Oleh. Atep Kurnia*

 

Sejak dalam tahap pembangunan hingga tahun 1940, N.V. Papierfabriek Padalarang menjadi salah satu tujuan kunjungan bagi orang dan lembaga yang melakukan ekskursi.

Yang pertama melakukannya adalah para mahasiswa tingkat dua dan tiga dari Technische Hoogeschool (ITB sekarang) pada 5 September 1922, saat pabrik kertas sedang dibangun. Di bawah bimbingan dosen-dosennya yaitu Van Alphen de Veer, Klopper, Schoemaker dan De Vos, mereka menggunakan bus milik jawatan kereta api dalam kunjungannya ke area irigasi Cimeta, mendapatkan penjelasan tentang rancangan pendirian N.V. Ijsfabriek Padalarang yang saat itu sedang dibangun, termasuk mengenai sumber air di pegunungan yang akan digunakan bagi pabrik es dan pabrik kertas. Akhirnya mereka mengunjungi pabrik kertas yang sedang dibangun. Di sana mereka dipandu dan mendapat penjelasan dari Van de Wetering, Spillenaar Bilgen dan Ortt (De Preanger-bode, 6 September 1922).

Setelah pabrik terbangun kian banyak yang melakukan kunjungan. Antara lain ada anggota senat Prancis Pierre Valude, yang sempat mengunjungi pabrik karet Cipetir, pabrik kertas Padalarang, perkebunan kina milik pemerintah di Cinyiruan, perkebunan Wanasari, perkebunan teh Malabar, dan balai percobaan untuk industri gula di Pasuruan (De Sumatra Post, 23 April 1923).

Anggota Koninklijk Instituut van Ingenieurs cabang Bandung, dengan jumlah rombongan seluruhnya sebanyak 30 orang, melakukan kunjungan ke pabrik kertas Padalarang sehubungan dengan akan disampaikannya ceramah E.L. Selleger mengenai pembuatan kertas pada 14 Juni 1923. Saat itu pabrik dihentikan operasinya sejak pagi, karena adanya polusi air. Pabrik tersebut membutuhkan 240 kubik meter air per jamnya yang berasal dari berbagai sumber di kaki Gunung Burangrang. Tetapi hujan telah merusak sumur-sumur dan lumpur-lumpur masuk ke dalam air (De Preanger-bode, 10 dan 15 Juni 1923).

Bekas Gubernur Jenderal Fransch West en Aquatoriaal Afrika Angoulvant juga menyambangi Pabrik Kertas Padalarang setelah berkeliling di Jawa Timur dan Yogyakarta. Di Jawa Barat, ia pada 15 Juni 1924 menyambangi Tasikmalaya, Garut, dan Bandung. Di Bandung, Angoulvant berkunjung ke Technische Hoogeschool, Pasteur Instituut, Kinlne-fabriek, pabrik teh Malabar, Stasiun Radio Malabar, dan pabrik karet (Bataviaasch Nieuwsblad, 13 Juni 1924).

Pengurus IEV afdeeling Cimahi mengadakan pertemuan dan propaganda di Ons Huis, yaitu tempat tinggal dan beristirahatnya para pegawai Pabrik Kertas Padalarang (De Koerier, 21 Maret 1928). Pada perhelatan lustrum Delftsch Studenten-corps yang ke-16, salah satu mata acaranya adalah resepsi di Pabrik Kertas Padalrang pada 1 September 1928. Penyambutnya adalah lr. M. Spillenaar Bilgen (De Koerier, 7 Agustus 1928). Prof. dr. dr. C. Duisberg, konsul Jerman Von Kessler, Prof. Van Iterson, dan A. T. van Wijngaarden mengunjungi pabrik kertas Padalarang, setelah berkunjung ke balai percobaan karet di Bogor (Bataviaasch Nieuwsblad, 26 Januari 1929).

Setelah memperingati hari jadinya yang pertama pada 29 Maret 1929, di Hotel Homann, perhimpunan De Nederlandsch Indie Apothekers mengadakan ekskursi ke N.V. Papierfabriek Padalarang keesokan harinya. Direktur M. Spillenaar Bilgen yang menyambut dan memberi penjelasan seputar proses pembuatan kertas dengan menggunakan bahan baru (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 4 April 1929).

Perhimpunan Juridische Vragenbus mengunjungi pabrik kertas pada 25 September 1931 (Bataviaasch nieuwsblad, 19 September 1931). Pengurus Koninklijk Instituut van Ingenieurs (KIVI) cabang Bandung kembali berkunjung pada 17 Februari 1934 dan mendapatkan penjelasan dari administratur pabrik, Ir. T. Tromp (De Koerier, 12 dan 19 Februari 1934). Menteri Perindustrian Tiongkok Chen Kung Po dalam rencana kunjungannya di Bandung antara 15-16 Mei 1934 akan berkunjung ke Papierfabriek Padalarang, Kinine-fabriek, resepsi di Societeit Bin Gie Soe Po Sah, Stasiun Radio Malabar, perkebunan kina Cinyiruan, perkebunan Tanara, dan Bungalow Citere (De Koerier, 12 Mei 1934).

Gubernur Jenderal Hindia Belanda B.C. de Jonge berkunjung ke pabrik kertas Padalarang dalam rangkaian kunjungannya ke Jaarbeurs,  Papier-fabriek di Padalarang, dan pabrik tekstil di Garut yang merupakan bagian dari Internationale Crediet en Handelsvereeniging Rotterdam. Dalam  kunjungan tanggal 2 Juli 1935 itu, gubernur jenderal disambut dan diantar berkeliling oleh administratur Dr. T. Tromp dan manajer Ir. W. van der Lee. De Jonge tertarik pada mesin uap, penggunaan jerami bekas pertanian pribumi, bahan-bahan kimia yang dibuat sendiri di pabrik itu, serta garam Madura yang memainkan peran penting dalam prosesnya (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 24 Juni dan 4 Juli 1935).

Pada 11 Juli 1936, Chineesche Landbouw Vereeniging menyelenggarakan pertemuan umum di Siang Hwee Bandung. Setelah itu mereka melakukan ekskursi ke Pabrik Kertas Padalarang (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 14 Juli 1936). Perhimpunan Deterdingers 1936 juga menyambangi pabrik kertas pada Oktober 1936 (De Koerier, 24 Oktober 1936). Konsul Jenderal Belanda di Kalkutta A. Meren mengunjunginya pada Januari 1939 (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 26 Januari 1939). Berikutnya salah satu mata acara setelah pertemuan pertama De Chemische Vereeniging di Bandung antara 27-28 Desember 1940 adalah melakukan ekskursi ke lokasi industri tenun di Majalaya dan pabrik kertas Padalarang (Bataviaasch Nieuwsblad, 31 Desember 1940).***

 

Keterangan foto:

Ketika dibangun, Pabrik Kertas Padalarang sudah dijadikan sebagai tempak ekskursi, misalnya oleh mahasiswa Technische Hoogeschool (ITB sekarang) pada 5 September 1922. Sumber: De Preanger-bode, 6 September 1922.

 

*Pengurus Pusat Forum TBM Divisi Litbang