Cerpen
Karya Hajat, S.Pd.,Gr*
Aku selalu menatap bulan di malam hari dan aku sering berlari bersama bintang- bintang andromeda. Begitu indah malam itu tak bisa kulukis dengan hanya tutur kata.
Aku punya teman namanya Theo. Dia selalu menemaniku bermain di malam hari dan anehnya bila pagi akan datang dia bergegas pulang berlari dan kadang tanpa jejak.
“Anak aneh.” Gumamku.
Dia Anak yang riang tapi seperti ada hal rahasia dalam hidupnya.
Theo adalah anak yang cukup menarik. Dia selalu bercerita tentang bulan, bintang-bintang dan planet-planet asing yang belum pernah kubaca. Dia sangat ahli akan hal itu. Tapi dia Tak pernah sedikitpun bercerita tentang matahari, pagi hari dan cerita-cerita tentang kota di siang Hari. Sungguh aku bingung, apakah dia hanya mengenal malam.
Suatu malam Aku bersama Theo, dia begitu antusias bercerita tentang gugusan bintang andromeda. Aku sangat tertarik dan saking kagumnya Aku memegang lengannya hanya ingin memberikan semangat kepada dia bahwa Aku benar-benar menikmati ceritanya. Tapi hal aneh kurasakan ketika lengannya kuraba. Seperti bisul-bisul kecil ada di lengannya.
Aku bertanya kepadanya, tapi dia lalu mengalihkan ceritanya dengan hal-hal yang lebih menarik. Aku sungguh terkesan sehingga lupa sebentar lagi akan datang pagi. Mungkin dia juga lupa sehingga dia asyik bercerita hingga matahari pagi menyilaukan pandangannya.
Aduh… “Aku harus pergi kawan,” ucap Theo dengan nada resah.”
Kenapa, Theo?” Balasku.
Tidak perlu kujelaskan. Balas Theo lagi.
Dia berlari kencang seperti ketakutan. Dia lalu menghilang di balik pintu rumahnya.
Malam demi malam kujalani tanpa kedatangan Theo. Aku tidak tahu di mana anak ini.
Setelah kejadian malam itu Aku tak pernah melihat dia lagi. Lalu esok paginya, Aku beranikan diri mencari di rumahnya.
Di situlah aku sadar Theo Ada di rumah sakit.
Dia sakit keras. Dia adalah anak yang terkena penyakit xeroderma pigmentosun. Penyakit yang langka yang menyebabkan penderitanya hanya boleh keluar di malam hari karena matahari akan menyebabkan kanker kulit itu bertambah parah.
Begitulah ibunya bercerita.
Kasihan Theo, gumamku.Dia benar hanya anak malam.
Tiga bulan kemudian, Aku datang ke rumah Theo. Kulihat ibunya memeluk foto Theo sangat erat.
Dia begitu menyayangi Theo. Dia sepertinya mengucapkan beberapa doa dalam hati. Tangisnya pecah ketika melihatku. Dia berkata Theo telah meninggalkan kita minggu lalu.
Aku lalu tak kuasa menahan tangis. Sungguh hebat ibu dan ayahnya mencintai sepenuh hati kepada Theo walaupun dia anak spesial. Dia anak malam.
*Guru SMPN 4 Arso Papua