuk mengatasi kejenuhannya dalam pengembangan kemandirian dan tanggung dan menciptakan kreativitas untuk bersama dalam mengembangkan kekompakan, kebersamaan, dan persaudaraan. .
  4. Menciptakan kreativitas dalam Masyarakat sekitar : keberadaan komunitas keluarga taman baca tak lepas dari lingkungan masyarakat di sekitar. Kreativitas yang telah dimulai dalam komunitas taman baca dapat ditularkan dalam lingkungan masyarakat, misalnya mengadakan dialog bersama dengan aparat pemerintah desa dan masyarakat, mengajak masyarakat yang belum terlibat untuk terlibat, mengadakan suatu diskusi yang berkaitan dengan komunitas taman baca dan pencandu literasi sehingga ada masukkan dan evaluasi untuk perkembangan masa mendatang.
  5. Kemampuan membaca kehidupan dunia : adanya kegiatan membaca dapat membantu para pencandu literasi untuk mengetahui perkembangan dunia baik dalam negeri maupun luar negeri. Kejadian dan situasi yang terjadi dapat diikuti. Tidak hanya itu, dapat menulis tentang sesuatu yang berhubungan dengan dunia, menuangkan ide – ide yang baik dalam sebuah tulisan, bercerita dan berpendapat tentang dunia.

Sebagai pencandu literasi dalam hubungan dengan TBM dan PBI yang telah dikenal oleh masyarakat membutuhkan adanya gerakan bersama. Dengan kode khusus #BERGERAK, memudahkan interaksi bagi para pecandu literasi dalam mengirimkan paket buku dan dapat menjalin relasi persaudaraan bagi pegiat literasi yang baru pertama kali bertemu. Pemerintah bekerja sama dengan PT. Pos Indonesia telah mensuport dan memfasilitasi bagi semua pencandu literasi nusantara untuk pengiriman paket buku secara gratis pada tanggal 17 setiap bulan. Kemauan, kerja keras, pengorbanan, dan niat tulus akan membangkitkan semangat untuk melanjutkan “Gema Pencandu Literasi Zaman Now”.

Oleh: Carolus S. Waikelak

Pegiat Literasi Buku Bagi NTT

Regio Malang – Jawa Timur

 

#TBMStory2017

Categories
Event Kabar TBM

Di Balik Nama Tosiba

Kami warga desa Lamatutu familiar dengan sebutan “Tosiba”. Tidak hanya kami, bagi warga desa tetangga ataupun sekecamatan dengan kami umumnya juga tahu tentang Tosiba, ataupun siapa saja yang mengerti sebutan Tosiba bagi kami yang bukan bermakna nama merek laptop itu. Asal mula sebutan Tosiba untuk kami warga desa Lamatutu memang sedikit unik.

Namun mungkin bagi kebanyakan orang, menyebutkan kata tosiba yang lebih dikenal adalah merek sebuah laptop begitupun apabila mendengar sebutan tosiba. Orang akan lebih memaknai atau mengartikan dengan laptop. Sehinggga ketika menyebutkan tosiba, yang mendengar bisa menyambung dengan acer, azuz, dell, ataupun merek laptop lainnya. Kita perlu ingat tentang“homofon” dalam ilmu bahasa di mana pengucapan bisa sama tetapi tulisan dan maknanya bisa berbeda . “Toshiba” sebagai merek laptop terdapat huruf “h”, sedangkan tosiba sebutan bagi kami tidak ada huruf ”h”. Sama pengucapan tetapi beda tulisan dan maknanya. Begitulah kira – kira maksud dibalik “toshiba” dan “tosiba”. Penasaran ya dengan kisah tentang tosiba sebutan kami… ayo dibaca ya……

Pada tahun 1992, Pulau Flores diguncang bencana alam dan tsunami yang hebat. Beberapa kota dan desa yang terletak di pantai utara pulau Flores lebih mengalami dan merasakan kedahsyatan guncangan gempa dan hempasan ombak tsunami. Tak luput desa kami yang bernama Lamatutu. Kala itu, Desa Lamatutu terdiri dari 3 dusun yaitu Turubean, Tanabelen, dan Bou/ Wulokolong. Jarak dusun Tanahbelen dan Bou/ Wulokolong lebih dekat, kurang lebih 30  menit perjalanan lamanya dengan berjalan kaki, sedangkan menuju dusun Turubean yang agak jauh, bisa memakan waktu perjalanan 1,5 jam dengan berjalan kaki bila ditempuh dari Tanahbelen atau Bou/ Wulokolong. Di tempat kami inilah ada sebuah tanjung yang disebut Tanjung Bunga yang dipakai sebagai nama kecamatan yaitu kecamatan Tanjung Bunga.

Waktu itu, tepatnya 12 Desember 1992, kurang lebih pukul 14.00 WITA di siang yang terik desa kami yang berada dekat pantai diguncang gempa bumi dan tsunami hebat. Waktu anak – anak sekolah telah pulang. Para orang tua yang bekerja sebagai petani masih belum pulang bertani yang lahannya terletak di daerah perbukitan yang jauh dari desa. Peristiwa ini menelan korban jiwa 138 orang baik itu bayi, anak – anak umumnya berumur pelajar PAUD/ TK, maupun SD, remaja, orang dewasa, dan lansia. Peristiwa ini sangat tragis bagi kami, rumah – rumah penduduk dan bangunan lain sekuat apapun luluh lantak runtuh dan roboh oleh guncangan gempa, hilang bersih tanpa bekas diterjang oleh gelombang tsunami. Tinggal sedikit puing dan beberapa tumbuhan tertampak setelah air tsunami surut. Semuanya hanya tinggal cerita dan kenangan.

Setelah peristiwa gempa bumi dan tsunami, kami mengungsi ke daerah yang jauh dari pantai. Semua warga tinggal bersama di dusun Turubean. Warga dusun Tanahbelen dan Bou/Wulokolong bergabung dengan Turubean tetapi selang beberapa  tahun warga Tanahbelen dan Wulokolong kembali ke tempat lama sebelum gempa dan tsunami yang agak jauh dari pantai, tinggal di daerah perbukitan . Kami mendapat perhatian dari pemerintah dan donatur lainnya untuk membangun kembali desa kami seperti membangun rumah warga per kepala keluarga, membangun sekolah yang terdiri dari 2 sekolah yaitu SD Katolik Tanahbelen dan SD Inpres Bou, dan membangun tempat ibadah (gereja).

Setelah adanya peristiwa gempa dan tsunami 2 Desember 1992, kami menamakan klub sepak bola dari desa kami dengan sebutan “Tosiba”. Akronim tosiba ini memiliki arti yang bagi kami sangat bermakna dan mengenang kisah kedahsyatan gempa bumi dan tsunami yang kami alami waktu itu. “Tosiba” memiliki arti TORAN SISA BENCANA ALAM”. Toran dalam bahasa nagi untuk orang Larantuka – Flores Timur artinya kami. Sehingga Toran sisa bencana alam bisa berarti kami sisa bencana. Kami adalah orang-orang yang selamat dari peristiwa bencana alam dan tsunami dahsyat itu. Ketika menyebutkan Tosiba bagi kami yang mengalami menjadi suatu kenangan peristiwanya dan juga menjadi kisah yang selalu diceritakan dari generasi ke generasi sampai sekarang.

Untuk mengenang peristiwa gempa bumi dan tsunami ini, kami mendirikan sebuah tuguh kenangan, di mana pada bagian atas tuguh itu terdapat tangan yang mengatup tanda sikap orang sedang berdoa sebagai permohonan untuk perlindungan Tuhan bagi kami yang masih berziarah di dunia serta untuk semua orang yang telah meninggal khususnya para korban bencana alam dan tsunami. Pada bagian dasar tuguh itu ada sebuah prasasti yang mengisahkan secara singkat kisah kejadian bencana alam dan tsunami tersebut serta ungkapan doa memohon keselamatan dan kebahagiaan kekal bagi semua korban dalam peristiwa ini, tertulis dalam bahasa daerah Lamaholot dan bahasa Indonesia sebagai terjemahannya. Prasasti itu ditandatangani oleh Ketua DPRD dan Bupati Kabupaten Flores Timur waktu itu yaitu Bapak Drs. Hendrikus Hengki Mukin, SH sebagai Ketua DPRD dan Bapak H. Iskandar Munthe sebagai Bupati. Pada prasasti itu juga terdapat gambar buku yang bertuliskan ayat Kitab Suci.

Berikut tulisan pada prasasti tersebut:

MEMORI BENCANA ALAM

12 DESEMBER 1992

(berikut dalam bahasa daerah Lamaholot)

BLERO REDO LEWO TURUBEAN

TANAH HEPAK IA BAO WOLO SUBAN

BLEBO LEBO TANAH NAMANAKEN

EKAN PEAK PI TOBI PEHAN BAREK

OLE MEAN GOLO LALI HAKA,

HAKA TADAK GAN ANA IHE IA AI SIRAPAJI

WURA MITEN BURA HETI HAU

HAU HELI NENU BAI BERA PI WATAN LAGADONI

O, AMA TETI KELEN TUKAN, SORON RAE TOBO SENAN

TETI LANGO MOEN BELEN

NEIN RAE PAE MAE WELI ULI MOEN BLOLON

(terjemahan dalam Bahasa Indonesia)

GUNCANGAN GEMPA GELEGAR

MEMBELA RETAK BUKIT BATU TURUBEAN

AIR PASANG FATAL SETINGGI 26 METER

MENGHANYUT HANCUR PADANG LADANG NAMANAKE

AMUKAN ARUS GARANG,

MENELAN KORBAN MANUSIA SEPANJANG PANTAI SIRAPAJI.

GERANG GELOMBANG BENGIS

MENERJANG WARGA REBAH TERSERAK DI PESISIR LAGADONI.

YA, BAPA SURGAWI GANJARI MEREKA TEMPAT YANG BAIK

DAN LAYAK DI RUMAH – MU

AGUNG DAN BAHAGIA DALAM RANGKULAN KASIH – MU

Pada prasasti tersebut, di sisi kiri tulisan dalam bahasa daerah Lamaholot dan kanan terjemahan dalam Bahasa Indonesia baris per baris. Sesudahnya pada bagian bawah adalah gambar buku di bagian tengah bertuliskan:

betapa berharga kasih – Mu

Anak – anak manusia berlindung dalam naungan sayap – Mu (Mazmur, 36:8)

Kemudian bagian paling akhir adalah tanda tangan dan nama Ketua DPRD di sebelah kiri dan Bupati pada sebelah kanan.

Walaupun tuguh itu dibuat tidak tepat pada tanggal 12 Desember 1992, namun untuk mengenang peristiwa itu terjadi maka sebelum bagian yang ditanda tangan oleh Ketua DPRD dan Bupati, di sebelah kanan tertulis tempat dan tanggal yang bertuliskan: Turubean, 12 Desember 1992.

Itulah cerita kami dari pelosok ujung tanjung Nusa Bunga (Flores).

Antonius Sani & Carol fr, dkk (Pengelola Taman Baca Tosiba)

#TBM Story2017 #SahabatLiterasi # relawanliterasi #forumtbm #gerakanliterasinasional #gerakanliterasilokal

Categories
Berita Event

#KitaSemuaBisa: Lubuklinggau Short Movie Fest 2017

Kiprah Lembaga Pendidikan dan Kebudayaan di dunia literasi tampaknya makin menjadi-jadi. Di akhir masa pendaftaran Bennyinstitute Writing Class (BWC) dan Bennyinstitute Acting Class (BAC) angkatan ke-2 yang ditutup Sabtu (25-11-2017), lembaga yang berdiri enam tahun silam ini merilis program literasi yang memadukan antara film, Lubuklinggau, & kreativitas berskala nasional, yaitu Lubuklinggau Short Movie Festival 2017.

Festival yang mengambil tema #KitaSemuaBisa itu bertujuan untuk mengajak praktisi dan penyuka film di Lubuklinggau khususnya dan Indonesia pada umumnya untuk megapresiasi kerja-kolaboratif yang cemerlang antara Pemda Lubuklinggau dan masyarakatnya sehingga lima tahun terakhir, Lubuklinggau menunjukkan kemajuan pesat, termasuk bersahabat dengan komunitas kreatif terus tumbuh bak jamur di musim hujan.

Film dengan hadiah total 27 juta tersebut memberi banyak kemudahan untuk para peserta. Di antaranya, durasi film yang maksimal 5 menit (artinya kurang dari 5 manut pun, disilakan), pendaftaran gratis, dan materi ke-Lubuklinggau-an yang fleksibel (bisa mengambil referensi/footage dari internet, misalnya) sehingga memungkinkan filmaker lintas-daerah untuk berpartisipasi.

Selain itu, dua kategori peserta, baik umum maupun pelajar, festival ini menyilakan para peserta memanfaatkan gawai (ponsel) untuk menghasilkan karya film. Khusus pelajar, disilakan mengikuti kedua kategori asalkan dengan film yang berbeda. “Kami percaya, kualitas dan mutu film produksi remaja (pelajar) kadangkala sangat mencengangkan. Ide dan eksekusi mereka kadang melampaui filmaker dewasa yang mapan dan monoton. Oleh karena itulah kami memberikan keistimewaan pada mereka,” terang Nikie, narahubung festival ini yang kami hubungi via telepon.

Dari poster yang beredar luas di dunia maya, perhelatan ini didukung banyak sekali sponsor. Ini merupakan kabar gembira bagi dunia literasi di Lubuklinggau. “Kami merambah film, karena ini adalah produk seni kreatif yang paling digandrungi. Kami mengambil tema #KitaSemuaBisa, karena kecemerlangan pemda dalam mengakomodir dan merangkul masyarakat dalam pembangunan di berbagai sendi kehidupan, memang patut diapresiasi. Dan kami pikir, kita semua bisa buat film, kita semua bisa mendukung kemajuan kota ini, di mana pun kita berada. Kami mengundang filmaker di mana pun berada untuk menyukseskan hajatan besar akhir tahun kami ini!” terang Rendi Edo, panitia festival, seraya menginformasikan kalau Malam Anugerah festival ini akan dirancang semeriah dan selegan mungkin pada 30 Desember 2017.

Informasi lengkap terkait festival ini bisa terus dipantau lewat bennyinstitute.com atau Instagram @bennyinstitute, @linggauup, dan @ayongelongkelinggau, meskipun tampaknya akun sang founder lembaga ini @bennyarnas juga getol menyiarkan perkembangan terbaru tiap harinya.

Selamat berpartisipasi, selamat merayakan literasi lewat “#KitaSemuaBisa Lubuklinggau Short Movie Festival 2017”. Pengumpulan karya akan ditutup pada 23 Desember 2017.(*)

 

*) Tulisan ini telah dimuat di sini, dimuat kembali di laman ini untuk perluasan sebaran

Categories
Berita Event

BENNYINSTITUTE Gelar Festival Film Pendek Berhadiah 27 Juta!

Kiprah lembaga pendidikan dan kebudayaan di dunia literasi tampaknya makin menjadi-jadi. Di akhir masa pendaftaran Bennyinstitute Writing Class (BWC) dan Bennyinstitute Acting Class (BAC) angkatan ke-2 yang ditutup Sabtu (25-11-2017), lembaga yang berdiri 6 tahun silam ini merilis program literasi yang memadukan antara film, Lubuklinggau, & kreativitas berskala nasional, yaitu Lubuklinggau Short Movie Festival 2017.

Festival yang mengambil tema #KitaSemuaBisa itu bertujuan untuk mengajak praktisi dan penyuka film di Lubuklinggau khususnya dan Indonesia pada umumnya untuk megapresiasi kerja-kolaboratif yang cemerlang antara Pemda Lubuklinggau dan masyarakatnya sehingga lima tahun terakhir, Lubuklinggau menunjukkan kemajuan pesat, termasuk bersahabat dengan komunitas kreatif terus tumbuh bak jamur di musim hujan.

Film dengan hadiah total 27 juta tersebut memberi banyak kemudahan untuk para peserta. Di antaranya, durasi film yang maksimal 5 menit (artinya kurang dari 5 manut pun, disilakan), pendaftaran gratis, dan materi ke-Lubuklinggau-an yang fleksibel (bisa mengambil referensi/footage dari internet, misalnya) sehingga memungkinkan filmaker lintas-daerah untuk berpartisipasi.

Selain itu, dua kategori peserta, baik umum maupun pelajar, festival ini menyilakan para peserta memanfaatkan gawai (ponsel) untuk menghasilkan karya film. Khusus pelajar, disilakan mengikuti kedua kategori asalkan dengan film yang berbeda. “Kami percaya, kualitas dan mutu film produksi remaja (pelajar) kadangkala sangat mencengangkan. Ide dan eksekusi mereka kadang melampaui filmaker dewasa yang mapan dan monoton. Oleh karena itulah kami memberikan keistimewaan pada mereka,” terang Nikie, narahubung festival ini yang kami hubungi via telepon.

Dari poster-el yang beredar luas di dunia maya, perhelatan ini didukung banyak sekali sponsor. Ini merupakan kabar gembira bagi dunia literasi di Lubuklinggau. “Kami merambah film, karena ini adalah produk seni kreatif yang paling digandrungi. Kami mengambil tema #KitaSemuaBisa, karena kecemerlangan pemda dalam mengakomodir dan merangkul masyarakat dalam pembangunan di berbagai sendi kehidupan, memang patut diapresiasi. Dan kami pikir, kita semua bisa buat film, kita semua bisa mendukung kemajuan kota ini, di mana pun kita berada. Kami mengundang filmaker di mana pun berada untuk menyukseskan hajatan besar akhir tahun kami ini!” terang Rendi Edo, panitia festival, seraya menginformasikan kalau Malam Anugerah festival ini akan dirancang semeriah dan selegan mungkin pada 30 Desember 2017.

Informasi lengkap terkait festival ini bisa terus dipantau lewat bennyinstitute.com atau Instagram @bennyinstitute, @linggauup, dan @ayongelongkelinggau, meskipun tampaknya akun sang founder lembaga ini @bennyarnas juga getol menyiarkan perkembangan terbaru tiap harinya.

Selamat berpartisipasi, selamat merayakan literasi lewat “#KitaSemuaBisa Lubuklinggau Short Movie Festival 2017”. Pengumpulan karya akan ditutup pada 23 Desember 2017.(*)

Categories
Event TALI INTEGRITAS

Inilah Pelaksana Utama Program Tali Integritas dan Panglima Integritas

[Jakarta, 25 November 2017] — Setelah melalui diskusi dan mempertimbangkan berbagai aspek, berikut ini daftar TBM atau lembaga yang terpilih menjadi Pelaksana Utama Program Tali Integritas dan Panglima Integritas:

1. TBM Bo’ Kampong, Enrekang, Sulawesi Selatan
2. TBM Komunitas Rumah Juara, Batang, Jawa Tengah
3. TBM Rubadubi, Bogor, Jawa Barat

4. Perpustakaan Umum Dusun Jlegongan, Sleman, Yogyakarta
5. Rumah Baca Asma Nadia Man Jadda Wa Jada, Gresik, Jawa Timur
6. Perpustakaan Cinta Baca, Bogor, Jawa Barat

7. TBM Ar-Rasyid, Aceh
8. TBM Ar-Rosyid, Purwokerto Timur, Banyumas, Jawa Tengah
9. Fun Garden of Literacy, Jakarta

10. Griya Baca Abukus, Jombang, Jawa Timur
11. Komunitas Matahari Pagi, Sukabumi, Jawa Barat
12. TBM An-Nafi, Banyumas, Jawa Tengah

13. Pengembangan Sumber Belajar dan Jaringan Literasi (PSBJL), Bogor, Jawa Barat
14. Rumah Baca Sahabatku, Jombang, Jawa Timur
15. Pustaka Kabanti, Kendari, Sulawesi Tenggara

16. Yayasan Budaya Mandiri, Jakarta
17. Micro Library Taman Bima Bandung, Jawa Barat
18. Saung Ilmu Kasgi, Depok, Jawa Barat

19. TBM Bintang Brilliant, Lamongan, Jawa Timur
20. Rumpaka Percisa, Tasikmalaya, Jawa Barat
21. Rumah Baca Evergreen, Jambi

22. TBM Wadas Kelir, Purwokerto, Jawa Tengah
23. TBM Bina Kreasi Muda, Sumedang, Jawa Barat
24. Taman Baca Klug, Purwakarta, Jawa Barat

25. Rumah Baca Umi, Bekasi
26. Club Baca Tapak Seribu, Dompu, NTB
27. Ruang Baca Komunitas Banjar, Kota Banjar, Jawa Barat

28. Pelita An-Nazma, Tangerang
29. PKBM Al-Hidayah, Tasikmalaya, Jawa Barat
30. Panggon Moco, Gresik, Jawa Timur

31. Benny Institute, Lubuk Linggau, Sumatera Selatan
32. Taman Baca Muda Berkarya, Bengkulu
33. Perpustakaan TK Masyitoh 25 Sokaraja BMS, Sokaraja, Jawa Tengah

34. Sekolah Menulis Papua, Papua
35. Sahabat Kita, Pinrang, Sulawesi Selatan
36. TBM Sanggar Alam Kita, Bekasi, Jawa Barat

37. TBM Saung Huma, Pandeglang, Banten
38. TBM Mata Aksara, Yogyakarta
39. Taman Baca RMA (Remaja Masjid Al-Ikhlas), Depok, Jawa Barat
40. Perpustakaan Desa Ngudi Kawruh Desa Nglinggi, Klaten, Jawa Tengah

Rangkaian kegiatan pembekalan untuk pelaksana utama Program dan Panglima Integritas:

1. Mengikuti pembelajaran online di aclc.kpk.go.id pada tanggal 5-7 Desember 2017.

2. Mengikuti rangkaian kegiatan Hari Antikorupsi Dunia (Harkodia) yang akan diselenggarakan di Jakarta tanggal 11-12 Desember 2017. Acara pembukaan Harkodia rencananya akan dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo, pimpinan KPK, dan stakeholder antikorupsi dari berbagai elemen bangsa.

3. TBM atau lembaga terpilih menyiapkan materi presentasi dan poster mengenai ide dan program kreatif untuk mengimplementasikan bahan pustaka Tali Integritas ke masyarakat.

TBM/lembaga terpilih silakan menunjuk pengelola atau perwakilan untuk mengikuti rangkaian kegiatan Tali Integritas sekaligus menjadi Panglima Integritas dan mengirimkan dokumen serta informasi yang bersangkutan kepada panitia berupa:

1. Biodata dan CV
2. Scan atau Foto KTP dan NPWP
3. No HP, no Whatsapp dan alamat email
4. Ukuran kaos

Dokumen dan informasi dikirim ke taliintegritas@gmail.com dan forumtbm@gmail.com paling lambat Senin, 27 November 2017 jam 23.59 WIB.

Informasi lebih lanjut bisa menghubungi:
1. Melvi (0813 11058958)
2. Rommy (0813 1035 5091)

Terima kasih dan apresiasi tertinggi untuk seluruh peserta. Selamat untuk TBM dan lembaga terpilih sebagai pelaksana utama program Tali Integritas dan Panglima Integritas. TBM atau lembaga yang belum terpilih akan mendapatkan paket bahan pustaka Tali Integritas. Karena itu, TBM atau lembaga harap menginformasikan alamat lengkap untuk pengiriman paket bahan pustaka Tali Integritas.

Salam literasi.

Categories
Event Kabar TBM

Lentera Nagari “Sebercik Cahaya” untuk Desa

Lentera Nagari merupakan sebercik cahaya yang diharapkan oleh sekelompok anak muda yang berasal dari salah satu desa yang terletak paling ujung Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi Bengkulu (Kabupaten Muko-muko) dan Provinsi Jambi (Kerinci). Kenapa Lentera Nagari ini lahir? Hal ini bermula dari kegelisahan yang dirasakan oleh beberapa pemuda Nagari Tapan (Nagari merupakan sebutan untuk desa di Povinsi Sumatera Barat) yang berada di wilayah Jabodetabek. Jiwa mereka terasa terpanggilkan untuk memberikan konntribusi terhadap nagari tempat asal mereka yaitu Nagari Tapan. Setelah melakukan diskusi maka lahirlah sebuah ide untuk membuat sebuah Taman Baca untuk masyarakat Tapan. Salah satu faktor pertimbangan kami mendirikan taman baca ini dikarenakan akses terhadap bacaan di Nagari Tapan ini sangat sulit sekali, jika membutuhkan buku-buku biasanya bisa diakses di Kota Padang yang jaraknya bisa mencapai lebih kurang 6-7 jam perjalanan. Sangat jauh sekali bukan? Hal ini lah salah satu faktor kenapa Lentera Nagari ini didirikan.

Lentera Nagari memiliki makna “Lentera” artinya “cahaya” yaitu diharapkan Lentera Nagari ini dapat memberikan cahaya bagi masyarakat nagari terutama Nagari Tapan. Karena buku merupakan gudang ilmu. Dengan buku orang-orang bisa menjelajahi belahan dunia lainnya walaupun mereka belum pernah secara langsung menginjak kaki mereka dinegara tersebut namun secara tidak langsung dengan membaca mereka bisa merasakan bagaimana kondisi negara tersebut lewat buku-buku yang dibaca. Lentera Nagari ini secara resmi Launching pada bulan Juni 2017. Pada awalnya merasa pesimis sekali Lentera Nagari ini bisa terbentuk dikarenakan semuanya memang bermulai dari nol dan hanya modal nekat dan takad saja. Berdasarkan diskusi awal yaitu pada bulan April 2017, tim pembentukan Lentera Nagari ini merencanakan Lentera Nagari sudah harus buka lapak sebelum hari raya idul fitri hal ini dikarenakan sekalian pulang kampung. Kami sudah membahas semua hal, termasuk bagaimana mendapatkan buku-buku, bagaimana teknis penjagaan taman baca Lentera Nagari ini, dan segala aspek terkait dengan Lentera Nagari ini sudah dibahas secara detail. Namun, didalam perjalanannya tetap saja terdapat berbagai kendala-kendala yang membuat kami hampir menyerah untuk melanjutkan pembentukan Lentera Nagari ini mengingat deadlinenya sudah semakin dekat sedangkan buku belum juga kami dapatkan. Namun kami tetap optimis apapun yang terjadi Lentera Nagari ini harus tetap launching walaupun dengan kondisi buku seadanya dulu.

Sebelum adanya program pengiriman buku-buku gratis yang digagas oleh  pemerintah ini, kami merasa cukup kesulitan dalam memperoleh donasi-donasi buku dari donator mengingat terlalu jauh jarak antara donator dengan alamat taman baca kami ini yang membuat ongkos pengirimannya sangat mahal sekali. Agar buku-buku dari donator tersebut tetap bisa kami peroleh, kami mencoba untuk memutar otak kembali salah satu caranya yaitu kami mendatangi secara langsung donator tersebut yang berada disekitaran Jakarta karena beberapa dari kami juga masih tinggal di jabodetabek dan buku-buku tersebut bisa dibawa ketika kami pulang nantinya. “Ketika kita menginginkan sesuatu dan kita bertekad untuk mewujudkannya, maka semesta akan mendukung untuk mewujudkan impian tersebut”. Kalimat ini bukan hanya sekedar kalimat saja, hal inilah yang telah kami rasakan, ketika detik-detik terakhir jadwal pulang kampung dan sekaligus jadwal pembukaan taman baca ini namun buku-buku masih belum kami peroleh satupun, namun kami tetap bertekad bahwa hal ini akan tetap kami usahakan sampai titik terakhir dan kami tidak boleh menyerah. Dan benar sekali, setelah kami merasa kami sudah berada dititik hampir menyerah namun semesta berkata lain, donator mulai berdatangan memberikan bantuan-bantuan baik berupa buku maupun berupa uang. Setelah kami kumpulkan dan untuuk tahap awal pembukaan taman baca bisa dikatakan cukup. Waktu itu buku berjumlah lebih kurang 100 buah buku yang terdiri cerita anak, ensiklopedia, pengetahuan umum, buku-buku pelajaran serta buku-buku tentang pertanian.

Lentera Nagari pada saat ini telah melakukan berbagai kegiatan seperti Kelas Inspirasi, lomba mewarnai tingkat anak-anak, road show beberapa tempat yaitu dari desa satu ke desa lainnya secara berkala yaitu 2 kali dalam satu bulan, serta acara 17-an dengan membuat berbagai perlombaan untuk adik-adik. Lentera Nagari memiliki program seperti kelas mendongeng, membaca ceria, dan menceritakan ulang dari buku-buku yang telah dibacakan. Harapan kedepannya Lentera Nagari ini bukan hanya sebagai tempat baca saja melainkan juga tempat belajar bagi masyarakat. Dengan adanya buku-buku ini masyarakat tidak hanya sekedar membaca saja melainkan memahami isi dari bacaan tersebut dan diharapkan nantinya bisa membantu masyarakat dalam memecahkan berbagai persoalan yang sedang dihadapi seperti misalnya para petani yang  mengalami kendala hama penyakit di tanaman. Hal ini bisa dicari tahu penyebabnya dari buku-buku yang telah Lentera Nagari sediakan secara gratis kepada masyarakat sehingga petani tersebut bisa mendiskusikan permasalahan yang diirasakannya dengan petani lain berdasarkan rujukan buku yang telah dibaca oleh petani tersebut. Semoga dengan adanya Lentera Nagari ini memang bisa memberikan sebercik cahaya tersebut untuk kemajuan masyarakat desa kedepannya.

Sekedar sedikit cerita, saya mencoba mengingat kembali kenangan beberapa tahun yang lalu. Waktu saya masih kecil, saya sudah suka sekali membaca buku. Namun hal ini tidak diimbangi dengan ketersediaan buku-buku tersebut. Biasanya untuk mendapatkan buku-buku bacaan seperti majalah bobo, saya hanya bisa membaca buku-bukunya hanya yang bekas-bekas saja yang bisa dibeli loak. Hampir setiap minggu saya menyisihkan uang jajan yang telah diberikan hanya untuk membeli buku saja. Kebiasaan ini masih tetap terbawa sampai detik ini. Pernah mama saya menanyakan kepada saya waktu itu mengingat saya lebih sering membeli buku ketimbang membeli baju, pertanyaannya yaitu jika dikasih dua pilihan antara membeli buku dan baju, apa yang akan saya beli. Dan saya menjawabnya dengan jawaban “saya akan memilih membeli buku dibandingkan dengan membeli baju”. Kenapa saya memilih buku? Karena menurut saya buku adalah investasi yang terbaik, buku-buku tidak hanya saya saja yang bisa membacanya, namun juga bisa dibaca oleh anak-anak bahkan oleh cucu-cucu saya nantinya. Menurut saya dengan banyak membaca seseorang akan semakin bijak dalam menilai berbagai persoalan yang terjadi. Untuk itulah saya dan teman-teman mendirikan Lentera Nagari ini, dengan harapan Lentera Nagari kedepannya memang mampu menerangi desa. Siapa lagi yang akan membangun desa jika bukan pemuda desa itu sendiri. Dan untuk saat ini Lentera Nagari telah memiliki lebih kurang 10 volunteer.

#TBMStory2017 #SahabatLiterasi #relawanliterasi #forumtbm #gerakanliterasinasional #gerakanliterasilokal

Penulis : Syofia Agustini merupakan ketua dan co-founder Lentera Nagari. Saat ini syofia sedang menyelesaikan Program Magister di Institut Pertanian Bogor. Asal TBM yaitu Lentera