Perkembangan akhir tentang Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sesuai data online pada Pustaka Bergerak Indonesia (PBI) dan website Donasi Buku Kemdikbud mengalami pertambahan kuantitas yang signifikan pada pertengahan November 2017. Semakin banyak penggerak literasi nusantara dalam menggerakan dan mengembangkan kegiatan membaca bagi masyarakat terutama yang teletak di daerah pelosok yang sulit terjangkau oleh infrastruktur yang baik seperti jalan, listrik, dan jaringan komunikasi. Melalui media sosial, perkembangan kegiatan di hampir seluruh TBM berjalan baik. Secara umum tergambar anak-anak sebagai generasi penerus tersapa dengan adanya TBM karena kegiatan berlangsung nonformal. Para penggerak literasi begitu antusias dalam mengembangkan kegiatan di TBM yang dikelola.

Melalui gerakan literasi dengan cita-cita agar terbentuknya TBM di seluruh penjuru tanah air, maka terbentuklah sebuah sistem sosial yang menandakan adanya kesalingtergantungan. Sistem sosial membentuk rangkaian interaksi semua pihak yang terlibat baik individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, dan individu dengan kelompok ataupun sebaliknya.

Habermas mengemukakan bahwa agar sebuah sistem dapat tetap dipertahankan dan direproduksi maka ada empat persoalan mendasar yang harus di selesaikan dikenal dengan AGIL yaitu: [A] Adaptation, [G] Goal attainment, [I] Integration, dan [L] Pattern Maintenance (Fanani & Endriyani, 2004:5). Keempat persoalan ini perlu diketahui, diantisipasi, dan diselesaikan sehingga membentuk suatu sistem sosial yang dapat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan sistem tersebut. Muncul sebuah pertanyaan, bagaimana sebagai penggerak literasi dalam menghadapi empat persoalan mendasar di atas?

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin maju dewasa ini mempengaruhi berbagai bidang kehidupan manusia yang mengindikasikan akan sebuah interaksi sosial yang tidak dibatasi lagi oleh ruang dan waktu. Para penggerak literasi nusantara juga mengalami efek ini dalam menjalin interaksi dengan individu atau kelompok lain tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Oleh karena itu, sebagai penggerak literasi nusantara perlu mengetahui, mengantisipasi, dan menyelesaikan permasalahan dasar (AGIL) yang dikemukakan oleh Habermas.

  • Adaptasi / Adaptation (A) : TBM memiliki pola adaptasi dengan situasi yang terjadi di luar. TBM dituntut untuk responsif (menanggapi) adanya perubahan yang terjadi di luar lingkungan TBM, sehingga dapat menghadapi, menyesuaikan, dan menghadapi perubahan yang terjadi dan dampak-dampaknya karena faktor luar dalam keberlangsungan kegiatan TBM yang dikelola. Para pengelola TBM dan semua pemakai TBM memiliki peran dalam pola adaptasi ini baik dari segi ide maupun tindakan.
  • Pencapaian Tujuan / Goal attainment (G) : TBM menentukan tujuan yang dapat dicapai bersama. Pencapaian tujuan ini, TBM bisa merumuskan visi, misi, tujuan, dan moto bila diperlukan. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai perlu dirumuskan dan dicetak sehingga dapat diketahui oleh semua pihak yang tergabung dalam TBM. Pengelola dapat berperan mengadakan kegiatan dan praktik yang terkait, memberikan arahan serta pengertian sistem tindakan secara keseluruhan kepada para pemakai TBM dalam rangka mencapai tujuan yang ditentukan.
  • Integrasi / Integration (I) : TBM dapat mempertahankan integrasi sosial berkaitan dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan dan kegiatan TBM. Para pengelola dapat merumuskan dan menetapkan aturan-aturan yang berlaku sehingga semua pihak yang terkait dapat mematuhi dan mentaati. Peraturan-peraturan yang dibuat dapat disesuaikan situasi dan kondisi lingkungan sekitar sehingga dapat mendukung kegiatan yang dilaksanakan.  Semua pihak yang terkait wajib mematuhi perturan-peraturan tersebut sehingga dapat dilaksanakan bersama dengan baik.
  • Pola Pemeliharaan / Pattern maintenance (L) : TBM dapat mempertahankan integrasi sistem nilai yang melandasi dan mendukung kegiatan di TBM. Adaptasi, pencapaian tujuan, dan integrasi berhubungan erat dengan pola pemeliharaan. Ketiganya mendorong sehingga keberlangsungan kegiatan TBM dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Kemajuan suatu TBM dapat bergantung pada masukan-masukan dari pihak lain berupa pemikiran dan hal-hal yang berkaitan dengan materil sehingga dapat mendukung kegiatan pada TBM sesuai dengan yang diinginkan dan diharapkan. Gerakan literasi nusantara menghubungkan pola interaksi bersama dalam cakupan nasional baik dari kota sampai dengan daerah pelosok Indonesia. Hubungan interaksi ini menggambarkan “adanya pola sistem input yang dibutuhkan dan output yang dihasilkan sebagai hubungan pertukaran seperti yang dikemukakan oleh Parsons” (Fanani & Endriyani, 2004:9-10).[]