Malam sudah mulai kenakan jubah hitamnya ketika anak-anak mulai berdatangan. Generasi pertama di BTN Puri Tawang Alun 2 yang didiami sejak tahun 2010 itu, datang di Pustaka Kabanti Kendari, di antara iringan jamaah salat Isya dari Masjid Jabal Rahmah.
Gemintang di langit Kendari mulai berkedipan. Angin dingin ditiup dari bukit hutan di sebelah kompleks perumahan.
Yah, hari Sabtu, 13 Januari 2017 itu, sebuah pemutaran film perdana di Pustaka Kabanti Kendari sejak berdiri tahun 2016 silam. Malam itu, “Sahabat Pemberani” sebuah film animasi anak akan menjadi sebuah tontonan.
Sehari sebelumnya, brosur pemutaran film ni sudah beredar di kompleks perumahan. Saya mendesain lalu memperbanyak. Anak-anak yang selama ini menjadi pengunjung dan pembaca aktif di Pustaka Kabanti, menjadi pengedar brosurnya. Mereka adalah Dede, Hasbi, Faiz, Rada, Khoir, Bumi, Adit, Riski, Reski, Matok, dan Firda.
Anak-anak mungil ini memasuki setiap blok dengan gembira, menemui temannya sambil member brosur dan mengajak datang menonton film.
Saya juga memublikasikan hal ini di media social seperti faceebook, whatsapp, twitter, dan instagram. Sebagian teman saya di Kantor Bahasa Sultra juga ada yang siap datang membawa anaknya.
Saya tidak dapat menduga-duga berapa penonton yang akan datang. Saya akan bercerita dulu dalam merancang pemutaran film ini.
Saya mencoba menghubungi beberapa lembaga untuk ikut serta menjalin kemitraan. Alhamdulillah, Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara (KBST) melalui Sandra Safitri Hanan selaku kepala, siap bermitra dengan menyumbangkan buku, juga LCD dan layarnya. Penerbit Erlangga Cabang Kendari, juga siap bekerja sama dalam bentuk penyediaan buku, yang disampaikan langsung oleh Ismail, pimpinan Erlangga Kendari.
Buku dari KBST dan Erlangga akan dijadikan hadiah bagi penonton yang dapat menjawab pertanyaan seputar cerita film, nantinya. Selain itu, Fraksi Sastra dari SMAN 4 Kendari juga siap bekerja sama. Dinda, demikian nama ketua Frasa, malah menjadi pembawa acara pada pemutaran film. Sedangkan Muammar Qadafi menjadi operator teknis pemutaran film.
Satu demi satu penonton berdatangan yang sejak sore sudah berkerumun di Pustaka Kabanti. Mereka penasaran, seperti apa itu “Sahabat Pemberani?”
Tak disangka, puluhan anak sudah menyesaki ruang persegi Pustaka Kabanti. Film yang diproduksi oleh Pusat Edukasi Antikorupsi KPK tersebut akan segera dinikmati. “Sahabat Pemberani” dapat hadir di Kendari berkat kerja sama antara Pengurus Pusat Forum TBM dan KPK dalam sebuah program Tali (Taman Literasi) Integritas. Nah, Pustaka Kabanti Kendari menjadi salah satu taman baca yang menjadi mitra dan peserta Tali Integritas yang diadakan oleh KPK dan Forum TBM di Jakarta pada tanggal 10—12 Desember 2017 di Jakarta.
“Oooom, cepatmi kasian putar itu filmnya”, teriak salah satu anak yang sudah penasaran.
“Iya Om saya ndak tahanmi”, balas lagi yang lain.
Agenda pemutaran film segera dimulai. Dinda mengawali tugasnya sebagai pewara (pembaca acara) dengan menyapa penonton yang terdiri atas anak-anak, beberapa orang tua, dan dari komunitas. Saya dipersilakan oleh Dinda untuk berbicara.
Saya menyapa dan mengucapkan terima kasih kepada anak-anak yang sudah sangat ingin menonton. Juga menyapa orang tua yang hadir dan teman-teman komunitas.
“Mau menontoooon”, tanya saya.
“Mauuuuuuuuuu!” jawab anak-anak serempak.
Pemutaran pun dilakukan.
Kelebat tiga tokoh animasi utama yakni Krisna, Panji, dan Kirana menyedot perhatian anak-anak. Sesekali mereka tertawa, tegang, dan bergerak-gerak.
Anak-anak terobsesi dengan kreativitas Krisna, didukung Panji dan Kirana dalam membuat robot. Sebuah kerja sainstifik, dikerja anak-anak, cocok untuk dunia anak, dan ditonton oleh anak-anak. Ada pesan yang cukup penting di dalamnya yakni ketika Krisna meraih Juara I pada Lomba Sains dan Iptek. Ia tidak menyebut sebagai karya pribadi tetapi karya kita (bersama Panji dan Kirana).
Pada film kedua, “Mesin Waktu” anak-anak mengembara ke wilayah lain Indonesia, ke hutan Kalimantan. Lewat kembara tokoh Panji, penonton diajak bertamasya ke lingkungan alam dan budaya Dayak yang khas. Menghargai keberagaman menjadi poin penting film ini. Anak-anak mengerti bahwa Indonesia, sejatinya, sangat kaya. Kekayaan itu harus dipupuk dan dipelihara. Hadirnya Panji di suku Dayak, berkat mesin waktu yang dapat menembus ruang dan waktu. Pesan saintifik film ini juga sangat menarik.
Film “Main Jujur” mengajarkan betapa kejujuran sangat penting dalam laku bersosialisasi, juga dalam dunia anak-anak. Permainan kelereng dan “ma’asing” dalam bahasa kampung saya di Sulbar, adalah dua dunia main anak yang sangat digemari. Lewat permainan inilah, laku kejujuran dan kecurangan berkelindan. Tetapi, tiga tokoh utamanya dapat memberi contoh permainan jujur yang baik sehingga anak yang curang mengakui kesalahannya. Tidak hanya sampai di situ, Krisna dkk, menghadiahi lawannya dengan segepok kelereng. Sebuah modal sosial yang penting. Kerekatan sosial dapat dirajut dengan modal social. Kereeeen.
Literasi media sangat penting bagi anak. Malam itu, dalam hitungan kasar saya, sekitar enam puluh penonton memelototi layar. Sekitar 50-an anak, tiga orang tua, dan 6—7 dari pegiat komunitas literasi. Anak-anak sangat serius mengikuti adegan demi adegan. Dari jumlah penonton itu, ada yang sudah hadir sejak sore.Hal yang cukup menggembirakan karena ada beberapa anak yang ikut membawa adik kecilnya datang bergandeng tangan.
Film “Pahlawan Kemerdekaan” member nilai kejujuran yang luhur. Tiga sahabat (Krisna, Panji, dan Kirana) bekerja dengan baik dalam sebuah kepercayaan. Saat mereka meminta sumbangan sukarela dari warga, ada beberapa warga yang memberinya makanan. Makanan itu mereka terima tetapi tetap dicacat, dan digunakan sebagai konsumsi pada kegiatan lomba. Bibit kejujuran sudah ditanam sejak dini. Jika pun ada uang di luar sumbangan resmi warga yang diterima, mereka melaporkannya apa adanya. Defenisi pahlawan pun mereka narasikan ulang. Pahlawan bagi mereka adalah seorang tukang pembersih sampah desa. Sebuah gerobak sampah modern diberikan padanya pada saat upacara kemerdekaan.Gerobak yang dirancang oleh Tiga Sahabat dalam sebuah kerja sains yang sederhana.
Film “Jelajah Pulau” membawa anak untuk berani bersikap menghadapi kesewenang-wenangan atas pencurian hewan yang dilindungi.
Setiap selesai satu film, tepuk tangan meriah dari penonton.
Nah, usai sudah sesi menonton. Saatnya tiba mengapresiasi film dalam bentuk pertanyaan yang akan dijawab anak-anak. Suasana sangat ramai bahkan rebut, ketika anak-anak berebut pertanyaan. Maklum, setiap yang menjawab benar akan mendapat hadiah buku. Mereka berebut. Pada mulanya, direncakan bahwa yang menjawab saja yang akan mendapatkan hadiah buku. Akan tetapi, karena banyaknya stok buku untuk hadiah dan antusiasme anak-anak, sehingga semuanya dapat buku.
Anggi, seorang anak kelas V SD, berkata sebelum pulang, “Om, kapan lagi diputar, saya suka kasiaaan!
“Sabar yah Anggi. Kita akan putar lagi nanti.”
“Baik, Om.”
Kompleks perumahan lengang. Satu-satu anak pulang. Tetapi saya yakin, di benak mereka masih terus berputar sebuah film, para pemberani itu. Semoga di tidurnya, ada mimpi yang datang, mimpi yang membahagiakan.
Kendari, 5 Februari 2018