Penulis: Nanang Sujatmiko*

Berawal dari kegemaran membaca dan mengoleksi berbagai jenis buku bacaan, terutama komik Indonesia dan sempat membuka Taman Bacaan/Persewaan Buku sekitar tahun 1981-1983 ketika duduk di bangku SMP. Berlanjut ketika menuntut ilmu dan berkeluarga di Yogyakarta, sampai akhirnya menjadi pengoleksi berbagai jenis buku. Berangkat dari rasa kepedulian, keinginan berbagi kepada masyarakat sekeliling, dan sering dijadikannya rumah untuk berkumpul anak-anak sebagai tempat bermain dan membaca, menjadi inspirasi untuk mendirikan perpustakaan di Dusun Kwadungan, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak.

Dimulai dengan satu langkah kecil akan keinginan memberikan sedikit kontribusi untuk masyarakat, pada awal 1997 meskipun dengan prasarana yang minimalis berdirilah Perpustakaan Kerai. Koleksi pertama berupa majalah dan buku bacaan anak-anak. Tahun 2003 ketika mampu membangun rumah sendiri di dusun yang sama, Perpustakaan Kerai pun pindah, menempati tempat yang lebih nyaman di lantai dua rumah pengelola. Tahun 2015 melalui program PDPM/PNPM-MP dengan anggaran sebesar 30 juta dan swadaya masyarakat mampu membangun gedung 2 lantai ukuran 4 x 7 m2 senilai lebih dari 60 juta, di atas tanah kas desa seluas 1000 m2. Gedung yang apabila terlihat dari samping dan atas menyerupai buku terbuka yang menghadap ke langit ini diharapkan mampu membuka wawasan pengetahuan warga desa.  Sebelumnya, di akhir tahun 2013 didirikanlah Pojok Baca Kerai di Dusun Jangkang, bersebelahan dengan tempat usaha berjualan ATK dengan nama yang sama, Toko Kerai.

Berbekal keyakinan bahwa masa anak-anak merupakan masa terbaik untuk pembentukan kebiasaan membaca, Perpustakaan Kerai ingin menjadi mitra bagi anak-anak untuk mewujudkannya. Keyakinan bahwa setiap orang selalu punya keinginan berbagi dan rasa kepedulian juga setiap orang punya hak untuk cerdas, Perpustakaan Kerai  menjadi mitra bagi masyarakat untuk bersama-sama menebar kebaikan melalui buku.

Kerai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti jalinan bilah (rotan, bambu, dan sebagainya) penutup pintu, jendela, dan sebagainya atau sebagai peneduh dari angin, panasnya matahari, dan cuaca. Kerai dalam artian sesungguhnya dan menjadi makna filosofi Perpustakaan Kerai yakni sebagai tempat yang nyaman untuk membaca, bermain, dan belajar termasuk segala ciptaan Tuhan yang harus dicari maknanya.

Keberadaan Kerai dimaksudkan untuk memberi ruang setiap orang untuk memahami segala ciptaan Tuhan melalui buku-buku bacaan agar tercipta keseimbangan hidup yang selaras dengan alam.

Perpustakaan menjadi ruang untuk belajar, bersosialisasi, berkreasi, mencintai lingkungan, serta melestarikan budaya melalui buku. Memberikan kemudahan bagi masyarakat, khususnya anak-anak untuk mendapatkan bacaan. Menyelenggarakan kegiatan kreatif yang memupuk kegemaran membaca, cinta lingkungan, dan budaya. Menghimpun peran serta semua pihak dalam mencerdaskan masyarakat melalui buku dan minat baca.

Membaca meskipun begitu banyak manfaatnya, belum menjadi suatu hal yang pokok bagi masyrakat. Membaca hanya sekedar pengisi waktu luang dan sebagai tugas pelajar. Hal tersebut membuat kegiatan membaca bukan merupakan suatu kebutuhan dan selanjutnya menimbulkan anggapan bahwa minat baca masyarakat rendah, belum terbangun masyarakat gemar membaca.

Demikian pula yang terjadi di Desa Widodomartani khususnya Dusun Kwadungan dan dusun-dusun sekitar Perpustakaan Kerai. Mayoritas masyarakatnya adalah petani yang memandang bahwa membaca identik dengan sekolah dan masyarakat yang berpendidikan tinggi. Ketika awal berdiri, masyarakat masih begitu enggan mengunjungi, membaca, dan beraktifitas di perpustakaan. Oleh karenanya perlu ditumbuhkan minat baca, caranya dengan menumbuhkan minat kunjung terlebih dahulu. Cara menarik masyarakat untuk datang ke perpustakaan adalah melibatkan seluruh unsur masyarakat. Membentuk budaya baca harus dimulai dengan membangun masyarakat gemar membaca.

Membangun masyarakat gemar membaca lebih efektif jika dilakukan kepada anak-anak sejak dini, karena anak-anak lebih mudah dibentuk. Perkembangan anak sangat dipengaruhi lingkungan terdekatnya yang akan membentuk kebiasaan anak selanjutnya. Taman Bacaan merupakan lingkungan awal yang menyediakan bahan bacaan agar anak gemar membaca dan  membentuk budaya baca.

Keberadaan fasilitas yang minim, mulai dari tempat tidak mendukung, kurangnya bahan bacaan berkualitas serta sarana prasarana pendukung, sangat mempengaruhi minat baca dan upaya menumbuhkan masyarakat gemar membaca. Belum adanya sinergi dari berbagai unsur masyarakat, komunitas, lembaga pendidikan, dan pemerintah turut andil dalam rendahnya minat baca. Diambil dari data yang ada di Dusun Kwadungan, pada tahun 2014 persentase minat baca hanya sekitar 1,5% dari jumlah penduduk 307 orang.

Perpustakaan Kerai adalah sebuah Taman Bacaan yang berada di lingkungan dengan mayoritas masyarakatnya petani dan dekat dengan institusi pendidikan. Ada 3 (tiga) kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dari Perpustakaan Kerai, yakni masyarakat yang tinggal di sekitar perpustakaan, pelajar di institusi pendidikan, dan masyarakat umum. Perpustakaan Kerai melihat bahwa ketiga kelompok masyarakat tersebut berpotensi menjadi sasaran peningkatan minat baca. Maka pengelola berusaha menyusun strategi pengelolaan perpustakaan berkelanjutan dalam membangun masyarakat gemar membaca dengan langkah awal meningkatkan minat kunjung.

Dalam upayanya Perpustakaan Kerai menerapkan strategi AKSI 231, yakni aktualisasi kegiatan literasi yang melibatkan semua unsur masyarakat, pemerintah, dan komunitas, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Strategi AKSI 231 terdiri dari perencanaan dan pengelolaan program, pengelolaan sumber daya manusia, sarana, prasarana, dan dana, serta menjalin kemitraan untuk peningkatan minat baca. Penjabaran strategi AKSI 231 yang telah dilaksanakan dalam berbagai program yang telah dan sedang dilaksanakan.

Salah satu kegiatan rutin bersama anak-anak sekitar di TBM Kerai.
(Sumber: Akun Facebook TBM Kerai)

Program Dasar yakni fasilitasi sarana prasarana (berupa bangunan, buku-buku, dan sarana prasarana lain) serta sosialisasi minat baca berupa Gebyar Minat Baca  dengan kegiatan Kirab Gunungan Buku.Diikuti berbagai komunitas literasi, institusi pendidikan, dan komunitas sosial lain. Selain kirab, pada kesempatan yang sama diadakan berbagai kegiatan pendukung seperti pentas seni budaya, aneka perlombaan, serta dialog literasi. Kesemuanya melibatkan seluruh masyarakat sejak awal perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasinya.

Program Lokal berupa gerakan menulis Buku Harian, belajar kelompok yang dimotori angkatan muda, aksi Lumbung Hidup (dari buku menjadi karya) berupa kebun sayur dan kolam yang dikelola ibu-ibu Kelompok Wanita Tani dan warga yang tergabung dalam kelompok Program Keluarga Harapan. Serta kegiatan situasiaonal lain (seiring dengan program pemerintah dan masyarakat sekitar) yang sesuai dengan kondisi serta diminati masyarakat sehingga mampu meningkatkan minat kunjung ke perpustakaan.

Program Kemitraan yakni Perpustakaan Kerai dalam berbagai kegiatan banyak bermitra/bekerjasama dengan berbagai lembaga baik pemerintah maupun swasta. Beberapa lembaga yang pernah berkolaborasi dengan Perpustakaan Kerai diantaranya adalah Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Sleman, Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Pemerintah Desa Widodomartani, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Universitas Sanata Dharma, Uversitas Kristen Duta Wacana, SMP Muhamadiyah Mlati, SD Ngemplak 3, TK Tunas Bakti, TK PKK Widodomartani, Forum TBM Sleman, Jogja Reptile, Aero Jogja, 1001 buku, Aisya Parenting, OMIP Liberty, ALUS DIY, Bergodo Selo Aji, Dolanan Pintar, Jendela Jogja, Indosiar, SCTV, RCTI, Jogja TV, dan lain sebagainya

Kegiatan Finger Print di TBM Kerai.
(Sumber: Akun Facebook TBM Kerai)

Hingga kini keberadaan Perpustakaan Kerai masih berjalan dengan berbagai kegiatan dalam bentuk program-program yang langsung berkaitan dengan masyarakat. Mulai dari kegiatan anak-anak, remaja, dan orang tua, yang kesemuanya bermuara pada peningkatan minat baca. Satu  hal menjadi permasalahan yang agak sulit terselesaikan serta dikhawatirkan menjadi kendala bagi keberlangsungan Perpustakaan Kerai yakni regenerasi pengurus. Ini dikarenakan sulitnya mencari relawan serta mengkader angkatan muda di sekitar lokasi perpustakaan yang peduli dengan kegiatan literasi. Secara teori seperti yang disampaikan berulangkali oleh pengerak literasi lain, seperti tertulis dalam buku-buku atau paparan yang disampaikan, sepertinya terlihat mudah. Kenyataannya sangatlah sulit. Sangat berbeda dengan perpustakaan yang memang dibentuk karena keinginan dan hasil musyawarah masyarakat. Tantangan ini kemungkinan banyak terjadi pula di perpustakaan masyarakat/komunitas yang ada di Sleman atau daerah lain.

Pegiat literasi bukanlah pekerja literasi, mereka bergerak dan berkegiatan karena panggilan hati nurani yang muncul dari jiwa kerelawanan dan kepedulian kepada sesama serta lingkungan. Bukan karena sekedar program atau proyek semata. Ketika pemerintah memberi apresiasi atas apa yang telah dilakukan, baik dalam bentuk tulisan berupa piagam penghargaan atau nominal berupa dana bantuan, pastilah akan mampu membawa gerakannya ke arah yang lebih baik. Berupa karya nyata di masyarakat, bukan sekedar laporan di atas kertas semata.

*Nanang Sujatmiko. Penerima penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka 2017. Pengelola TBM Kerai (Sleman, DIY) yang nyambi jadi Kepala Dusun Kwadungan, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman. Punya hobi utama mengumpulkan barang antik, serta hobi sampingan mengoleksi buku-buku tentang Jogja.