Oleh. Moh. Syaiful Bahri*

 

Yogyakarta – Pentas budaya Kalimantan Timur dan Yogyakarta hadir di depan pengunjung Titik Nol Kilometer dan masyarakat Yogyakarta. Kegiatan bertajuk “Eksotika Kalimantan Timur: Dari Literasi hingga Seni dan Budaya Kalimantan Timur” dihadiri kurang lebih 300 peserta dari berbagai latar belakang.

Ekosotika Kaltim sebagai upaya merayakan keindahan dan kekayaan budaya Kalimantan Timur. Di antara kegiatannya adalah Talk Show yang mengupas tuntas isu literasi dan kekayaan alam serta budaya Kalimantan Timur. Pertunjukan seni dan budaya diisi dengan penampilan seni tari pedalaman, tingkilan, dan musik sape. Di sela-sela penampilan kesenian juga ada pembacaan puisi Komunitas Kutub, Penyair Perempuan Madura dan Tirtonegoro Foundation. Selanjutnya juga ada monolog.

Kegiatan yang berlangsung di Benteng Vredeburg, Kota Yogyakarya lebih tepatnya di depan Monumen 1 Maret menghadirkan pembicara lintas generasi, seperti Syafruddin Pernyata (Seniman dan Budayawan Kaltim), Heni Wardatur Rohmah (Sekjen PP Forum TBM), Indra Suryanto (Ketua PW Forum TBM DIY) dan anak muda dari Kaltim, Ahmad Azazi Rhomantoro (Founder Tirtonegoro Foundation) dan Moh Syaiful Bahri (Mata Aksara Yogyakarta).

Dari kelima narasumber cukup panjang memotret perjalanan seni budaya dan literasi dari komunitas masing-masing. Seperti Syafruddin Pernyata, misalnya menyampaikan tentang kebudayaan di Kaltim dari masa kerajaan sampai kontemporer.

“Indonesia itu kaya, semacam sepotong surga yang diturunkan Tuhan ke bumi. Salah satunya Kaltim yang menjadi kaya dengan aneka ragam budaya, seni, bahasa dan suku.” Ujar Syafruddin Pernyata pada, Sabtu 18 November 2023.

Arif Pras (Forum TBM Lampung) selaku host menyapa peserta yang hadir di Vredeburg. Ia juga mempersilakan Sekjen PP Forum TBM, Heni Wardatur Rohmah untuk memaparkan tentang Forum TBM, di mana Heni menyampaikan bahwa TBM di daerah memiliki keragaman aktivitas. Salah satunya TBM yang konsentrasi pada budaya sungai, laut dan permainan tradisional.

“Kemarin, ada teman-teman TBM yang tampil di Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) di Jakarta.” Jelasnya.

Heni Wardatur Rohmah juga menyebut beberapa TBM yang aktif di media sosial. Ia juga mengharap Forum TBM dijadikan rumah bersama dalam menumbuhkan budaya literasi di lingkungan sekitar.

Selanjutnya, Indra Suryanto memaparkan tentang kegiatan pegiat TBM yang ada di Yogyakarta. Isu-isu tampil ke permukaan selama ini cukup beragam. Ada yang lebih condong pada anak-anak, wirausaha, ecoprint, kesenian dan lingkungan.

“Kita tidak boleh menyeragamkan perbedaan. Yang beda jangan dipaksa sama. Artinya, kegiatan di TBM yang cukup beragam ini bisa menjadi kekayaan sendiri bagi kita.” Tegasnya.

Azazi, juga menyampaikan tujuan Eksotika Kaltim sampai pada sepak terjang Tirtonegoro Foundation dari awal sampai hari ini yang konsetrasi mengawal seni budaya dan literasi.

“Selama ini, Tirto bergerak mengawal seni budaya di Kaltim, juga ragam kegiatan literasi. Tentu dalam hal ini Tirto banyak anak-anak muda yang terlibat di dalamnya.” Ujarnya.

Anak-anak muda hari ini mulai mengisi ruang-ruang media dengan kegiatan literasi. Hadirnya media sosial berbarengan dengan kesadaran anak muda untuk tampil dan eksis di dalamnya. Anak-anak muda tentu menjadi kekuatan baru, terutama dalam ruang literasi.

“Sejauh ini, saya percaya bahwa anak muda masih memiliki kepedulian sama literasi. Bahkan mereka cukup kreatif menampilkan ragam kegiatan di media sosial mereka.” Begitu yang disampaikan Syaiful Bahri pada sesi Talk Show bersama narasumber lain.

 

*Tim Penulis Forum TBM/Pengurus Forum TBM DIY