Oleh Badaruddin Amir

(Pendiri Perpustakaan Komunitas Iqra)

Sekarang setiap orang boleh datang membaca di “Perpustakaan Komunitas Iqra”. Usia peminjam/pengunjung pun tidak lagi terbatas pada hanya pembaca dewasa karena koleksi kami juga sudah tersedia untuk pembaca anak-anak. Demikian juga dengan jenis bacaan yang semakin beragam dari buku-buku dewasa untuk semua jenis/genre. Kami pun berusaha mengklasifikasinya sesuai dengan klasifikasi persepuluhan Dewey, mendaftarnya pada Buku Induk, melengkapinya dengan call number, lembar tanggal kembali dan kantong-kantong kartu buku sebagai persiapan untuk beralih ke sistem peminjaman kartu, juga mencoba membuat kartu-kartu catalog, meskipun kegiatan administratif ini, diakui akan berlangsung sangat alot karena ketiadaan dana dan tenaga. Saat ini kami sudah mendaftar sekitar 3000 eksamplar dari sekitar 5000-an eksamplar buku yang telah kami miliki.

Untuk menjadi seorang pengunjung atau peminjam di “Perpustakaan Komunitas Iqra” sementara ini kami memang belum menetapkan aturan (Tata Tertib) yang ketat, mengingat banyak peminjam kami dari luar daerah seperti mahasiswa, peneliti dan juga para teman-teman sastrawan. Mereka boleh meminjam buku sampai satu-dua bulan dengan kewajiban harus melaporkan keadaan buku tersebut melalui WA Grup atau Facebook Perpustakaan Komunitas Iqra bahwa buku itu masih dibutuhkannya. Tetapi untuk pembaca setempat (masyarakat di seputar “Perpustakaan Komunitas Iqra” dan anak-anak SMP dan SMA) mereka pada umumnya dapat mengembalikan buku setelah buku itu selesai dibacanya dalam satu atau dua minggu. Ada pertimbangan untuk mengubah aturan ini lebih ketat dan menetapkan Tata Tertib sebagaimana yang diterapkan pada perpustakaan-perpustakaan daerah seperti menyimpan identitas dan uang jaminan mengingat banyak juga peminjam yang nakal dan tak memberi laporan dan tak juga mengembalikan buku yang dipinjamnya. Tapi itu masih dalam pertimbagan kami untuk tak membunuh minat baca masyarakat hanya gara-gara Tata Tertib yang terlalu ketat.

Sebelum bermetamorfosis menjadi “Perpustakaan Komunitas” (Perpustakaan Komunitas Iqra) – sesungguhnya memang komunitas ini adalah komunitas maya dan tidak memiliki anggota tertentu yang terdaftar– kami sudah mulai memperkenalkannya di dunia maya. Terutama setelah memasuki era kemajuan teknologi informasi. Dunia maya melalui –media social seperti facebook dan Washup– menjadi ajang komunikasi dan informasi yang tidak terbatas ruang dan waktu lagi. Sosialisasi keberadaan “Perpustakaan Komunitas Iqra” pun kami lakukan lewat dunia maya dalam rangka membuat jalinan kemitraan dengan komunitas-komunitas literasi lainnya sehingga bentuk komunikasi kami sudah dapat dikatakan lintas komunitas. Demikianlah kami kemudian terdaftar sebagai anggota pada beberapa “komunitas literasi” yang lebih besar dan berperan sebagai penerima donasi maupun donator bahan pustaka. Kami tercatat pada “Satu Juta buku” (Sajubu) sebuah komunitas literasi di Jakarta dan telah menerima bantuan puluhan buku-buku novel karya pengarang Indonesia; menjadi anggota “Yayasan 1001 Buku” (Komunitas relawan dan pengelola taman baca anak) dengan No. Registrasi: 405. Dari yayasan ini kami telah menerima ratusan buku anak dan menjadi koleksi sangat menarik untuk bacaan anak-anak TK-SD sampai SMP di perpustakaan kami; menjadi salah satu simpul Pustaka Berkerak Indonesia (PBI) yang terdaftar dan telah menerima donasi buku dari berbagai pihak –juga telah menjadi donator buku untuk taman bacaan lain (salah satu kewajiban simpul anggota PBI yaitu menerima dan memberi buku sehingga buku selalu “bergerak”); menjadi anggota (terdaftar) sebagai salah satu taman baca pada Daftar Perpustakaan Nasional Indonesia dengan NPP 7311034F2000001; dan terakhir terdaftar sebagai anggota TBM pada Donasi Buku Kemdikbud (http://donasibuku.kemdikbud.go.id/profile) dan sedang menunggu bantuan buku dari para donator yang bergabung di sana.

Dari pihak-pihak lain pun baik lembaga maupn perorangan kami telah banyak menerima bantuan baik yang bersifat insidental maupun berkelanjutan. Kami telah menerima ratusan eksamplar majalah kebudayaan India dari Kedutaan India, majalah dan brosure dari Kedutaan Jepang, buku-buku dan majalah dari Kedutaan Saudi Arabia, buku-uku berbahasa Inggris dari kelompok  mahasiswa Indonesia pecinta literasi di Australia, ratusan majalah dan bundel-bundel surat kabar Kompas, Media Indonesia, Republika dari The Habibie Centre Jakarta melalui Bapak A. Makmur Makka, langganan tetap majalah Integrito dari Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK), langgaran tetap jurnal Dialog Kebijakan Publik dari Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, langganan tetap tabloid Komunika dari Departemen Komunikasi dan Informatika, langganan tetap majalah berbahasa Inggris Saudi Aramco World dari Aramco Services Company USA, ratusan buku-buku sastra dari Bapak Maman S. Mahayana (Kritikus Sastra), Sosiawan Leak (sastrawan), Ana Mustamin (sastrawan), Dedari Rsia (Sastrawan), Wilson Tjandinegara (sastrawan), Helvy Tiana Rosa (sastrawan), Dr. Mu’jizah, M.Hum (peneliti Badan Bahasa Jakarta), Prof. Dr. Nurhayati Rahman, M.Hum (Lagaligolog), Bambang Widiatmoko (penyair), Abdul Rasyid Idris (penulis), Asdar Muis RMS (penulis), Goenawan Monoharto (Penerbit), A. Wanua Tangke (penerbit), Muhary Wahyu Nurba (penerbit), Aspar Paturusi (sastrawan), D. Zawawi Imron (penyair), A. Makmur Makka (Budayawan), Halim HD (Budayawan), Asma Nadia (sastrawan), Asrizal Nur (sastrawan), Ahmadun Yosi Herfanda (sastrawan), Mira Arifiani (penulis/penerbit), Gola Gong (penulis) dan masih banyak lagi yang tak dapat kami sebut satu persatu. Juga demikian dari instansi seperti Balai Bahasa Propinsi Sulawesi Selatan, Departemen Agama setempat, Dinas Pendidikan, dan dinas-dinas lain serta masyarakat yang memiliki koleksi buku dan tak dipeliharanya lagi atau tak ada pewarisnya, banyak yang mewakafkan buku atau majalah-majalah bekasnya pada kami dan semuanya kami tampung atau salurkan pula ke tamanan bacaan lain melalui jasa kiriman POS untuk program “Free Cargo Literasi” tiap tanggal 17 itu.