“Itu buah aren,” ujar Sanna dari atas pohon. “Nanti setelah diolah akan jadi kolang-kaling. Semua harus dibersihkan, direbus, dan dipipihkan lebih dahulu. Hati-hati jangan sampai ….”

(Gula Merah Tabalo)

Selain mendapatkan informasi, membaca menumbuhkan kreativitas yang bagus untuk pembacanya. Tidak sedikit pembaca yang terinspirasi oleh bacaannya. Seperti misalnya yang sekarang sedang banyak dibicarakan yaitu metaverse.

Metaverse sendiri muncul pada novel yang berjudul Snow Crash karya Neal Stephenson yang ditulis pada tahun 1992. Novel ini bergenre fiksi ilmiah, bercerita mengenai tokoh Hiro seorang pengantar pizza yang bekerja di perusahaan pizza Coso Nostra. Pada dunia lain di metaverse, Hiro menjadi seorang pangeran.

Hiro kemudian terjebak dalam virus komputer, mencari banyak informasi mengenai tentang penjahat virtual. Ia memiliki misi untuk menghancurkan penjahat tersebut.

Tokoh Hiro yang memiliki avatar seorang pangeran tersebut memiliki dua dunia, dunia fisik sebagai pengantar pizza, sedangkan di metaverse sebagai pangeran.

Begitu pula dalam novel Ready Player One, karya Ernes Cline pada tahun 2011. Pada novel ini, menceritakan dunia yang akan dating pada tahun 2045, akan ada metaverse yang bernama Oasis yang menjadi kehidupan kedua. Oasis ini dapat diakses melalui headset Virtual Reality (VR). Pada tahun 2018, novel fiksi ilmiah ini diangkat menjadi film layer lebar dengan judul sama yaitu Ready player One. Sutradara dari film tersebut adalah Steven Spielberg.

Banyak buku-buku lain yang menginspirasi dan bahkan mengubah kehidupan pembacanya. Seperti novel The Catcher in the Rey karya JD Salinger.

Ternyata warga belajar di TBM Bale Baca Cijayanti terispirasi membuat olahan khas Cijayanti dari buku cerita anak yang berjudul Gula Merah Tabalo karya Nur Inayah Syar dengan illustrator Sufina Wamina Rizki.

Buku ini menceritakan tentang dua anak Bernama Beddu dan Sanna. Beddu adalah anak laki-laki daro seorang ibu penjual kue di pasar. Sanna adalah anak perempuan seorang pedagang gula arean dan juga teman sekelas Beddu.

Beddu membutuhkan gula aren yang banyak untuk membuat kue bersama ibunya. Ia mengunjungi kedai Sanna untuk membeli gula aren. Namun gula aren di kedai tinggal sedikit, Beddu diajak ke rumah Sanna untuk mengambil gula aren dari persediaan yang ada di rumahnya.

Sesampainya di rumah Sanna, ternyata persedian gula aren habis semua. Ada orang yang membeli stok dagangannya Sanna. Akhirnya Sanna berlari ke kebun aren untuk mengambil air nira sebagai bahan membuat gua aren.

Beddu dan Sanna sudah mendapatkan nira dan buah aren untuk dijadikan kolang kaling. Namun tangannya Beddu terkena getah pohon aren, terasa panas dan gatal di tangannya yang terkena getah. Ayah Sanna memberikan bedak hitam sebagai obat apabila terkena getal pohon aren. Bedak hitam sendiri terbuat dari arang ijuk aren yang telah ditumbuk halus.

Beddu mendapatkan gula aren yang diinginkannya untuk membuat kue.

Buku berjudul Gula Merah Tabalo dibacakan secara nyaring oleh seorang relawan di TBM Rumah Baca Cijayanti. Peserta yang mengikuti kegiatan Read Aloud bukan anak-anak, melainkan ibu-ibu yang berada di Desa Cijayanti.

Kreativitas yang Saling Menyambung

Transformasi pengetahun yang dilakukan oleh TBM Bale Baca Cijayanti pada konteks ini telah berpikir jauh kedepan. Pengetahuan (knowledge) dititipkan lewat tripusat pendidikan Ki Hajar Dewantara, yaitu sekolah, keluarga, masyarakat. Transformasi pengetahuan lewat ibu-ibu akan menciptakan ekosistem literasi yang baik di keluarga. Ibu-ibu kelak akan mepraktikan Read Aloud kepada anak atau cucunya.

Bale Baca Cijayanti menciptakan ruang yang bagus untuk perkembangan literasi di kampungnya. Umumnya di Kab. Bogor. Ruang yang dibuat, diintegrasinya dengan 6 keterampilan literasi, serta kecakapan abad 21.

Buku pada konteks ini menjadi pemicu kreativitas yang dilakukan oleh TBM Bale Baca Cijayanti. Konteks lain, setelah ibu-ibu mendengarkan pembacaan buku, langsung terpikirkan dalam membuat satu produk dari isi buku yang dibaca. Produk itu dari olahan kolang kaling.

Kolang kaling sendiri di Desa Cijayanti banyak ditemukan. Hal ini menjadi potensi lokal yang dapat diberdayakan. Ibu-ibu dibantu oleh relawan TBM Bale Baca Cijayanti membuat olahan tradisional dengan bahan baku kolang kaling.

Kreativitas yang dilakukan oleh TBM Bale Baca Cijayanti sambung menyambung. Demikian ini seharusnya yang dilakukan oleh Taman Bacaan Masyarakat. Tidak hanya menyasar satu kalangan, melainkan banyak kalangan, termasuk ibu-ibu. Supaya semakin banyak yang terlibat dalam proses belajar bersama di TBM, lebih banyak pula masukan atau pembelajaran untuk relawan serta pengurus dari TBM itu sendiri. Di sana ada proses tukar menukar informasi serta kreativitas.

Perkembangan lain yang dapat dilakukan pada konteks yang dilakukan oleh TBM Bale Baca Cijayanti adalah menciptakan ekosistem literasi yang baik di sebuah kampung/desa. Karena dengan adanya ekosistem literasi yang baik, maka akan menciptakan masyarakat yang literat. Masyarakat yang memiliki wawasan baik dengan keterampilan yang bagus.

TBM Bale Baca Cijayanti menuju pada bagaimana menciptakan masyarakat literat melalui sambung kreativitas, serta buku sebagai pemantik kreativitas. Dan apa yang telah dilakukan oleh TBM Bale Baca Cijayanti sudah bagus, tidak hanya pada anak-anak, melainkan pada remaja serta orang dewasa. Metode tranformasi pengetahuan yang diberikannya tidak dengan ceramah, melainkan membaca nyaring dan diskusi.

Semakin banyak TBM yang melakukan apa yang telah dilakukan oleh TBM Bale Baca Cijayanti, maka semakin banyak masyarakat literat dengan kreativitas yang bagus.