Oleh. Riadi
Jangan tanyakan apa yang kita cari
Jangan tanyakan pula apa yang kita dapat
Literasi salah satu jalan
Memerdekakan hati.
Tahun 2017, Taman Bacaan Masyarakat ( TBM ) Pustaka Lazuardi terbentuk. TBM ini semacam ruang bagi kami terutama bagi istri yang memiliki latar belakang Pendidikan, seorang pengajar yang bercadar, dengan keterbatasan ruang gerak, tak jarang mendapat penolakan secara halus di dunia pendidikan formal. Oleh karena itu, dengan kehadiran TBM menjadi sarana untuk mengekspresikan bakat diri, menebarkan ilmu pendidikan dan pengalaman-pengalaman waktu menjadi tenaga pengajar di Sekolah Formal maupun di Sekolah Alam.
Menjadi pengelola TBM adalah panggilan hati, bagaimana caranya di sisa hidup kami, tenaga, pikiran, rumah menjadi bermanfaat buat masyarakat, TBM Pustaka Lazuardi bertempat di rumah sendiri, kami beranggapan apapun termasuk rumah maka akan dipertanggung jawabkan di akherat maka pintu terbuka lebar untuk kegiatan positif khususnya anak-anak.
Berbicara tentang TBM maka tidak bisa lepas dari beberapa komponen pendukung seperti pengelola, buku, serta pengunjung. Komponen pendukung akan saya jabarkan secara sederhana di bawah ini.
1. Pengelola
Pengelola TBM bisa siapa saja dengan latar belakang profesi apapun, perserorangan atau kelompok.
Hal pokok yang harus ditanamkan bagi pengelola TBM adalah luruskan niat, niatkan ibadah, karena TBM ini bukanlah ladang untuk menghasilkan materi, kalaupun ada menjadi salah satu jalan untuk menghidupkan TBM itu sendiri, maka meluruskan niat awal itu penting, bagi kami pergerakan sosial apapun itu adalah ladang sedekah ilmu, sedekah pikiran, dan sedekah materi. Bila suatu saat tidak tercapai apa yang kita impikan kembalikan pada niat awal yaitu niatkan ibadah.
2. Buku
Buku merupakan media penting bagi sebuah TBM, tidak diukur banyak atau sedikit. Buku-buku tersebut dapat dimanfaatkan oleh pengunjung. Buku-buku tersebut bisa didapatkan dengan cara membelinya, juga dari donasi buku-buku untuk TBM.
3. Pengunjung
Pengunjung tentunya dari kalangan masyarakat luas, namun dapat pula difokuskan pada terget pengunjung seperti anak-anak dan atau orang dewasa.
Target sararan yang akan dicapai oleh TBM, baik untuk anak maupun dewasa tentu dapat pula menyesuaikan buku-buku untuk target tersebut.
Hidup mati sebuah TBM dapat ditentukan ketika unsur-unsur pendukung ini ini saling bersinergi atau tidak. Maksudnya, biasanya yang paling sulit adalah bagaimana caranya untuk menarik pengunjung agar bisa datang ke TBM. Pengelola tidak hanya sekedar menjajakan buku semata, lebih dari itu, pengelola menjadi ujung tombak dari TBM itu sendiri. Pengelola dituntut untuk berpikir kreatif, dan menghadirkan inovasi.
Apabila dianalogikan, maka TBM sebuah barang dagangan, bagaimana caranya agar produk itu laku di pasaran. Hadirkan program yang menarik sebagai ciri khas sehingga pengunjung bisa selalu datang dan nyaman di TBM .
Kehadiran Taman Bacaan Masyarakat memiliki peran penting dalam membangkitkan budaya baca tulis, meskipun menjadi PR ( Perkerjaan Rumah) bagi kita semua. TBM Pustaka Lazuardi disamping program baca tulis, hadir dengan berbagai program diantaranya Program Magrib Mengaji, Mendongeng, Read aloud, Menggambar, Kemping Literasi, Mabit ( Malam bina iman dan takwa), Buletin Literasi (Menampung tulisan anak-anak, cerpen dan puisi), Bermain alat peraga.
Program-program itu menjadi pemantik sehingga anak-anak betah dan selalu berkumpul dengan kegiatan positif.
Salam Literasi.
*Pendiri TBM Pustaka Lazuardi, Divisi Program Forum TBM Kota Tasikmalaya.