Udara sangat sejuk. Hutan membentang luas dengan aneka pepohonan hijau. Jalan utama di Desa Sokawera, Cilongok Banyumas sepi. Hanya sesekali kendaraan melewati.
“Ayo, pinjam buku di TBM!” seru seorang anak pada teman-temannya. Dalam diam, anak-anak lainnya mengiyakan ajakan itu.
Mereka pun bergegas, mempercepat langkahnya menuju TBM Tunas Harapan.
“Silahkan mengambil buku di sini anak-anak,” sambut Yuli Kismawati, pendiri TBM Tunas Harapan.
Anak-anak terlebih dahulu mencuci tangan di tempat yang disediakan. Mereka kemudian masuk TBM, melihat-lihat, lalu mulai mencari buku yang menarik perhatian mereka. Setelah mendapatkan buku yang mereka sukai, mereka mengisi buku peminjaman dan pulang. Yuli Kismawati tersenyum senang melihat mereka pulang dengan membawa buku.
Sejak Pandemi Covid-19, anak-anak telah kehilangan waktu belajar dan bermain bersama di TBM Tunas Harapan. Padahal, sebelum pandemi ditambah diberlakukannya PPKM, anak-anak aktif belajar di TBM Tunas Harapan dengan berbagai kegiatan seperti senam bersama, bercocok tanam, dan read aloud.
Pandemi membuat kegiatan TBM Tunas Harapan terhenti. Kegiatan yang masih bisa diselenggarakan sebatas memberikan pelayanan peminjaman buku. Namun, selama pandemi Covid-19 ini anak-anak tetap aktif dalam meminjam buku. Ini terjadi karena anak-anak butuh kegiatan untuk mengisi belajar di rumah.
Kenyataan ini membuat Yuli Kismawati sedih. Ia yakin sesungguhnya anak-anak ingin kembali bisa berkegiatan di TBM. Akan tetapi, peraturan PPKM membuat Yuli Kismawati cemas jika kegiatan di TBM-nya mengundang kerumunan orang. Untuk itu, pilihan bijak yang bisa ia tempuh hanya kegiatan meminjamkan buku.
Saat PPKM di Banyumas turun levelnya, dan pemerintah mulai memperkenankan kegiatan terbatas, TBM Tunas Harapan mulai mengadakan kegiatan kecil berupa membaca nyaring atau read aloud, kegiatan yang selalu disukai anak-anak. Melalui aktivitas ini, Yuli berharap dapat merawat antusiasme anak-anak untuk terus membaca, dan semoga kegiatan itu menjadi awal untuk berlangsungnya kehiatan-kegiatan lainnya.
Selama Pandemi Covid-19, TBM Tunas Harapan juga aktif dalam mengadakan dan mengikuti berbagai kegiatan daring, salah satunya, bekerja sama dengan Komunitas Tali Jaranan yang diikuti oleh anak bersama keluarganya.
Kegiatan daring serupa seperti itu terbatas.Hal Ini terjadi karena sarana dan prasarana dalam teknologi komunikasi di TBM Tunas Harapan belum memadai. Letak geografis TBM Tunas Harapan yang berada di area kaki pegunungan Slamet yang sering mengalami kesulitan sinyal sering menjadi kendala yang tidak bisa ditaktisi.
Untuk itu, Yuli Kismawati berpandangan bahwa pada masa Pandemi Covid-19 ini, TBM menjadi salah satu tumpuan anak-anak dalam belajar. Melalui TBM, anak-anak bisa mendapatkan buku dan bahan belajar yang menjadi sumber ilmu pengetahuan.
Namun, bertumpu hanya pada kegiatan peminjaman buku secara manual saja tidak cukup. TBM harus hadir melalui pelayanan dan kegiatan yang berbasis digital. Tapi, banyak TBM, terutama di daerah pedesaan yang tidak mudah untuk mewujudkan itu.
Tidak heran jika Yulis Kismawati kemudian menuturkan bahwa salah satu kepedulian kita terhadap pendidikan anak adalah dengan bergerak bersama memajukan TBM di Indonesia melalui gotong-royong membangun TBM yang mampu menghadirkan pelayanan digital. Jika hal ini bisa diwujudkan, TBM di Indonesia akan maju dan bisa jadi menjadi institusi penting yang ikut memajukan pendidikan anak-anak.
Litbang Forum TBM