Pada 17 November 1965 UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) menetapkan tanggal 8 September sebagai Hari Aksara Internasional (International Literacy Day). Hari aksara ini diperingati sebagai bentuk keprihatinan dunia mengingat masih tingginya jumlah penduduk tuna aksara di dunia.
Dan pada dekade ini, tentu saja, kasus buta aksara sudah menurun drastis karena setiap negara melakukan gerakan berencana dalam pemberantasan buka aksara. Namun, persoalannya kemudian adalah, pemberantasan buta aksara tidak serta merta membuat mesyarakat gemar membaca. Dalam kasus ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang budaya bacanya sangat rendah.
Untuk itulah, di Hari Aksara Internasional ini, saya menggagas tentang Relawan Pusataka, yaitu relawan-relawan yang mengabdikan dirinya untuk membimbing dan mendampingi masyarakat untuk gemar membaca dan mencintai buku. Relawan yang dengan senang hati bekerja keras dalam meningkatkan budaya baca masyarakat.
Proses pendampingan dilakukan dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan, mulai dari membacakan buku, mempromosikan buku, bermain dengan buku, hingga menulis perihal buku. Buku menjadi pusat kegiatan dan interaksi dalam mendapatkan informasi,kecakapan hidup, dan karakter positif.
Relawan Pustaka berharap, dengan berbagai kegiatan pembimbingan dan pendampingan ini, akan lahirlah generasi-generasi yang gemar membaca buku. Buku dijadikan sebagai media dalam mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan melalui aktivitas membaca.
Dan lebih jauh lagi harapannya, melalui kegiatan membaca ini, akan lahirlah generasi pustaka yang luas penguasaan ilmu pengetahuannya alias cerdas, memiliki keterampilan dan kecakapan hidup yang baik, serta generasi yang memiliki karakter bagus.
Saya meyakini hal ini karena buku merupakan gudang ilmu pengetahuan yang menyajikan berbagai kecakapan hidup, dan yang intensif membaca dakan terbangun karakter baik. Belajar belajar pada buku dengan aktivitas membaca menjadi salah satu usaha penting dalam membangun negeri ini menjadi lebih maju dan berdaya saing.
Untuk mewujudkan ini, maka dibutuhkan Relawan Pustaka dengan tugas yang mengasyikan Pertama, Relawan Pustaka adalah individu yang mencintai pustaka melalui kegiatan membaca. Setiap harinya akan selalu saja ada buku yang dibaca sesuai dengan minatnya. Mengisi salah satu waktunya dengan membaca sampai paham benar dengan apa yang dibaca. Kecintaan pada membaca membentuk kepribadian membaca Relawan Pustaka yang siap untuk “me-membacakan”orang lain.
Kedua, Relawan Pustaka selalu akan mengisi tas yang selalu dibawa dengan beberapa buku. Buku yang akan menemani dirinya dalam bepergian. Buku yang akan dibaca saat dirinya sedang dudu menunggu. Buku yang akan dijadikan bahan obrolan jika sedang berbincan dengan teman. Buku yang akan diletakan di meja agar dilihat banyak orang sehingga orang lain tertarik untuk membacanya nanti.
Ketiga, Relawan Pustaka selalu bercerita tentang buku dalam setiap kesempatan ia berbicara di forum. Dalam kesempatan itu, sekalipun tidak semua pembicaraan diisi dengan membahas buku, tetapi ada ruang di mana relawan menyampaikan isi buku yang sedang dibacanya kepada audiens, sehingga audiens tahu bahwa kita adalah pembaca gila. Sehingga audiens penasaran untuk kemudian membaca buku yang kita nukil ata bahasa. Relawan Pustaka adalah agen promosi buku-buku yang ikhlas sebab dirinya tidak pernah dibayar oleh penulis buku atau penerbit yang menerbitkan buku.
Keempat, Relawan Pustaka adalah orang yang setiap ada kerumunan anak-anak, remaja, atau orang tua akan hadir di sana. Mengamati dan mempelajari apa yang sedang terjadi, kemudian tampil untuk membacakan atau menceritakan isi buku pada mereka dengan menari, sehingga mata tertuju pada buku yang kita bacakan. Kemudian selepas kegiatan itu, mereka menjadi penasaran dan suka dengan buku, dan memberanikan membaca buku sampai kemudian menjadi pembaca yang tangguh.
Kelima, Relawan Pustaka harus mampu membangun komunikasi yang bagus dengan orang lain melalui media buku. Salah satunya menjadikan buku sebagai bahan permainan dengan orang lain. Melalui permainan ini orang akan tertarik dan mengikuti alur aktivitas yang kita ciptakan dengan media buku. Buku pun tidak menjadi media bermain yag menyenangkan bagi Relawan Pustaka dengan orang-orang di sekeliling kita.
Keenam, Tidak hanya sampai membaca, Relawan Pustaka akan berusaha juga mengeksplorasi kemampuan orang-orang yang berkomunikasi inetensif dengan dirinya melalui kegiatan menulis. Saat berkomunikasi dengan media buku, saya yakin akan banyak ide gagasan dari orang-orang yang kita dampingi dan bimbing membaca. Ide-ide itu harus dituliskan, dan tulisan ide orang-orang yang sedang berusaha mencintai buku harus kita simpan.
Ketujuh, Tentu saja tidak hanya disimpan tulisan ide-gagasan dari orang yang belajar membaca dan mencintai buku, tetapi Relawan Pustaka wajib mempublikasikannya di media massa, penerbit, sosial media, bahkan lomba. Dengan hal ini akan muncul manfaat penting yang diberikan oleh kegiatan membaca. Ini tentu akan semakin membuat orang-orang membaca.
Kedelapan, Relawan Pustaka pun punya tanggung jawab penting yang terakhir. Harus bisa menuliskan kegiatan-kegiatan mendampingi dan membimbing orang lain untuk gemar membaca. Tulisan tentu saja bisa berupa pengalaman, konsep, gagasan, sampai pada riset. Dengan tulisan ini, maka kerangka paradigma gerakan Relawan Pustaka akan terus berkembang, tidak hanya gerakannya, tetapi paradigma kerangka keilmuannya.
Dengan Relawan Pustaka ini, maka kampanyek untuk gemar membaca, yang sedang menjadi program unggulan pemerintah dalam meningkatkan kualitas rakyat Indonesia, bukan menjadi kampanye ruang yang digalakkan perpustakaan. Akan tetapi, menjadi kampanye tindakan yang para Relawan Pustaka ini akan terjun ke kampung-kampung untuk membimbing dan mendampingi masyarakat untuk gemar membaca. Dan pastinya, ini akan lebih praktis dan efektif dalam menumbuhkan minat baca masyarakat untuk gemar membaca.