Oleh. Aris Munandar

Di tahun 2022 ini, Forum TBM menjadi salah satu penyelenggara Inkubator Literasi Pustaka Nasional. Kegiatan yang sudah berlangsung sejak tahun 2020 ini merupakan inisiasi dari Perpusnas Press. Berbeda dengan penyelenggara lain, Forum TBM mengangkat tema Dongeng Anak Indonesia. Kegiatan yang dirangkaikan dengan Hari Ulang Tahun ke-17 Forum TBM tersebut tidak lepas dari program yang sudah berjalan sebelumnya, yaitu Muhibah Dongeng.

Menulis, Memberdayakan, dan Mengabadikan dalam Spiral Nonaka

Muhibah Dongeng adalah program yang mempertemukan para pendongeng dengan anak-anak secara virtual. Para pendongeng kebanyakan merupakan pengelola atau Relawan TBM, meskipun ada juga pendongeng profesional dan pegiat dongeng. Sedangkan anak-anak yang menjadi audiensnya adalah para pemustaka dari TBM-TBM yang berperan sebagai tuan rumah. Sampai dengan bulan November 2022 ini sudah terselenggara 19 sesi pagelaran Muhibah Dongeng, 95 kontributor pendongeng, dan 54 TBM tuan rumah. Para pendongeng dan TBM tuan rumah berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, mulai dari Aceh hingga Papua. Para pendongeng biasanya mendongengkan cerita rakyat, baik itu mite, legenda, fabel, maupun lainnya. Meskipun dilaksanakan secara virtual, pagelaran dongeng ini memunculkan keakraban antara pendongeng dengan anak-anak yang menjadi audiensnya.

Dalam konsep Ba yang dikemukakan oleh Ikujiro Nonaka, dikenal 4 proses yang saling berkaitan sehingga membentuk spiral. Keempat proses tersebut terdiri dari: sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi dan internalisasi. Proses berbagi pengetahuan tacit antar individu, yakni antara pendongeng dengan anak-anak, diidentifikasi sebagai proses sosialisasi. Sedangkan pengetahuan tacit dalam dongeng adalah cerita rakyat yang kaya akan kandungan nilai moral, pesan, dan/atau nasihat. Lalu, bagaimana cerita rakyat yang kaya tersebut bisa diakses secara lebih luas oleh anak-anak lainnya?

Momentum Inkubator Literasi Pustaka Nasional di tahun 2022 ini menjadi jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu. Maka, Inkubator Literasi yang diselenggarakan oleh Forum TBM mengangkat tema Dongeng Anak Indonesia. Tujuannya supaya terjadi proses pembagian pengetahuan antara satu individu ke banyak individu, atau disebut juga sebagai proses eksternalisasi. Dalam proses eksternalisasi ini dibutuhkan proses konversi dari pengetahuan tacit, dalam hal ini cerita rakyat yang masih dalam bentuk lisan, menjadi pengetahuan eksplisit, cerita rakyat yang sudah dalam bentuk tulisan.

Menurut Yostiani Noor Asmi Harini, salah satu narasumber Inkubator Literasi Dongeng Anak Indonesia, proses eksternalisasi tadi disebut sebagai proses mentransformasikan cerita rakyat menjadi teks dongeng. Lebih lanjut Yosti memaparkan bahwa mentransformasikan cerita rakyat bisa dilakukan dengan empat cara. Cara pertama adalah ekspansi, yaitu dengan melakukan penambahan alur, tokoh, latar tempat dan/atau waktu. Konversi menjadi cara yang kedua. Konversi bisa dilakukan dengan cara pemutarbalikan alur, tokoh, latar tempat dan/atau waktu. Modifikasi terhadap tokoh, alur, latar tempat dan/atau waktu merupakan cara yang ketiga. Terakhir, transformasi cerita rakyat menjadi teks dongeng bisa dengan memanfaatkan irisan alur, tokoh, latar tempat dan/atau waktu.

Dari cerita rakyat yang sudah berhasil ditransformasikan menjadi teks dongeng ini, nantinya diharapkan akan dibawakan oleh para pendongeng dalam pagelaran Muhibah Dongeng. Teks dongeng yang sudah menjadi pengetahuan eksplisit, ketika dibawakan oleh pendongeng berubah kembali menjadi pengetahuan tacit. Proses tersebut dinamakan internalisasi, yaitu proses terciptanya pengetahuan baru berupa pengetahuan tacit sebagai hasil konversi dari pengetahuan eksplisit.

Selanjutnya tidak menutup kemungkinan jika proses ini juga bisa menjadi praktik baik yang menjembatani budaya tutur ke budaya literasi. Dalam budaya literasi sangat dimungkinkan teks dongeng yang fiksi menjadi teks nonfiksi. Jika ini terjadi, maka sempurnalah proses spiral Nonaka. Yaitu dengan terjadinya proses kombinasi, proses konversi pengetahuan eksplisit kedalam pengetahuan eksplisit yang lebih kompleks.

Untuk bisa mewujudkan proses spiral Nonaka dibutuhkan ekosistem yang mendukung pembiasaan menulis para pengelola dan relawan TBM. Jika sudah terbiasa menulis, maka pengelola dan relawan TBM akan lebih berdaya untuk mengkonversikan dari pengetahuan tacit menjadi pengetahuan eksplisit, dari pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan tacit yang baru, dan/atau dari pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan eksplisit yang lebih kompleks. Pada akhirnya proses yang ada dalam Inkubasi Literasi Pustaka Nasional menjadi abadi sebagai suatu siklus. Siklus itu adalah fase pra inkubasi, fase inkubasi, dan fase pasca inkubasi yang akan melahirkan fase pra inkubasi yang baru.

Komida, Imajinasi, dan Peta Dongeng Indonesia

Inkubator Literasi Dongeng Anak Indonesia diselenggarakan mulai tanggal 25 Mei sampai dengan 11 Juli 2022, dengan lini masa sebagai berikut:
1. Sosialisasi, pendaftaran, dan pengumpulan naskah dari tanggal 25 Mei sampai dengan 25 Juni 2022;
2. Webinar: Apa Itu Dongeng Anak Indonesia?
Dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pada tanggal 1 Juni 2022 dengan tema Ngobrol tentang Dongeng Anak Indonesia dan tanggal 15 Juni 2022 mengangkat tema Mentransformasikan Cerita Rakyat menjadi Teks Dongeng;
3. Penyeleksian naskah dilakukan dari tanggal 26-28 Juni 2022;
4. Pengumuman 17 naskah lolos seleksi pada tanggal 29 Juni 2022;
5. Pendampingan secara daring melalui WA grup dari tanggal 20 Juni sampai dengan 6 Juli 2022;
6. Lokakarya Bengkel Dongeng Anak Indonesia dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 2022;
7. Pemilihan naskah hasil pendampingan dari tanggal 7-10 Juli 2022;
8. Pengumuman 3 naskah terpilih pada tanggal 11 Juli 2022.

Selepas Inkubator Literasi Dongeng Anak Indonesia, diantara perbincangan santai antara 17 peserta, narasumber, dan panitia, tercetus inisiatif pembentukan Komunitas Dongeng Anak, disingkat Komida. Oleh karena penggeraknya para pengelola dan relawan TBM, serta difasilitasi oleh Forum TBM, maka ditambahkan kata TBM menjadi Komida TBM. Harapannya Komida TBM ini bukan sekadar wadah, melainkan suatu ekosistem yang menjaga siklus. Untuk itu, pada tanggal 22 Oktober lalu dilaksanakan workshop menulis fiksi mini sebagai fase pra inkubasi baru. Tanggal 19 dan 22 November 2022 diadakan bedah naskah dan self editing sebagai fase inkubasi. Di tahun 2023, Komida TBM diproyeksikan untuk semakin memperkuat konten Dongeng Anak Indonesia sebagai fase pasca inkubasi sekaligus fase inkubasi baru.

Tentu saja Komida TBM bukan sebatas menulis ulang cerita-cerita yang ada. Atau hanya sekadar mengekspansi, mengkonversi, memodifikasi, dan memberi irisan pada cerita-cerita tersebut. Lebih dari itu, Komida TBM diharapkan dapat menghadirkan kebaruan pada nilai-nilai dan pesan moral yang ada dalam cerita tersebut sehingga relevan dengan situasi dan kondisi saat ini. Yakni bagaimana melalui cerita-cerita tersebut dapat membantu anak-anak dalam membangun dan mengkonstruksikan citra diri mereka. Bagaimana Komida TBM dapat membawa anak-anak ke dunia imajinasi tanpa batas.

Ada yang menarik dari perhelatan Perpusnas Writers Festival 2022. Pada sesi diskusi Bincang Inkubator Literasi, Dari Daerah untuk Indonesia, ada dua poin yang ditujukan pada Forum TBM melalui Komida TBM. Pertama dari Amin Budi Utomo, PW Forum TBM Lampung, yang menyampaikan apakah kerja-kerja komunial seperti Komida TBM ini dapat menghasilkan progress yang terukur? Kedua dari Wien Muldian, Penasihat Forum TBM, yang “menantang” Forum TBM untuk menyusun Peta Dongeng Indonesia. Jawaban pertama, Komida TBM adalah salah satu program Forum TBM. Meskipun dikerjakan secara komunal dan semangat kerelawanan, sebagai sebuah program maka sudah pasti Komida TBM rencana dan target tertentu sebagai indikator pencapaiannya. Sehingga progress Komida TBM dapat terukur. Jawaban kedua, Peta Dongeng Indonesia adalah sebuah mimpi besar. Cara yang tepat menggapai mimpi itu adalah dengan melangkah selangkah demi selangkah. Langkah-langkah itu adalah sebuah siklus, dari fase pra inkubasi, ke fase inkubasi, ke fase pasca inkubasi sekaligus fase pra inkubasi baru. Seperti dari Inkubator Dongeng Anak Indonesia, menjadi Komida TBM, bukan tidak mungkin kelak menghasilkan Peta Dongeng Indonesia.