Categories
Buku Resensi Resensi Buku

KEBEBASAN DAN KEMANDIRIAN NADIRA

Judul               : Nadira

Penulis            : Leila S. Chudori

Penerbit          : Kepustakaan Populer Gramedia

Tahun              : Cetakan ke-6 September 2022

Halaman         : 300 halaman

 

Pilihan membaca minggu ini jatuh pada novel Nadira karya Leila S. Chudori. Novel ini dipilih karena memang sebelumnya sudah membaca novel karya Leila D. Chudori lainnya: Laut Betcerita, Namaku Alam, dan Malam Terakhir. Tinggal Pulang yang novelnya masih tersimpan. Rencananya selepas membaca novel Nadira, maka akan dilanjutkan dengan membaca novel Pulang.

Pertanyaan pertama yang muncul saat belum membaca novel Nadira, dan memang belum diulik ulasannya adalah siapakah Nadira? Apa yang akan diperjuangkan Nadira sebagai sosok yang begitu istimewa sampai djadikan judul novel.

Setelah selesai membaca selama satu minggu, ddapat gambaran sosok Nadira. Tapi, gambaran real Nadira dijelaskan juga oleh penulisnya, Leila S. Chudori dalam epilognya: Nadira adalah sosok yang merepresentasikan resistensi atas budaya masyarakat yang memosisikan perempuan untuk cenderung menahan diri, mengerem lidah, dan mengikat nafas pada budaya yang ada. Budaya yang memosisikan perempuan untuk menurut, tidak bersuara, dan tunduk.

Leila S. Chudori pun kemudian menyebut Nadira sebagai sosok perempuan yang berdiri dan mengucapkan apa yang diturunkan dan dialami. Perempuan yang memperjuangkan pendirian dan hidupnya sesuai dengan nurani dan pilihan hidupnya.

Inilah Nadira yang dinarasikan dalam novel ini. Perjuangan pendirian Nadira dimulai dengan peristiwa kematian bunuh diri ibunya yang mengguncang hidup Nadira. Dalam proses kematian yang memilukan, Nadira melakukan penolakan kalau bunga melati dijadikan bunga prosesi ritual kematian ibunya.

Nadira memilih menggunakan bunga seruni, bunga yang punya sejarah panjang atas keluarga, rasa cinta, dan pernikhan ibunya saat di Belanda. Bunga yang sangat disukai oleh ibunya. Untuk mendapatkan bunga seruni ini, Nadira harus menghentikan prosesi pemkaman beberapa waktu, dan Nadira harus berjuang mendapatkan bunga seruni dengan perjalanan yang heroik.

Dari kejadian awal ini, kehidupan Nadira kemudian bergulir mengikuti dinamika hidup keluarganya yang penuh dengan problematika. Problematika yang dihadapi Nadira dengan penuh ekspresifitas dan aktualisasi personal yang nenunjukkan eksistensinya yang bebas dalam bersuara dan bergerak, menyuarakan dirinya sebagai perempuan yang merdeka.

Suara yang dikumandangjan kemudian adalah suara masa kecil Nadira bersama keluarganya. Bersama saudara-saudaranya. Suara perjuangan hidup Nadira yang sejak kecil sudah berani dan mandiri. Memilih jalur sunyi dengan banyak membaca buku dan menulis sejak duduk di bangku sekolah dasar.

Nadira yang cerdas dan berani berkonflik dengan kakak-kakaknya jika terjadi perbedaan pendapat. Jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip hidupnya, Nadira berani bersuara dan melawan. Nadira adalah perempuan berpendirian kuat dan berani.

Keberanian yang dipertunjukkan kemudian adalah mengambil jalur kesedihan setelah ibunya meninggal. Nadira memilih hidup bertahun-tahun dalam kesedihan. Hidup dalam mimpi-mimpi buruk yang dijalaninya dengan penuh duka. Namun, keadaannya yang memprihatinkan tak menyurutkannya untuk mengabaikan tanggung jawabnya sebagai wartawan. Nadira menyelesaikan tugas pekerjaannya dengan baik dalam keadaan kedirian yang memprihatinkan.

Jenuh dengan keprihatinan atas kematian ibunya, Nadira kemudian memilih cinta pada Niko Yuliar, lelaki yang telah meninggalkan banyak perempuan. Nadira bertanggung awab dengan pilihannya. Menikah dengan Niko Yuliar dan memiliki anak, Jodi.

Saat mengetahui Niko banyak melakukan skandal dengan banyak perempuan, Nadira berani menceraikam suaminya. Nadira meninggalkan Niko dengan harta gono-gininya. Nadira hanya ingin dengan anaknya, Jodi. Perceraian itu membawa pilihan Nadira untuk hidup di Amerika Serikat.

Dari sinilah, dalam keberaniannya, Nadira mengabaiakan cinta terbaik dari teman kerjanya, Tara, yang selama ini membantu kehidupannya. Nadira ingin kembali pada Tara, tapi Tara sudah menikah dengan Vena. Nadira pun menerima nasibnya tanpa penyesalan. Semua dihadapi dengan penuh dedikasi sebagai perempuan yang berani memperjuangkan pendiriannya.

Dengan membaca novel Nadira karya Leila S. Chidori kita banyak belajar untuk jadi perempuan atau individu yang menerima dan berani dalam menyikapi hidup apapun bentuknya.

 

Infokom & Litbang Forum TBM

Leave a Reply