Categories
TALI INTEGRITAS

Parade Pidato dan Baca Puisi Tema Integritas

Masih dalam rangkaian Program Tali Integritas yang dicanangkan di TBM BINTANG BRILLIANT. Pada awal Bulan April 2018 ini TBM Bintang Brilliant mengadakan kegiatan parade pidato dan baca puisi tema integritas. Kegiatan ini diikuti oleh anak-anak anggota TBM yang duduk di kelas 3 hingga kelas 5 SD/MI.

Seperti yang telah direncanakan sebelumnya dalam Metode Pemanfaatan Bahan Tali Integritas, tema dalam parade pidato ini tentunya berkaitan dengan nilai-nilai integritas. Meskipun awalnya kegiatan ini direncanakan berupa lomba yang dapat diikuti oleh semua anak, namun karena berbagai pertimbangan terutama pertimbangan finansial yang tidak memungkinkan, kegiatan ini akhirnya hanya berkonsep parade saja. Walaupun begitu kegiatan ini sama sekali tidak mengurangi tujuan dan perencanaan awal. Anak-anak tetap dapat menampilkan gaya dan ekspresi masing-masing dalam berpidato dan membaca puisi.

Secara bergantian, mereka bergantian membaca pidato dan puisi yang telah disusun sendiri di depan teman-temannya. Pelaksanaan Pidato dilakukan lebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan baca puisi.

Bertempat di dalam TBM Bintang Brilliant, kegiatan Pidato ini berjalan dengan lancar dan meriah. Meskipun terkadang ada beberapa kesalahan kecil yang dilakukan saat membaca pidatonya, namun anak-anak tetap pede dalam mengikuti kegiatan. Sesekali ada juga tawa yang menguar kala sesuatu hal lucu muncul secara tidak sengaja.

Setelah pidato selesai dilaksanakan, giliran baca puisi yang ditampilkan. Mereka yang tidak ingin berpidato, bisa membaca puisi sesuai dengan apa yang diinginkan. Pembacaan puisi tampak khidmat dan khusuk. Anak-anak yang membaca puisi tampak menjiwai puisi yang ditampilkan, sedangkan para penonton larut dalam keheningan.

Selain bisa menambah pengalaman,  parade pidato dan baca puisi tema integritas ini tentunya memberikan banyak manfaat bagi anak-anak terutama peserta yang mengikutinya. Beberapa manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Membangun jiwa integritas
  2. Meningkatkan kemampuan atau potensi siswa yang mempunyai keahlian di depan umum
  3. Menambah rasa percaya diri pada anak
  4. Meningkatkan kesadaran betapa jiwa integritas itu sangatlah penting bagi kehidupan
  5. Memupuk jiwa sportifitas
  6. Kemampuan anak dalam berpidato atau berbicara di depan umum dapat membantu dalam mencapai karir yang baik.
  7. Melatih kemampuan berbahasa
  8. Menambah perbendaharaan kata

Berikut ini adalah beberapa gaya anak-anak peserta rangkaian pidato tema integritas di TBM Bintang Brilliant. Tidak semua bisa ditampilkan.

Dengan adanya parade pidato dan baca puisi ini diharapkan dapat menciptakan generasi muda yang berprestasi dan menjadi pemimpin bangsa dimasa depan. Kegiatan ini menjadi kegiatan rutin yang dilakukan TBM Bintang Brilliant setiap tahunnya. Kedepan akan dilakukan dengan tema-tema yang menarik lainnya.

Categories
TALI INTEGRITAS

Kolaborasi Semangat Integritas

Literasi menghadiahi kita kompetensi yang sangat berharga, yaitu : berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Jejaring integritas yang diinisiasi oleh Komunitas Matahari Pagi, Jemari (Jejaring Matahari Pagi), mencoba menawarkan kolaborasi kepada para entitas literasi untuk berkolaborasi dalam aspek semangat antikorupsi (baca: menumbuhkan integritas). Berbeda dengan jejaring yang berbasiskan gerakan, dimana setiap entitas yang tergabung didalamnya dituntut untuk memiliki gerakan yang serupa, disini kita hanya mengharapkan nilai-nilai integritas lebih ditekankan dalam setiap kegiatan yang sudah dijalankan selama ini.

Diantara entitas yang berinteraksi di Jemari, terdapat 5 entitas yang keberadaannya cukup menonjol dan unik. Mereka adalah Pustaka QorAn – Bandung, Komunitas Banzai – Sukabumi, FTBM Lampung Timur, TB Amandraya – Nias Selatan, Pustaka Salimah – Karawang, Vespa Pustaka – Sukabumi. Banyak yang bisa kita gali dari kelima entitas literasi tersebut.

Pustaka QorAn Bandung diinisasi oleh Ibu Yusrianti Y Pontoh, merupakan potret kegiatan literasi yang mengedepankan pendidikan anak dengan mengenalkan kepedulian sosial secara langsung. Dalam kegiatanya, Pustaka QorAn menggandeng sekolah-sekolah dan pelibatan masyarakat sekitar. Sepertihanlnya, donasi sampah dan penyelenggaraan dapur umum untuk warga yang terdampak banjir. Kegiatan-kegiatan tersebut sangat efektif dalam membangun empati, karakter dan integritas anak. Kesalehan sosial dicontohkan secara nyata.

Sementara itu, di Sukabumi, terdapat Komunitas Bazai. Komunitas tersebut merupaka komunitas tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki ketertarikan untuk mempelajari bahasa dan budaya Jepang. Dalam konteks ini, terdapat irisan masalah integritas yang cukup relevan untuk menautkan kami. Jepang adalah bangsa yang sangat menjunjung tinggi integritas. Bahkan para pelaku korupsi lebih takut terhadap sanksi sosial daripada sanksi hukum yang akan diterimanya. Mempelajari bagaimana terbentuknya integritas yang kuat pada bangsa Jepang sambil menginternalisasi nilai-nilai integritas merupakan keunikan tersendiri dari kegiatan Komunitas Banzai ini.

Di Lampung Timur, 15 Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang tergabung dalam Forum TBM Lampung Timur menggagas kegiatan Safari Literasi. Yaitu TBM Rubah Jabung, TBM Pematang Ilmu, TBM Benteng Ilmu, TBM Gubuk Woco, TBM Keramat, TBM Mekar Jaya, TBM Bhineka Jaya, TBM Cordova, TBM Wacana, TBM Zulfa, TBM Adinda, TBM Tri Sukses, TBM Cerdas, TBM Cengkir, TBM Raman Aji. Kegiatan yang tema Generasi Literat Berintegritas tersebut digawangi oleh      I Nyoman Gali Darmawan, M.Pd dari TBM Widya Utama. Tujuannya untuk memperkuat persatuan dan kebersamaan  visi, visi dan tujuan antar TBM se-Lampung Timur dalam membentuk generasi-generasi literat berintegritas. Agenda kegiatannya adalah sosialisasi program Tali Integritas, saresehan dan donasi buku. Ini merupakan gerakan yang sangat masif yang diselenggarakan selain oleh Panglima Integritas.

TB Amandraya memiliki cerita tersendiri. Taman baca ini digagas oleh Achmad Masruri, S.Pd, seorang pendidik yang tergabung dalam program Guru Garis Depan (GGD) 2016. Yang menariknya, TB Amandraya ini telah mengenalkan nilai-nilai integritas melalui kerjasamanya dengan Kejaksaan Negeri Nias Selatan. Bukan suatu hal yang kebetulan, karena Kepala Kejaksaan Nias pernah bertugas menjadi Jaksa KPK selama 10 tahun. Sehingga dengan demikian, TB Amandraya mendapatkan bahan pustaka dari KPK. Berbagai variasi kegiatan selalu dilakukan, dari mulai literasi dasar sampai dengan literasi budaya. Tidak lupa juga binaan dari TB Amandraya dibekali keterampilan dan kerajinan tangan.

Yanti Kurniasih ketika mendirikan Pustaka Salimah di Karawang memiliki visi Cerdik bersama Pustaka Salima, yang merupakan kependekan dari Cerdas Energik Religius Dermawan Innovatif dan Kreatif. Visi tersebut diimplementasikan dalam kegiatan yang cukup beragam, mulai dari gelar baca gratis, road to school, road to ponpes, mendongeng, hingga nonton bareng. Selain itu ada beberapa program juga yang diselenggarakan oleh Pustaka Salimah, diantaranya : Pustaka Salimah Berbagi, Donasi Buku dan Peminjaman Buku Nusantara. Dengan semangat untuk selalu belajar dan menebar kebaikan. Pustaka Salimah terus bergerak, termasuk kali ini dalam menebarkan nilai-nilai integritas.

Sekumpulan anak muda yang memiliki hobi terhadap Vespa berinisiatif mendirikan Vespa Pustaka Sukabumi. Selain dari touring, mereka mengadakan lapak buku gratis setiap hari Sabtu dan Minggu di Taman Kota Karangtengah. Meskipun baru fokus pada kegiatan menebarkan virus baca bagi masyarakat sekitar, inisiatif para pemuda ini sangat layak untuk mendapatkan apresiasi.

Melihat profile entitas literasi tersebut diatas, gerakan literasi sudah menunjukan modal yang cukup berharga untuk dapat mengambil peran dalam upaya permberantasan kroupsi. Negeri bebas korupsi merupakan impian kita semua. Karena kondisi negeri kita yang masih belum bisa dikatakan makmur dan sejahtera, ditengah jumlah penduduk, potensi wilayah dan potensi sejarah, hal tersebut salah satunya dikarenakan oleh korupsi.

Peran yang bisa diambil oleh entitas literasi adalah jalur edukasi dan kampanye, terutama menanamkan nilai-nilai integritas. Jalur ini merupakan jalan yang panjang, karena menyangkut perbaikan generasi, namun sangat strategis. Dikatakan strategis, karena keberhasilan kita dalam upaya perbaikan generasi, sangat menentukan keberadaan negeri kita dimasa yang akan datang. Untuk itu, melalui Jemari, mari kita mantapkan peran kita dengan kegiatan literasi seraya berseru : “Saatnya ber-AKSI!”.

Aris Munandar. Pegiat di Komunitas Matahari Pagi.

Catatan : Tulisan ini pertamakali dipublikasikan di www.mataharipagi.tk

Categories
TALI INTEGRITAS

Kelas Integritas Mengajak Kita Membaca Tantangan

Kita dihadapkan pada satu paradoks. Suatu pertentangan dengan gap yang saling bertolak belakang. Disatu sisi, suka atau tidak, kemampuan membaca kita masih sangat rendah. Meskipun geliat literasi semakin terasa dan menyebar, namun harus diakui belum merata. Disisi lain, era internet of things yang ditunggangi oleh globalisasi seolah hanya menampilkan wajah buruknya saja. Pengaruh negatif teknologi informasi dan komunikasi terhadap gaya hidup kita, serta pudarnya nilai-nilai religiusitas dan kearifan lokal bangsa. Tiga besar pengaruh buruk tersebut adalah pornografi, hoaks dan sadisme.

Internet of things adalah era baru, yaitu masa depan yang aka kita jalani nantinya. Rhenald Kasali (2017) mengatakan bahwa telah tercipta dunia baru. Adanya dunia baru tersebut merupakan buah dari kemajuan teknologi informasi. Teknologi informasi memaksa kita menjadi serba real time. Peradaban ini memaksa kita untuk berpikir dan bekerja lebih cepat untuk bisa tetap relevan.

Namun kesalahan memahami tuntutan untuk serba cepat bukan membawa kita menjadi relevan, melainkan akan menjerumuskan kita kedalam ketiadaan. Sepertihalnya banyak sistem pendidikan, menurut Laporan Forum Ekonomi Dunia 2015, banyak yang tidak sejalan lagi dengan kebutuhan kompetensi dimasa depan. Kompetensi yang dibutuhkan oleh seseorang di abad 21 adalah berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif.

Kompetensi yang dikenal dengan 5 C tersebut (critical thinking, creative, communicative, dan collaborative) bisa dihasilkan melalui kegiatan literasi. Pada umumnya, kegiatan literasi dimaknai dengan kegiatan membaca. Meskipun ruang lingkup literasi sangatlah luas, tidak terbatas pada kegiatan membaca saja. Namun kali ini kita fokuskan pembahasan pada sisi kegiatan membaca.

Kegiatan membaca sebenarnya adalah kegiatan interaksi kita dengan teks. Dalam teks tersebut terkandung ilmu pengetahuan. Sehingga, membaca sebenarnya kegiatan menginternalisasi ilmu pengetahuan. Ketika membaca, kita sedang melakukan transformasi. Dalam arti, kita menjaga ilmu pengetahuan yang diserap supaya tetap kontekstual dan relevan.

Kelas Integritas sebagai salah satu implementasi dari program Tali Integritas yang dilakukan oleh Komunitas Matahari Pagi, merupakan aksi literasi dengan pendekatan dalam konteks ini. Sasaran utamanya, kami analogikan terhadap remaja. Kenapa dianalogikan sebagai remaja? Karena remaja adalah fase krusial sebagai masa peralihan dari fase anak-anak ke fase dewasa. Pada fase remaja, seseorang mencari jati diri yang akan menjadi karakter difase dewasa.

Bagi remaja, pencarian jati diri adalah upaya untuk menemukan eksistensinya. Oleh karenanya terdapat keingintahuan yang besar dalam diri mereka. Disisi lain, pada dasarnya sebagai manusia, remaja juga cenderung mencari kenyamanan dalam eksistensinya. Sehingga eksistensi bagi mereka adalah tempat dimana mereka merasa diterima dan diakui keberadaannya.

Kami menemukan fenomena kenyamanan tersebut pada diri kita. Kenakalan-kenalakan yang awalnya kita maknai sebagai bentuk pemberontakan terhadap kemapanan dan keinginan akan situasi serta kondisi yang baru, ternyata salah. Motifnya hanya kenyamanan, merasa cukup dengan hanya dianggap “ada”. Hal tersebut kami tanggapi sebagai peristiwa terjadinya degradasi motivasi untuk bertransformasi, self-creative motivated.

Bertolak dari hal tersebut, kami melakukan uji coba dengan merancang kegiatan di Kelas Integritas berbasiskan teks. Ini dimaksudkan untuk melihat sampai sejauh mana kita dapat melihat dan menangkap situasi dan pengetahuan yang terkandung dalam suatu wacana.

Pada tema Karsa dan Teladan, sudah dipelajari mengenai unsur-unsur pembentuk cerita rekaan, modifikasi, mind map, 5W+1H, menyimak (dengan melakukan identifikasi, interpretasi dan uji relevansi), serta membaca kritis.  Semuanya dapat dianggap sudah mewadahi kompetensi 5C tadi. Miasalnya kita ambil berpikir kritis.

Berpikir kritis merupakan langkah awal menuju kontekstualisasi sebuah teks. Dengan berpikir kritis, kita dapat melihat situasi teks tersebut pada saat ditulis dengan pada saat dibaca. Tentu saja ada kesenjangan/gap diantara keduanya. Begitu juga dengan pengetahuan yang terkandung didalamnya, ada gap antara pemaknaan teks menurut penulis dan pembaca. Dengan berpikir kritis, seharusnya gap tersebut dapat dihilangkan.

Kenapa dengan berpikir kritis dapat menghilangkan gap situasi dan pengetahuan antara penulis dengan pembaca? Karena dengan berpikir kritis kita akan melakukan identifikasi terhadap teks tersebut, sehigga ditemukan signifikasi/relevansi teks tersebut dengan persoalan yang dihadapi oleh kita.

Namun, jika kita lemah dalam pemahaman gramatika dapat menyebabkan kegagalan kita dalam melakukan identifikasi tersebut. Hal itu disebabkan oleh kesulitan kita dalam mengklasifikasikan antara tema yang diusung dengan strukturnya. Tema sebenarnya merupakan pokok pikiran yang ingin dibahas oleh penulis atau pembicara. Sedangkan strukturnya adalah kerangka bagaimana tema tersebut akan disajikan menurut persfektif penyaji tadi.

Meskipun demikian, berpikir kritis hanyalah menyajikan kemungkinan-kemungkinan realitas yang “ada”, yang bisa kita temui. Karenanya transformasi tidak ditentukan oleh pemikiran, melainkan oleh keputusan. Keputusan akan membuat kemungkinan-kemungkinan realitas yang “ada” itu “menjadi” kenyataan. Penggeraknya adalah “care-why?” sebagai kreatifitas memotivasi diri.

Apakah kita dalam Kelas Integritas berhasil menaklukan tantangan yang disajikan dalam teks-teks? Apakah kita telah “menjadi”? ataukah hanya cukup dengan hanya “ada”?.

Jika kita hanya merasa cukup dengan menjadi “ada”, maka sebenarnya “ada” adalah “tiada”. Sedangkan “tiada” adalah tidak pernah “ada”. Apakah kita telah merasa begitu nyaman dalam “ketiadaan”?.

Aris Munandar. Pegiat di Komunitas Matahari Pagi.

Catatan : Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di www.mataharipagi.tk.

Categories
TALI INTEGRITAS

Remaja Berintegritas : Kuncup Generasi Emas Masa Depan

Fase remaja adalah suatu fase yang penuh dengan perubahan. Dibanding dengan fase pemuda yang lebih menunjukan kematangan dan kemantapan, remaja dalam konteks ini lebih mewakili perubahan itu sendiri, baik perubahan dirinya sebagai individu maupun sebagai yang akan menentukan suatu bangsa nantinya.

Definisi remaja, menurut Santrock, adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio emosional. Menurut fasenya, remaja terbagi menjadi fase remaja awal (12-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun).

Dalam proses perkembangan tersebut, kita dapat memotretnya dari sisi fisik dan psikologis. Memotret remaja dari sisi perkembangan fisik, yaitu dimulai saat pertama kali menunjukan tanda-tanda mencapai kematangan seksual. Fase ini disebut masa pubertas. Sementara Dilihat dari psikologi perkembangan, perkembangan remaja adalah fase penggantian moralitas dari konsep-konsep moral khusus ke konsep moral individual. Dampaknya, remaja akan mengalami ambiguitas pola pemikiran kognitif dan afektif sebagai pengaruh kepada perilaku yang akan ditampilkan. Contoh: pencarian identitas diri. Sehingga, remaja dikatakan sebagai masa restrukturisasi kesadaran sebagai konsep diri, yang terdiri dari: pemekaran diri sendiri (extension of self), kemampuan melihat diri secara objektif (self obejectivication), dan memiliki falsafah hidup tertentu (unfying philosophy of life).

Perkembangan remaja jika dilihat dari psikologi sosial, remaja ketika menghadapi fase ambiguitas, apabila mendapatkan dukungan sosial yang memadai maka akan memunculkan eksplorasi personal, kemandirian, self control. Sebaliknya, jika kurang dan atau tidak mendapatkan dukungan sosial maka remaja tersebut akan terus mengalami kebingungan-kebingungan yang akan berlanjut kepada ketidak-stabilan emosi.

Remaja yang dapat melakukan eksplorasi personal, kemandirian, self control adalah kondisi yang kian langka belakangan ini ditengah tantangan yang begitu besar. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengelompokan, setidaknya ada, 6 tantangan yang dihadapi remaja saat ini, yaitu : (1) harmonisasi pengembangan potensi remaja yang belum optimal, baik itu pengembangan potensi olah hati (etik), olah pikir (literasi) maupun olah raga (kinestetik); (2) besarnya populasi remaja yang tersebar diseluruh Indonesia; (3) belum optimalnya sinergi tanggungjawab antara sekolah, orangtua dan masyarakat; (4) tantangan globalisasi berupa pengaruh negatif teknologi informasi dan komunikasi terhadap gaya hidup remaja, serta pudarnya nilai-nilai religiusitas dan kearifan lokal bangsa; (5) terbatasnya pendampingan orangtua yang mengakibatkan krisis identitas dan disorientasi tujuan hidup anak; (6) keterbatasan sarana belajar dan infrastruktur. Bagaimanakah remaja tersebut menghadapinya?

Sementara itu kita memiliki mimpi besar pada 100 tahun Indonesia merdeka, yaitu pada 17 Agustus 2045, yang digadang-gadang akan lahir generasi emas bangsa ini. Generasi yang akan membawa Indonesia pada puncak kemajuannya. Generasi tersebut haruslah sebuah generasi yang berasal dari proses transformasi yang terus menerus dilakukan.

Untuk memastikan kesinambungan transformasi tersebut, maka mereka yang berada pada fase remaja haruslah mendapatkan dukungan sosial yang memadai supaya dapat meneruskan estafet cita-cita bangsa ini dengan baik. Hal tersebut dikarenakan fase remaja merupakan fase ujian yang krusial terhadap fondasi karakter yang dibangun dilingkungan keluarga menuju sosok warga bangsa yang diinginkan, yakni generasi emas. Seperti apakah yang dimaksud dengan generasi emas? Yaitu generasi yang cerdas berintegritas, yakni yang cerdas, berkarakter dan berintegritas.

Kecerdasan merupakan komponen dasar dari suatu perubahan. Cerdas, mencerdaskan dan pembelajar sepanjang hayat. Darinya mencerminkan pola pikir kritis, kreatif dan inovatif. Kecerdasan yang seperti itu membentuk mindset dalam karakter seseorang.

Karakter berfungsi sebagai pola dasar dari visi seseorang. Karakter yang dibentuk oleh literasi, etika, estetika dan kinestetik. Karakter yang demikian memastikan seseorang dapat beradaptasi pada lingkungan yang dinamis. Dengan senjata utamanya literasi, kemampuan yang dimilikinya bisa dikombinasikan sehingga menghasilkan problem solving. Remaja dengan problem solving yang baik adalah mereka yang terus menerus bertransformasi.

Transformasi itu sendiri sejatinya tergantung dimana posisi kita melihat. Jikalaulah kita berada pada posisi yang statis, maka zaman akan seolah-olah sebagai ancaman yang senantiasa berubah. Namun sebalinya, jika kita terus menerus bertransformasi maka pada gilirannya hal tersebut akan mendorong zaman untuk berubah, bergerak sejalan dengan pergerakan kita.

Dalam fungsi sebagai transformator tersebut, kehadiran entitas-entitas literasi yang kian marak diharapkan dapat mendorong terjadinya perubahan. Meminjam istilah Bung Karno, kita hanya perlu mentransformasikan 10 pemuda untuk bisa mengguncangkan dunia. Bukan bermaksud untuk menggampangkan dalam melakukan usaha perubahan. Sebaliknya, dari sekian ribu remaja yang ada, apakah kita sanggup menghasilkan sepuluh pemuda yang dibutuhkan untuk mengguncangkan dunia? Hal tersebut menunjukan bahwa usaha mentransformasikan mereka menjadi generasi emas adalah usaha yang luar biasa sulit.

Dalam menghadapi kesulitan, saat itulah kekokohan integritas kita diuji. Apakah kecerdasan dan karakter kita merupakan satu kesatuan yang utuh ataukah dua sisi mata uang yang berlainan muka?  Integritas itu sendiri memiliki tiga dimensi, yaitu : dimensi inti, dimensi etos kerja dan dimensi sikap. Kejujuran, disiplin dan tanggung jawab merupakan inti dari integritas yang dibingkai dalam karakter sebagai DNA-nya. Etos kerja merupakan dimensi yang terdiri dari kerja keras, kesederhanaan dan kemandirian. Etos kerja itu sendiri didorong oleh empati. Pancaran kedua dimensi tadi terwujud dalam dimensi sikap yang adil, berani dan peduli.

Pada jejak-jejak yang lalu, kita bisa menelusuri keberadaan bangsa kita, kadang menjulang dan kadang pula tenggelam oleh gelombang zaman. Remaja selalu terlahir dalam setiap terjangan gelombang tersebut. Bukan sekedar untuk hadir, namun acapkali menghadang gelombang untuk kemudian menentukan arah zaman.

Aris Munandar. Pegiat di Komunitas Matahari Pagi.

Catatan : Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di www.mataharipagi.tk.

Categories
TALI INTEGRITAS

“Om, Kapan Lagi Diputar, Saya Suka Kasiaaan”

Malam sudah mulai kenakan jubah hitamnya ketika anak-anak mulai berdatangan. Generasi pertama di BTN Puri Tawang Alun 2 yang didiami sejak tahun 2010 itu, datang di Pustaka Kabanti Kendari, di antara iringan jamaah salat Isya dari Masjid Jabal Rahmah.

Gemintang di langit Kendari mulai berkedipan. Angin dingin ditiup dari bukit hutan di sebelah kompleks perumahan.

Yah, hari Sabtu, 13 Januari 2017 itu, sebuah pemutaran film perdana di Pustaka Kabanti Kendari sejak berdiri tahun 2016 silam. Malam itu, “Sahabat Pemberani” sebuah film animasi anak akan menjadi sebuah tontonan.

Sehari sebelumnya, brosur pemutaran film ni sudah beredar di kompleks perumahan. Saya mendesain lalu memperbanyak. Anak-anak yang selama ini menjadi pengunjung dan pembaca aktif di Pustaka Kabanti, menjadi pengedar brosurnya. Mereka adalah Dede, Hasbi, Faiz, Rada, Khoir, Bumi, Adit, Riski, Reski, Matok, dan Firda.

Anak-anak mungil ini memasuki setiap blok dengan gembira, menemui temannya sambil member brosur dan mengajak datang menonton film.

Saya juga memublikasikan hal ini di media social seperti faceebook, whatsapp, twitter, dan instagram. Sebagian teman saya di Kantor Bahasa Sultra juga ada yang siap datang membawa anaknya.

Saya tidak dapat menduga-duga berapa penonton yang akan datang. Saya akan bercerita dulu dalam merancang pemutaran film ini.

Saya mencoba menghubungi beberapa lembaga untuk ikut serta menjalin kemitraan. Alhamdulillah, Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara (KBST) melalui Sandra Safitri Hanan selaku kepala, siap bermitra dengan menyumbangkan buku, juga LCD dan layarnya. Penerbit Erlangga Cabang Kendari, juga siap bekerja sama dalam bentuk penyediaan buku, yang disampaikan langsung oleh Ismail, pimpinan Erlangga Kendari.

Buku dari KBST dan Erlangga akan dijadikan hadiah bagi penonton yang dapat menjawab pertanyaan seputar cerita film, nantinya. Selain itu, Fraksi Sastra dari SMAN 4 Kendari juga siap bekerja sama. Dinda, demikian nama ketua Frasa, malah menjadi pembawa acara pada pemutaran film. Sedangkan Muammar Qadafi menjadi operator teknis pemutaran film.

Satu demi satu penonton berdatangan yang sejak sore sudah berkerumun di Pustaka Kabanti. Mereka penasaran, seperti apa itu “Sahabat Pemberani?”

Tak disangka, puluhan anak sudah menyesaki ruang persegi Pustaka Kabanti. Film yang diproduksi oleh Pusat Edukasi Antikorupsi KPK tersebut akan segera dinikmati. “Sahabat Pemberani” dapat hadir di Kendari berkat kerja sama antara Pengurus Pusat Forum TBM dan KPK dalam sebuah program Tali (Taman Literasi) Integritas. Nah, Pustaka Kabanti Kendari menjadi salah satu taman baca yang menjadi mitra dan peserta Tali Integritas yang diadakan oleh KPK dan Forum TBM di Jakarta pada tanggal 10—12 Desember 2017 di Jakarta.

“Oooom, cepatmi kasian putar itu filmnya”, teriak salah satu anak yang sudah penasaran.

“Iya Om saya ndak tahanmi”, balas lagi yang lain.

Agenda pemutaran film segera dimulai. Dinda mengawali tugasnya sebagai pewara (pembaca acara) dengan menyapa penonton yang terdiri atas anak-anak, beberapa orang tua, dan dari komunitas. Saya dipersilakan oleh Dinda untuk berbicara.

Saya menyapa dan mengucapkan terima kasih kepada anak-anak yang sudah sangat ingin menonton. Juga menyapa orang tua yang hadir dan teman-teman komunitas.

“Mau menontoooon”, tanya saya.

“Mauuuuuuuuuu!” jawab anak-anak serempak.

Pemutaran pun dilakukan.

Kelebat tiga tokoh animasi utama yakni Krisna, Panji, dan Kirana menyedot perhatian anak-anak. Sesekali mereka tertawa, tegang, dan bergerak-gerak.

Anak-anak terobsesi dengan kreativitas Krisna, didukung Panji dan Kirana dalam membuat robot. Sebuah kerja sainstifik, dikerja anak-anak, cocok untuk dunia anak, dan ditonton oleh anak-anak. Ada pesan yang cukup penting di dalamnya yakni ketika Krisna meraih Juara I pada Lomba Sains dan Iptek. Ia tidak menyebut sebagai karya pribadi tetapi karya kita (bersama Panji dan Kirana).

Pada film kedua, “Mesin Waktu” anak-anak mengembara ke wilayah lain Indonesia, ke hutan Kalimantan. Lewat kembara tokoh Panji, penonton diajak bertamasya ke lingkungan alam dan budaya Dayak yang khas. Menghargai keberagaman menjadi poin penting film ini. Anak-anak mengerti bahwa Indonesia, sejatinya, sangat kaya. Kekayaan itu harus dipupuk dan dipelihara. Hadirnya Panji di suku Dayak, berkat mesin waktu yang dapat menembus ruang dan waktu. Pesan saintifik film ini juga sangat menarik.

Film “Main Jujur” mengajarkan betapa kejujuran sangat penting dalam laku bersosialisasi, juga dalam dunia anak-anak. Permainan kelereng dan “ma’asing” dalam bahasa kampung saya di Sulbar, adalah dua dunia main anak yang sangat digemari. Lewat permainan inilah, laku kejujuran dan kecurangan berkelindan. Tetapi, tiga tokoh utamanya dapat memberi contoh permainan jujur yang baik sehingga anak yang curang mengakui kesalahannya. Tidak hanya sampai di situ, Krisna dkk, menghadiahi lawannya dengan segepok kelereng. Sebuah modal sosial yang penting. Kerekatan sosial dapat dirajut dengan modal social. Kereeeen.

Literasi media sangat penting bagi anak. Malam itu, dalam hitungan kasar saya, sekitar enam puluh penonton memelototi layar. Sekitar 50-an anak, tiga orang tua, dan 6—7 dari pegiat komunitas literasi. Anak-anak sangat serius mengikuti adegan demi adegan. Dari jumlah penonton itu, ada yang sudah hadir sejak sore.Hal yang cukup menggembirakan karena ada beberapa anak yang ikut membawa adik kecilnya datang bergandeng tangan.

Film “Pahlawan Kemerdekaan” member nilai kejujuran yang luhur. Tiga sahabat (Krisna, Panji, dan Kirana) bekerja dengan baik dalam sebuah kepercayaan. Saat mereka meminta sumbangan sukarela dari warga, ada beberapa warga yang memberinya makanan. Makanan itu mereka terima tetapi tetap dicacat, dan digunakan sebagai konsumsi pada kegiatan lomba. Bibit kejujuran sudah ditanam sejak dini. Jika pun ada uang di luar sumbangan resmi warga yang diterima, mereka melaporkannya apa adanya. Defenisi pahlawan pun mereka narasikan ulang. Pahlawan bagi mereka adalah seorang tukang pembersih sampah  desa. Sebuah gerobak sampah modern diberikan padanya pada saat upacara kemerdekaan.Gerobak yang dirancang oleh Tiga Sahabat dalam sebuah kerja sains yang sederhana.

Film “Jelajah Pulau” membawa anak untuk berani bersikap menghadapi kesewenang-wenangan atas pencurian hewan yang dilindungi.

Setiap selesai satu film, tepuk tangan meriah dari penonton.

Nah, usai sudah sesi menonton. Saatnya tiba mengapresiasi film dalam bentuk pertanyaan yang akan dijawab anak-anak. Suasana sangat ramai bahkan rebut, ketika anak-anak berebut pertanyaan. Maklum, setiap yang menjawab benar akan mendapat hadiah buku. Mereka berebut. Pada mulanya, direncakan bahwa yang menjawab saja yang akan mendapatkan hadiah buku. Akan tetapi, karena banyaknya stok buku untuk hadiah dan antusiasme anak-anak, sehingga semuanya dapat buku.

Anggi, seorang anak kelas V SD, berkata sebelum pulang, “Om, kapan lagi diputar, saya suka kasiaaan!

“Sabar yah Anggi. Kita akan putar lagi nanti.”

“Baik, Om.”

Kompleks perumahan lengang. Satu-satu anak pulang. Tetapi saya yakin, di benak mereka masih terus berputar sebuah film, para pemberani itu. Semoga di tidurnya, ada mimpi yang datang, mimpi yang membahagiakan.

Kendari, 5 Februari 2018

Categories
TALI INTEGRITAS

Belajar Integritas Melalui Kegiatan Nonton Bareng

Pada hari Jumat minggu terakhir bulan Januari 2018, di TBM Bintang Brilliant diadakan nonton bersama. Hari Jumat merupakan hari libur sebagian besar anak-anak TBM BINTANG BRILLIANT sehingga kegiatan ini menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan kala hari libur sekolah datang.

Menjadikan Taman Baca Masyarakat (TBM) sebagai tempat buat mengisi liburan merupakan sebuah fenomena unik. Ini jarang terjadi. Di TBM bukan hanya sekedar untuk membaca buku, namun banyak hal lain yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah kegiatan Nobar atau nonton bareng.

Bukan sekedar menonton bareng saja, kegiatan ini dikemas dengan tetap menyisipkan semangat literasi dan Gerakan Anti Korupsi. Film yang ditonton bersama-sama tersebut judulnya adalah Sahabat Pemberani. Motivasi dan semangat dari 3 tokoh utama yang mengedepankan kejujuran, tanggung jawab dan komitmen menjadi daya tarik utama dalam film yang terdiri dari 6 bagian ini.

Film Sahabat Pemberani adalah salah satu film yang diproduksi oleh KPK untuk konsumsi anak-anak dan memiliki nilai pendidikan dan integritas yang tinggi. Nonton Bareng Film “Sang Pemberani” yang merupakan salah satu media pembelajaran ampuh dalam menerapkan nilai-nilai integritas bagi anak-anak.

Seperti diketahui, media film dapat digunakan sebagai media yang paling efektif dalam mengedukatif banyak orang. Melalui sebuah film yang dapat dilihat secara visual, pesan-pesan moral lebih mudah ditangkap. Kegaiatan nonton bareng seperti ini, bukan hanya sekedar menghadirkan hiburan untuk anak-anak saja, tetapi juga memberi contoh langsung melalui gambar visual.

Ayo… ayo… kita mengembara 

hey… hey… di banyak cerita ha ha ha…

Ayo… ayo… kita mengembara 

hey… hey… di banyak cerita ha ha ha…

Anak berani, tak pernah berbobong

Anak jujur, hidupnya bahagia…

Jujur itu hebat!

Begitulah penggalan lagu “Sahabat Pemberani” yang ringan namun sarat makna. Semoga pelajaran yang dicerna bersama keriangan tertanam di benak sahabat pemberani kita, anak-anak Indonesia.[]