Coba kalian masuk Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Cari buku cerita anak atau bacaan anak yang berjejer dan menumpuk di rak buku. Jika sudah ditemukan, bacalah perlahan. Baca ceritanya sampai paham dan amati dengan cermat setiap halamannya, dari halaman judul sampai halaman belakang cover.
Apakah sudah selesai? Jika sudah, coba jawab pertanyaan ini berdasarkan hasil pembacaan cerita dan pengamatan atas setiap halaman: apa itu cerita anak?
Pasti kalian bisa menjelaskannya. Kurang lebihnya seperti ini. Buku cerita anak (ada yang menyebut buku bacaan anak) itu buku-buku cerita yang ditujukan untuk anak-anak. Atau, buku-buku cerita yang ditulis untuk dibaca anak. Atau, buku-buku cerita yang dituliskan dengan sudut pandang anak.
Lalu, kalau ditulis untuk anak-anak, apakah orang dewasa boleh membacanya? Tentu saja boleh, bahkan diharuskan karena dalam buku cerita anak banyak unsur menyenangkan dan unsur pendidikan yang bisa disampaikan ulang ke anak-anak. Orang tua juga bisa membacakan bersama anaknya. Anak-anak selalu membutuhkan orang tua dalam membaca buku cerita anak.
4 Aspek Utama Buku Cerita Anak
Karena cerita anak ditulis untuk anak-anak, sekalipun diharuskan dibaca orang dewasa juga, maka hal penting yang harus dipedomani oleh kita adalah buku cerita anak harus sesuai dengan tahap perkembangan anak. Kenapa? Karena anak-anak akan memahami isi cerita anak berdasarkan pada perkembangan kemampuan bahasa, kognitif, moral, dan imajinasi anak.
Untuk itu, isi cerita anak bisa dipahami dengan baik oleh anak jika isinya sesuai dengan perkembangan anak. Isi yang sesuai dengan perkembangan anak itu seperti apa? Inilah yang akan dijelaskan di sini. Tentu saja penjelasan garis besarnya. Jika ada pertanyaan detilnya bisa disampaikan di kolom komentar.
Pertama, cerita anak bahasanya harus sesuai dengan perkembangan anak. Bahasa yang selaras dengan perkembangan anak sudah dijelaskan dalam draf penjenjangan buku bacaan anak sesuai dengan tahapan kemampuan berbahasa anak. Kalian bisa coba cari terkait penjenjangan buku ini di laman pusat perbukuan. Misalnya, mulai dari tingkat kesulitan kata atau diksi, jumlah kata dalam setiap kalimat, hingga penggunaan tanda baca.
Kedua, aspek hiburan dalam cerita anak yang harus sesuai dengan kehidupan anak-anak. Misalnya, tentang kegiatan anak, hobi anak, kebiasaan anak, belajar anak, keluarga anak-anak, hingga imajinasi anak-anak. Kalau kalian bertanya yang seperti apa? Mudah saja, yang sesuai dengan kesukaan kita saat kita masih anak-anak. Saat anak-anak kita suka bermain di sawah, bermain bola, sampai membahas hantu. Ya, buatlah cerita anak yang menyenangkan dengan materi bermain bola, bermain di sawah, dan hantu-hantu yang saat kecil begitu menyeramkan.
Ketiga, nilai moral yang sesuai dengan perkembangan moral anak. Jangan nulis cerita anak yang nilai moralnya seperti orang dewasa. Misalnya, kita menulis cerita anak dengan moral anak yang berbuat baik tidak akan dapat hukuman, akan dapat hadiah, akan dapat kebaikan, dan diakui sebagai anak baik. Jangan membuat moral cerita anak yang berbuat baik karena kemanusiaan atau cinta, maka anak-anak tidak akan memahami maksud moralnya.
Keempat, cerita anak disusun dengan kombinasi gambar atau ilustrasi yang menarik. Perbandingannya bisa mencapai 90% gambar. Gambar atau ruang ilustrasi diposisikan tidak sebagai penjelas teks, tetapi juga sarana eksplorasi teks dengan pengalaman anak. Gambar-gambar ini yang membuat teks hidup dan bisa dimaknai anak-anak.
Pendukung Dalam Cerita Anak
Pasti kalian bertanya saya tidak bisa menggambar, terus bagaimana? Apakah saya akan gagal jadi penulis cerita anak?
Tentu saja tidak. Sebagai calon penulis kita hanya fokus pada tulisan. Ilustrasi atau gambar nanti akan dikerjakan oleh ilustrator atau ahlinya. Tentunya setelah buku akan diterbitkan oleh penerbit. Jadi tidak usah risau soal ilustrasi. Kita hanya akan fokus pada cerita.
Kalian pun pasti akan bertanya bagaimana susunan buku bacaan anak yang kita tulis bukan? Bagaimana cara mengirimkannya ke penerbit? Semua ini akan kita bahas tuntas dalam tulisan laman Forum TBM ini selanjutnya.
Tentu saja masih banyak batasan lainnya tapi setidaknya keempat aspek ini cukup menjadi modal dasar untuk mendefinisikan cerita anak sehingga kita bisa mulai mempersiapkan diri untuk mulai menulis buku cerita anak di TBM kalian. Tentu saja, cerita anak yang sesuai dengan dunianya anak-anak.
*Infokom dan Litbang Forum TBM