Category: Kabar TBM
Oleh : Munasyaroh Fadhilah*
Mengawali September Ceria, sebanyak 50 pegiat literasi dari berbagai wilayah di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DIY yang berkumpul di Kota Madiun. Mereka berpartisipasi dalam kegiatan Fasilitasi Penggerak Literasi yang berlangsung dari Sabtu hingga Minggu, tepatnya pada tanggal 31 Agustus hingga 1 September 2024. Acara ini diselenggarakan oleh Forum TBM Pusat dengan dukungan penuh dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI).
Para peserta yang hadir terdiri dari pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah Forum TBM dari ketiga provinsi tersebut, serta beberapa pengelola TBM di Jawa Timur yang wilayahnya belum memiliki Pengurus Daerah. Kehadiran mereka pentingnya acara ini sebagai sarana untuk memperkuat jaringan dan sinergi antar pegiat literasi.
Acara ini dibuka secara resmi oleh perwakilan Perpusnas RI dan Kang Opik, Ketua Umum Forum TBM. Dalam Berbaginya, Kang Opik memberikan gambaran komprehensif mengenai kondisi Forum TBM saat ini, mulai dari keanggotaan hingga mekanisme kepengurusan. Ia juga membahas berbagai inisiatif yang telah dilakukan oleh Forum TBM dalam rangka memperkuat gerakan literasi di Indonesia.
Kang Opik menekankan pentingnya memaksimalkan pertemuan ini. Dipilihnya Madiun sebagai lokasi pertemuan bukan hanya karena letak geografisnya yang strategis, dapat dijangkau dengan mudah dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DIY, tetapi juga karena Madiun kini telah menjadi salah satu kota dengan perkembangan literasi yang cukup pesat.
Ucapan terima kasih yang tulus disampaikan kepada Perpustakaan Kota Madiun atas dukungan dan fasilitas yang diberikan. Harapannya, sinergi antara Forum TBM dan Perpustakaan Kota Madiun akan terus terjalin erat di masa depan.
Madiun: Kota Literasi yang Mendunia
Setelah pembukaan, rangkaian kegiatan Fasilitasi Penggerak Literasi 2024 langsung dimulai dengan sesi diskusi yang dipandu oleh Aris Munandar, pengurus pusat Forum TBM. Sesi ini menghadirkan narasumber L. Darmawan Srivisnhu, S.Ip., M.Si., Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Madiun, serta Drs. Pundjung Wahono, Kepala Bidang Perpustakaan Kota Madiun.
Dalam pemaparannya, Bapak Darmawan memberikan gambaran tentang prestasi Madiun di berbagai bidang, khususnya dalam penguatan literasi. Madiun, yang kini memiliki tagline “Menuju Kota Madiun yang Mendunia,” tidak hanya menjadi bagian dari Jawa Timur, namun juga telah berkontribusi secara nasional hingga internasional dalam gerakan literasi.
Perpustakaan Kota Madiun sendiri tetap buka dan melayani masyarakat pada hari Sabtu dan Minggu, sebuah upaya yang menunjukkan komitmen mereka dalam mendukung literasi. Selain ada perpustakaan umum di pusat Kota Madiun, terdapat 27 perpustakaan di tingkat kelurahan dan tiga perpustakaan di tingkat kecamatan. Selain itu ada enam TBM yang aktif di wilayah tersebut.
Beberapa program unggulan yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Kota Madiun antara lain:
- Dwi Puspa (Destinasi Wisata Perpustakaan Kota Madiun)
- Pilar Baca (Pitutur Basa Jawa)
- Si Mata Jeli (Sistem Informasi bagi Masyarakat Kota Madiun melalui Jendela Literasi)
- Jarimu (Jemputan Antar Ambil Buku dari Rumahmu)
- Empok Remen (Kelompok Remaja Menulis), yang telah menghasilkan enam buku yang diterbitkan.
- Perpustakaan Keliling, dengan dua unit mobil yang melayani masyarakat.
- Layanan Bis Pintar
- Rumah Pintar
- Ruang Bermain Pintar
- Pendampingan Konsultasi Perpustakaan
- Bimtek Pengelolaan Perpustakaan
- Kelas Literasi, yang mencakup buku bedah dan kelas menulis cerpen.
- Lomba Bertutur, yang diadakan setiap tahun.
- Lomba Perpustakaan
- Pelatihan-Pelatihan Literasi
Rencananya pada tahun 2025, sebanyak 20 perpustakaan dan TBM di Kota Madiun akan disiapkan untuk program TPBIS. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya komitmen Kota Madiun dalam meningkatkan literasi.
Pada sesi tanya jawab, kedua narasumber dengan jelas menjawab berbagai pertanyaan dari peserta. Salah satu pertanyaan yang diajukan oleh Ibu Dwi Astutik Ningsih dari PD Forum TBM Bantul, Jawa Tengah, yang menanyakan apakah pengelolaan TBM harus serumit pengelolaan perpustakaan.
Narasumber menjelaskan bahwa TBM dapat beroperasi sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing. Namun, di depannya diharapkan TBM bisa memenuhi standar yang serupa dengan perpustakaan. Di Kota Madiun, TBM yang didirikan oleh masyarakat secara mandiri (TBM Mandiri) akan difasilitasi oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Madiun, asalkan mereka bersedia melaporkan diri untuk dikoordinasikan. Saat ini, TBM di Kota Madiun mendapatkan insentif tahunan dari pemerintah kota.
Strategi Penguatan Organisasi Forum TBM
Pada sesi berikutnya, Kang Opik menyampaikan strategi penguatan organisasi Forum TBM. Dipandu oleh Iwan Kapit, Sekretaris Forum TBM Jawa Timur, Kang Opik memberikan banyak motivasi dan dorongan kepada para pegiat TBM yang hadir.
Berdasarkan data dari Forum TBM Pusat, jumlah anggota TBM pada tahun ini meningkat drastis dari 2.000an menjadi 3.000an. Meskipun demikian, ada kekhawatiran apakah peningkatan ini hanya sekedar keriuhan sesaat atau benar-benar mencerminkan perluasan ruang gerak literasi.
Kang Opik menegaskan bahwa fokus utama saat ini adalah bagaimana TBM dapat berkolaborasi dengan berbagai pihak, bukan hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah. Jadi jangan lagi ada pertanyaan TBM itu dibawa siapa tapi siapa beralihlah TBM bisa berkolaborasi dengan. Gak usah bertanya-tanya bantuan apa yang diberikan pemerintah kepada kita? tapi sekarang saatnya bagaimana kita membantu dan bekerja sama dengan pemerintah.
TBM, yang awalnya dibentuk di bawah Dinas Pendidikan, kini telah menjadi entitas mandiri. TBM bukan sekedar nama tapi ini adalah sebuah istilah. Saat ini bisa menggunakan nama apa saja yang penting gerakannya sama.
Menurut Kang Opik, Forum TBM bukan hanya sebuah nama, tetapi juga merupakan gerakan kolektif untuk memajukan literasi. Forum TBM adalah rumah bersama bagi para pegiat literasi atau pengelola TBM. Forum TBM hadir sebagai wadah berhimpun dan berorganisasi bagi para pendiri dan pengelola taman bacaan masyarakat untuk bersama-sama melakukan ikhtiar mengembangkan gerakan literasi di tanah air.
Pencapaian dari Forum TBM sebagai komunitas adalah Tahun 2024, diantaranya sebanyak 2.000 TBM menerima fasilitas 1.000 buku dan rak dari Perpusnas ini merupakan hasil dari usulan Forum TBM.
Menanggapi pertanyaan dari seorang peserta asal Kediri mengenai bagaimana proses kaderisasi di TBM, Kang Opik menjawab dengan jelas dan tegas. Ia menjelaskan bahwa di TBM, proses kaderisasi memang cukup menantang. Hal ini disebabkan oleh karakteristik TBM sendiri yang bukan merupakan organisasi nirlaba, TBM adalah sebuah gerakan sosial yang fokus pada pemberdayaan masyarakat. Memang proses kaderisasi tidak berjalan seperti di organisasi formal lainnya. Namun, meski sulit, TBM harus tetap berupaya menciptakan kader-kader literasi yang mampu melanjutkan dan mengembangkan gerakan ini di masa depan.
Terkait pergantian kepengurusan di Forum TBM menjadi organisasi bisa direvisi. Di pengurus pusat saja sudah 20 kali perubahan SK. Setiap 6 bulan sekali para pengurus ditanya,apakah bersedia melanjutkan atau tidak. Jika tidak dapat melanjutkan, pengurus yang bersangkutan diminta membuat surat pengunduran diri. Hal seperti ini bisa saja dilakukan di kepengurusan daerah dan juga kepengurusan Wilayah.
Khusus untuk PW Jawa Tengah yang diresahkan oleh salah satu pengurusnya, Kang Opik menyatakan bahwa akan ada koordinasi lebih lanjut terkait kepengurusan PW Jawa Tengah karena ketuanya sendiri sudah mengatakan dan memutuskan untuk mundur.
Kang Opik juga menegaskan kalau mau buku-buku saja, jangan mendaftar jadi anggota TBM. Tapikalau mau belajar bersama, dipersilakan. Ia juga pentingnya validasi data anggota TBM untuk disebarkan ke berbagai pihak, karena data ini akan menjadi landasan untuk berbagai program dan fasilitas yang akan datang.
Berbagi Praktik Baik Pengelolaan Forum TBM
Setelah dua sesi diskusi interaktif, acara dilanjutkan dengan sesi Berbagi Praktik Baik Pengelolaan Forum TBM. Dipandu oleh Wiwik Subandiah, pengurus wilayah Forum TBM Jawa Timur, sesi ini menghadirkan Heni Wardatur Rohmah, Sekjen Forum TBM, sebagai narasumber.
Sebagai narasumber, Heni tidak banyak memberikan pemaparan. Beliau langsung memberikan tugas kepada peserta untuk menyelesaikan berbagai persoalan atau kasus yang sering terjadi di Forum TBM.
Para peserta dibagi menjadi tujuh kelompok, masing-masing terdiri dari 6-7 anggota. Setiap kelompok diberikan satu kasus untuk didiskusikan bersama, dan hasil diskusi dituliskan di atas kertas besar yang kemudian ditempelkan di dinding. Diskusi ini dilakukan dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Setelah diskusi selesai, satu orang dari setiap kelompok akan mencetak hasil diskusi di hadapan kelompok lainnya. Sebelum presentasi, setiap kelompok juga harus menampilkan yel-yel mereka.
Adapun kasus-kasus yang dibahas meliputi:
- Kondisi kepengurusan yang mati suri setelah dikukuhkan
- Pelaksanaan Festival Literasi
- Kapasitas pegiat literasi dalam tiga ranah: sebagai individu, pengelola TBM, dan pengurus Forum TBM
- Bagaimana Forum TBM bisa menjadi rumah bersama
- Ragam kegiatan di Forum TBM
- Program Advokasi 1000 Buku
- Sinergi TBM dengan berbagai pihak
Dalam sesi ini, kekompakan peserta sangat terlihat. Awalnya, mereka yang belum saling mengenal menjadi lebih akrab. Banyak senyum yang terurai dan gelak tawa yang mempesona suasana. Sinergi pun berhasil terjalin dengan rapi.
Penguatan Media Sosial Forum TBM
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi penguatan media sosial yang dipandu oleh Heri Djuhaeri, pengurus pusat Forum TBM, dan dimoderatori oleh Aris Munandar. Sesi ini menyiarkan pentingnya media sosial dalam mendukung gerakan literasi, dengan tujuan agar pesan-pesan literasi dapat menjangkau audiens yang lebih luas.
Menurut Heri, media sosial memainkan peran yang sangat penting dalam membangun dan memperkuat identitas sebuah komunitas. Keberadaan akun media sosial memungkinkan komunitas untuk berinteraksi, berbagi informasi, dan memperluas jangkauan pengaruhnya. Namun, mengelola akun media sosial bukanlah tugas yang ringan jika hanya ditangani oleh satu orang.
Untuk mengatasi tantangan ini, Heri menyarankan pembentukan tim media sosial yang terdiri dari beberapa anggota dengan tugas yang bagian secara spesifik. Dengan demikian, beban kerja dapat dibagi dan dikelola dengan lebih efektif, sehingga hasilnya pun akan lebih optimal.
Heri juga menyoroti beberapa platform media sosial yang sedang tren saat ini, seperti Instagram, Facebook, TikTok, Twitter, dan YouTube. Setiap platform memiliki karakteristiknya sendiri, sehingga komunitas perlu memahami cara terbaik untuk memanfaatkannya. Dalam mengelola akun media sosial, ada beberapa konsep penting yang harus dipegang oleh komunitas:
1. Visual
Konten visual yang menarik dan konsisten sangat penting untuk menarik perhatian audiens. Komunitas harus fokus pada penciptaan gambar, video, dan desain grafis yang kuat dan relevan dengan identitas mereka.
2. Tone & Voice
Suara dan nada komunikasi di media sosial harus mencerminkan karakter dan nilai-nilai komunitas. Apakah komunitas ingin terdengar formal, santai, atau ramah? Konsistensi dalam tone & voice akan membantu memperkuat identitas merek
3. Nilai dan Misi
Media sosial harus mencerminkan nilai-nilai dan misi utama dari komunitas. Hal ini membantu memastikan memperkuat pesan yang ingin disampaikan dan bahwa audiens memahami tujuan dan prinsip yang mendasari komunitas.
4. Keterlibatan & Responsif
Interaksi dengan audiens sangatlah penting. Menangapi komentar, pesan, dan feedback dengan cepat dan tepat menunjukkan bahwa komunitas peduli terhadap anggotanya dan terbuka untuk berdialog.
5. Kreativitas & Inovasi
Agar tetap relevan dan menarik, komunitas harus selalu mencari cara-cara baru dan kreatif untuk menyampaikan kontennya. Inovasi dalam penggunaan format, tema, dan strategi konten dapat membuat akun media sosial tetap segar dan menarik.
6. Pendidikan dan Informasi
Media sosial bukan hanya tentang hiburan, tetapi juga bisa menjadi alat untuk mendidik dan memberikan informasi. Komunitas harus memanfaatkan platform ini untuk berbagi pengetahuan yang bermanfaat bagi anggotanya dan masyarakat luas.
Selain itu, Heri menekankan pentingnya penjadwalan postingan di media sosial. Dengan jadwal yang teratur, komunitas dapat menjaga konsistensi dalam berbagi konten, meningkatkan interaksi, dan memastikan bahwa audiens selalu mendapatkan informasi terbaru. Penjadwalan juga membantu tim media sosial dalam merencanakan dan menyiapkan konten jauh-jauh hari, sehingga mengurangi stres dan memungkinkan adanya waktu untuk berkreasi lebih baik.
Dengan semangat yang berkobar dan diskusi yang mendalam, acara Fasilitasi Penggerak Literasi 2024 di Madiun ini diharapkan dapat membawa perubahan positif bagi gerakan literasi di Indonesia. Sinergi yang terjalin selama acara ini menjadi modal berharga untuk terus menggerakkan roda literasi di tanah air, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama membangun budaya baca yang kuat dan berkelanjutan.
* Tim Penulis Forum TBM /PW Forum TBM Jawa Timur
Oleh. Sahrul Mubarok
Pekalongan -Setelah 5 tahun Pengurus Forum Taman Bacaan Masyarakat ( Forum TBM ) Pekalongan tidak ada kegiatan. Kini melakukan revitalisasi keorganisasian dan sudah saatnya dilakukan pergantian kepengurusan. Pengurus Forum Taman Bacaan Masyarakat (Forum TBM) Kabupaten Pekalongan Masa Bhakti 2024-2029 resmi dilantik dan dikukuhkan oleh Pak Setiyo Haryono selaku Pengurus Wilayah Forum Taman Bacaan Masyarakat (PW Forum TBM ) Provinsi Jawa Tengah yang diselenggarakan pada hari Jum’at tanggal 30 Agustus 2024 pukul 09.00 WIB – selesai bertempat di gedung Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Pekalongan serta diikuti 32 peserta.
Pada kesempatan ini, Pak Setyo Haryono dari Pengurus Wilayah Forum TBM Jawa Tengah menjelaskan ” Kondisi literasi di Indonesia saat ini dalam keadaan darurat. Kondisi darurat literasi yang terjadi di Indonesia bukan hanya karena rendahnya membaca akan tetapi minimnya bahan bacaan.” Ucapnya
” Pengiat literasi punya peran penting dalam menggerakan budaya literasi di daerah masing-masing” Imbuhnya
Agus Pranoto, SH. MH selaku Plt Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Pekalongan berpesan, “Diharapkan Taman Baca Masyarakat bisa jadi tempat berkumpul untuk berdiskusi dan menambah ilmu pengetahuan serta menjadi tempat hiburan bagi masyarakat.”tuturnya
“Perpustakaan atau Taman Baca Masyarakat memiliki peran penting dalam mendukung keberhasilan Gerakan Literasi. Untuk pengembangan budaya baca di Indonesia, khususnya di Kabupaten Pekalongan. Perpusnas memberikan 1.000 buku bacaan bermutu dan rak buku, ada 20 Perpustakaan Desa dan Taman Baca Masyarakat di Kabupaten Pekalongan yang mendapatkan bantuan 1000 buku dan rak buku. ” Pungkasnya
Setelah melakukan kegiatan pelantikan pengurus Forum Taman Bacaan Masyarakat Kabupaten Pekalongan. Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Pekalongan melakukan sosialisasi rencana bantuan buku lanjutan dan pembuatan nomor pokok perpustakaan serta penjelasan program pekan literasi. Diah Kartika, SE, MM menjelaskan ” Akan ada bantuan 1000 buku dan rak buku ditahun 2025, Perpustakaan Desa dan Taman Baca Masyarakat diharapkan bisa mendaftarkan Nomor Pokok Perpustakaan (NPP),” tuturnya.
” Nomor Pokok Perpustakaan (NPP) diberikan dalam rangka memudahkan pembinaan perpustakaan dan untuk mengetahui peta kondisi perpustakaan di Indonesia. Nomor Pokok Perpustakaan (NPP) juga menjadi salah satu syarat utama dalam penerimaan bantuan 1000 buku dan rak buku, ” Pungkas bu diah
Taman Baca Masyarakat atau Perpustakaan Desa memiliki peran penting, sebagai garda terdepan dalam upaya meningkatkan literasi masyarakat. Diharapkan Pelantikan Pengurus Forum Taman Bacaan Masyarakat Kabupaten Pekalongan Masa Bhakti 2024-2029 bisa menjadi gerbang awal bangkitnya literasi di Kabupaten Pekalongan.
Wadau di Rest Area Gada Membaca
Oleh. Naufalia Qisthi*
Alhamdulillah, pada hari Rabu, 24 Juli 2024, Warung Nasi Dawuan (Wadau) resmi dibuka. Hadir pada pembukaan Wadau; Drs. Yayan Heryana (mantan Camat Kawali), Mang Wahyu dari Pawon Lembah Ereng Kawali, Himpunan Wirausaha Surawisesa Kawali (HWSK), pegawai kecamatan Kawali dan anggota Gada Membaca serta masyarakat umum datang untuk icip-icip hidangan Wadau.
Wadau, berlokasi di Jl. Raya Ciamis-Cirebon, Dusun Margajaya RT 02 RW 03, Desa Winduraja, Kecamatan Kawali – Ciamis (rest area Komunitas Gada Membaca). Kami menawarkan menu andalan: Ikan Bakar yang siap memanjakan lidah.
Agus Munawar, owner Wadau yang juga pembina Komunitas Gada Membaca menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang hadir saat pembukaan dan masyarakat umum silahkan datang ke Gada Membaca untuk berkunjung sekaligus bisa menikmati kelezatan makanan khas yang kami sajikan dengan harga terjangkau, suasana nyaman, dan pelayanan ramah yang membuat Anda merasa seperti di rumah sendiri.
Wadau ini adalah salah satu pengembangan literasi finansial yang dikembangkan oleh TBM Gada Membaca, Ciamis. Dapat menghidupkan ekomoni sekitar dan juga membantu pengembangan TBM Gada Membaca.
*Relawan Komunitas Gada Membaca.
Oleh. Sahrul Mubarok*
Taman Baca Masyarakat Hidup Punya Cerita adalah sebuah sarana yang didirikan dengan tujuan untuk menumbuhkan budaya literasi di kalangan masyarakat umum. Sejak didirikan pada tanggal 10 November 2023, TBM ini telah menjadi pusat kegiatan literasi yang aktif melayani kebutuhan masyarakat dalam mencari dan mendalami ilmu pengetahuan.
Manfaat yang didapatkan dari keberadaan Taman Baca Masyarakat sangat beragam dan signifikan, diantaranya:
- Menumbuhkan Minat, Kecintaan, dan Kegemaran Membaca: Melalui koleksi buku yang beragam dan menarik, TBM Hidup Punya Cerita berhasil meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Berbagai program dan kegiatan yang diadakan secara rutin turut mendukung terciptanya kebiasaan membaca yang menyenangkan dan menginspirasi.
- Memperkaya Pengalaman Belajar bagi Warga: TBM tidak hanya menyediakan buku, tetapi juga menyelenggarakan berbagai aktivitas edukatif seperti diskusi buku, workshop, dan seminar. Kegiatan-kegiatan ini memperkaya pengalaman belajar masyarakat dan memberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan baru yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
- Menumbuhkan Kegiatan Belajar Mandiri: Salah satu tujuan utama TBM adalah mendorong masyarakat untuk belajar secara mandiri. Dengan akses mudah ke berbagai sumber bacaan, pengunjung TBM dapat mengeksplorasi minat dan bakat mereka, serta mengembangkan keterampilan baru sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka.
- Membantu Kecakapan Membaca: TBM Hidup Punya Cerita juga berperan penting dalam meningkatkan kecakapan membaca masyarakat. Program-program literasi yang dirancang khusus untuk berbagai kelompok usia membantu meningkatkan kemampuan membaca dan pemahaman, sehingga masyarakat dapat lebih efektif dalam memanfaatkan informasi yang tersedia.
Dalam perjalanannya, Taman Baca Masyarakat Hidup Punya Cerita telah berhasil menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan budaya literasi. Dengan komitmen yang kuat untuk terus berinovasi dan menyediakan layanan yang terbaik, TBM ini berharap dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan literasi di Indonesia.
Taman Baca Masyarakat Hidup Punya Cerita adalah bukti nyata bahwa dengan semangat gotong royong dan komitmen untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih cerdas, kritis, dan berdaya saing. Mari bersama-sama mendukung dan memanfaatkan keberadaan TBM ini untuk masa depan yang lebih cerah.
Pada Hari Jumat (19/7/2024), terdapat kegiatan rutinan yang disebut Jama’ah Rotib Ngremboko. Jama’ah Rotib ngremboko merupakan perkumpulan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Mayangan, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. Kegiatan rutinan Jama’ah Rotib ngremboko sudah berjalan Satu tahun lebih. Acara rutinan Jama’ah Rotib Ngremboko yang diadakan di TBM Hidup Punya Cerita diikuti oleh sekitar 25 orang. Kegiatan di mulai setelah melaksanakan sholat isya atau sekitaran jam 20.00 – selesai . Ada 3 rangkaian kegiatan dalam acara rutinan jama’ah rotib ngremboko : Pembacaan Maulid Simtuduror, Pembacaan Rotibul Kubro , Dan Mauidhoh hasanah atau kajian kitab.
Kegiatan ini di awali dengan pembukaan membaca tawassul yang kebetulan di bawakan oleh Ustad Ahmad Qudus selaku ketua, dan dilanjutkan dengan membaca kitab maulid simtudduror, maulid Simtudduror merupakan amalan Shalawat yang menceritakan sejarah Nabi Muhammad SAW. Maulid ini juga sama seperti maulid Diba’ dan Barzanji. Kemudian dilanjut, Pembacaan Rotibul Kubro. Rotibul Kubro merupakan amalan yang berisi doa dan dzikir.
Kegiatan yang terakhir, Mauidhoh hasanah atau kajian kitab yang mebahas Tauhid disampaikan oleh ustd Sugianto Membahas tentang Sifat Wajib dan Mustahil Bagi Allah serta sifat jaiz e Allah, Sifat wajib dan Mustahil rosul serta jaiz e Rasul. Atau yang biasa dikenal dengan ” Aqoid Seket “.
Ustd. Sugiyanto Menjelaskan bahwa ” Aqidah 50 dalam lingkungan Ahlussunnah wal Jama’ah terbagi dalam dua bagian. Bagian pertama berkaitan dengan sifat-sifat Allah, meliputi sifat wajib bagi Allah 20 sifat, sifat mustahil 20 sifat, dan sifat jaiz 1 satu sifat. Bagian kedua berkaitan dengan sifat-sifat para rasul Allah, meliputi sifat wajib bagi rasul 4 sifat, sifat mustahil 4 sifat, dan sifat jaiz 1 sifat.”
” Allah itu ada (wujud). Allah Swt. memang gaib, tidak bisa dilihat zat-Nya. SIfat wujud bermakna kehadiran Allah SWT bukan karena diciptakan oleh siapapun. Allah itu berdiri sendiri dan berbeda dengan Makhluk ” Imbuhnya Ustd Sugiyanto
Acara ini diakhiri dengan pembacaan doa dan juga di adakannya makan makan bersama.
*Ketua TBM Hidup Punya Cerita
Bahasa Kita, Warisan Kita
Release Kegiatan Forum TBM Kerinci
Bahasa adalah cerminan budaya dan identitas suatu komunitas. Melestarikan bahasa lokal tidak hanya berarti menjaga cara komunikasi, tetapi juga menghargai warisan leluhur yang kaya akan nilai-nilai budaya. Di era globalisasi ini, banyak bahasa daerah yang terancam punah karena kurangnya dokumentasi dan penggunaan dalam kehidupan sehari-hari.
Yayasan Lentera Muda Kerinci kini hadir kembali mengadakan berbagai program kebahasaan dan kesastraan melalui bantuan Pemerintah Bidang Kebahasaan dan Kesastraan: Penguatan Komunitas Sastra periode Juni 2024 berdasarkan Keputusan Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Sebelum itu, Yayasan Lentera Muda Kerinci pada tahun 2023 juga sudah mendapatkan bantuan yang serupa dari Pemerintah Bidang Kebahasaan dan Kesastraan.
Pada kegiatan yang diberikan nama Festival Bahasa dan Sastra memiliki banyak rangkain kegiatan didalamnya. Salah satunya adalah kegiatan pembuatan kamus bergambar kosakata bahasa daerah Kerinci dan Sungai Penuh. Kegiatan pembuatan kamus bergambar kosakata bahasa daerah ini dilandasi dengan data dan fakta bahwa bahasa daerah di Kabupaten Kerinci dan Sungai Penuh termasuk kedalam bahasa daerah yang terancam punah. Tentu masalah ini menjadi kekhawatiran yang timbul dalam diri kita dan tentunya enggan kita melihat bahasa kita mengalami kepunahaan.
Melalui kegiatan ini kami percaya bahwa untuk mencapai hal besar harus dimulai dari hal kecil. Desa yang menjadi target dalam pembuatan Kamus Bergambar Bahasa Daerah kerinci dan Sungai Penuh adalah Desa Sungai Tutung dan Simpang Tiga Rawang. Desa Sungai Tutung dan Desa Simpang Tiga Rawang adalah dua desa yang memiliki kekayaan budaya dan bahasa yang unik. Dalam upaya melestarikan dan memperkenalkan kekayaan bahasa ini, diadakanlah pelatihan pembuatan Kamus Bergambar Kosakata Bahasa Daearah.
Kegiatan ini diawali dengan pelatihan selama 2 hari yakni di tanggal 11 – 12 Juli 2024 dan di tanggal 13 – 15 Juli 2024 dilanjutkan pengumpulan data kosakata ke setiap desa yang sudah ditentukan. Pada kegiatan pelatihan kami melibatkan pakar linguistik dari universitas, penggiat budaya dan praktisi lapangan berpengalaman sebagai narasumber dalam kegiatan pelatihan. Kegiatan pelatihan di narasumberi oleh Dr. Adi Budiwiyanto, M.Hum. selaku Kepala Kantor Bahasa Provinsi Jambi, Ernanda, S.Pd., M.A., Ph.D. Dosen Bahasa dan Sastra Universitas Jambi dan Nazarudin, S.Hum., M.A. selaku Dosen Sastra Indonesia Universitas Indonesia.
Pelatihan ini bertujuan untuk mempersiapkan tim peneliti dalam melakukan pengumpulan data bahasa daerah di lapangan. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan tim dalam metode pengumpulan data, dokumentasi, dan penyusunan kamus bahasa daerah. Dengan adanya kamus bahasa daerah, diharapkan kekayaan bahasa ini dapat tetap terjaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Dalam pengambilan kosakata bahasa daerah dialek Desa Sungai Tutung dan Desa Simpang Tiga Rawang kami melibatkan Lembaga Adat sebagai informan untuk digali kosakata yang ada di daerah tersebut. Setelah pengambilan data kosakata bahasa daerah, kami melakukan kegiatan lokakarya di setiap daerah dengan mengundang Lembaga Adat, Perangkat Desa, Cerdik Pandai, dan Karang Taruna sebagai peserta dalam kegiatan lokakarya. Tujuan kegiatan lokakarya ini adalah untuk mempersentasikan hasil data kosa kata yang diperoleh dan dikaji bersama dengan peserta lokakarya untuk mendapatkan validasi yang valid dan dapat mengumpulkan ide, pengetahuan, dan kontribusi dari berbagai pihak yang peduli terhadap pelestarian bahasa daerah Kerinci dan Sungai Penuh, sehingga kosakata yang di ambil bisa untuk dibukukan sebagai kamus bergambar bahasa daerah.