Wah, Fraksi Sastra? Berarti ada fraksi khusus yang menangani sastra? Ya ada!

Tapi tunggu dulu, ini bukan sebuah fraksi baru di DPRD kita. Fraksi Sastra adalah sebuah komunitas sastra yang ada di SMA Negeri 4 Kendari. Akronimnya pun terasa indah diucapkan: Frasa! Yah, Frasa adalah sebuah ordibasis (organisasi di bawah osis) yang khusus menangani kegiatan ekstrakurikuler.

Yah, Fraksi Sastra berkunjung ke Pustaka Kabanti Kendari, Jumat sore, 5 Januari 2017. Ini adalah kunjungan pertama dari sebuah organisasi sekolah.

Utusan Fraksi Sastra terdiri atas sepuluh orang.  Lima laki-laki dan lima perempuan. Mereka adalah Muammar Qadafi, Hunaim Zanjani, Muh. Ramadhan Putra, Mufida Saediman, Nurul Habibah, Ryamizard UR, Muh. Aljabar Mutakhir, Faridatun Magfirah, Adinda Febriana, dan Ardiyana AR.

***

Pada mulanya, Muammar Qadafi yang juga relawan Pustaka Kabanti Kendari, menghubungi saya sehari sebelumnya bahwa siswa SMAN Negeri 4 Kendari (salah satu sekolah pavorit di Kendari) hendak jalan-jalan ke Pustaka Kabanti. “Om, bolehkah kami datang berkunjung ke Pustaka Kabanti”, begitu bunyi SMS Ammar. “Boleh to” jawabku singkat.

***

Sekitar pukul 16.15, rombongan Fraksi Sastra tiba menumpangi pete-pete, nama angkot khas Sultra. Saya telah mempersiapkan buku sastra yang memuat karya sastrawan Sultra yang buat berjejer di lantai.

Anggota fraksi mengelilingi buku, saya pun memulainya dengan sepatah kata. Terlebih dahulu saya kenalkan Pustaka Kabanti Kendari sebuah sebuah TBM alias taman bacaan masyarakat. Sebuah taman yang menyediakan buku-buku sebagai tanamannya. Sebagai taman baca, menyediakan layanan bacaan, peminjaman, dan ruang bermain. Selain itu, juga melibatkan masyarakat sekitar, khususnya generasi pelajar, untuk aktif dalam proses berliterasi. Meminjam buku adalah rutinitas di Kabanti. Baik itu warga sekitar, mahasiswa, pegiat komunitas, dan sastrawan.

Pustaka Kabanti Kendari, kata saya, didirikan bulan April 2016 oleh tiga orang yakni saya sendiri, Iwan Konawe, dan Ita Windasari. Pustaka Kabanti Kendari memiliki agenda regular untuk menopang visi keberaksaraannya seperti Kompleks Puisi, Seri Baca Puisi dan Bercerita, Jelajah Kata Jelajah Kota, Diskusi, dan Roda Pustaka Kabanti Kendari. Sejak tahun 2017 lalu, kami bermitra dengan Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara dalam program Literasi Anak. Ke depan, satu lagi agenda akan dilaksanakan yakni pemutaran film sebagai bagian dari kemitraan Pustaka Kabanti dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam program Tali Integritas. Hal-hal itulah yang saya sampaikan ke mereka. Selain itu, begitu kata saya, Pustaka Kabanti Kendari memiliki empat media sosial yang berfungsi sebagai sarana dokumentasi, publikasi, komunikasi, dan jejaring atas berbagai aktivitas Pustaka Kabanti. Keempat media social tersebut adalah facebook (Pustaka Kabanti Kendari), instagram (@pustaka.kabanti.kendari), blog (https://pustakakabanti.wordpress.com), dan youtube (Pustaka Kabanti Kendari).

Nah, saya juga menjelaskan mengenai pentingnya membangun jejaring dengan sesama pegiat literasi di tanah air. Sebagai sebuah TBM, Pustaka Kabanti berjejaring dengan banyak TBM serupa di Indonesia. Pustaka Kabanti terdaftar di jejaring http://donasibuku.kemdikbud.go.id/ yang dikelola oleh Forum TBM. Saat ini, Ketua Forum TBM adalah Firman Hadiansyah yang lebih dikenal sebagai Firman Venayaksa. Firman juga mendirikan Moli alias Motor Literasi di Banten dan berkhidmat di Rumah Dunia. Lewat Forum TBM, Pustaka Kabanti Kendari banyak mengikuti kegiatan festival literasi. Terkini, Desember 2017 lalu, Pustaka Kabanti diundang pada kegiatan Tali Integritas yang dilaksanakan oleh Pusat Edukasi Antikorupsi, sebagai bagian dari kemitraan antara Forum TBM dan KPK.

Pustaka Kabanti juga terdaftar di Pustaka Bergerak Indonesia (PBI) yang didirikan oleh Nirwan Ahmad Arsuka. Salah satu bentuk berjejaringnya Pustaka Kabanti dengan PBI adalah bantuan pengadaan Roda Pustaka Kabanti Kendari, sebuah pustaka yang bergerak. Menggerakkan buku ke berbagai tempat di Kendari. Bagi saya, Forum TBM dan Pustaka Bergerak Indonesia telah memberikan kontribusinya masing-masing ke dunia literasi Indonesia.

Atas kerja jejaring dua lembaga ini, Pustaka Kabanti Kendari selalu menerima “berkah tujuh belas” yakni bantuan buku yang dikirim secara gratis setiap tanggal 17 setiap bulan, sebagai kebijakan revolusioner Presiden Jokowi yang dicanangkan tanggal 2 Mei 2017 saat kegiatan Temu Pegiat Literasi Inspiratif di Istana Negara, Jakarta. Perluasan jejaring pun dilakukan hingga bermitra dan mendapatkan bantuan dari lembaga yang aktif di dunia literasi seperti Yayasan 1001 Buku, One1ndonesia, YPPI, Kemdikbud, Motor Literasi, Perpusnas, Anakbertanya.com, dan ratusan lembaga/individu lainnya yang memiliki sifat kedermawanan.

Sebagai bentuk kesyukurannya, Pustaka Kabanti Kendari, kembali menyalurkan buku-buku bantuan tersebut, terutama bagi TBM yang ada di Sulawesi Tenggara.

Begitulah kurang-lebih saya berbicara bersama Fraksi Sastra.

Sesi selanjutnya adalah anggota fraksi mulai membuka buku dan membacanya. Ada yang membaca buku sastra Sulawesi Tenggara, majalah, dan ada yang mengambil buku di rak. Aktivitas ini semakin asik karena sambil menikmati minuman dingin yang disediakan di sebuah kulkas. Tentunya setelah mereka membayarnya. Hehehehe.

Di sela-sela suasana yang akrab itu, saya lalu bertanya juga mengenai dunia sastra yang mereka geluti. Siapa tahu di antara mereka ada yang sudah menghasilkan karya, ‘kan.

Adalah Mufida Saediman, perempuan berhijab, sudah menghasilkan satu novel berbahasa Inggris. Selain itu, ada dua cerpennya  yang dimuat di dua buku berbeda. Muammar Qadafi lain lagi, Dia seorang penyair. Sebuah puisinya termuat dalam antologi puisi terbitan Yogyakarta, Roseace. Akhir 2017 lalu, ia diundang mengikuti Akademi Remaja Kreatif Indonesia (ARKI) di Bogor. Nah, Hunaim Zanjani Karim, sering juara pada lomba cipta cerpen di Sultra. Naim, panggilan akrabnya adalah sekretaris bidang Fraksi Sastra.

Tujuh anggota Fraksi Sastra lainnya berada dalam semangat yang sama yakni mencintai sastra dan berniat menulis sastra, secepat mungkin.  Tidak lama lagi, akan nada pergantian pengurus Frasa yang baru. Nah, dua calon ketuanya hadir di kunjungan tersebut yakni Ardiyana A.R dan Adinda Febriana.

Sebelum pamit, Ruamizard U.R, yang pernah juara satu pada sebuah lomba baca puisi, membacakan sebuah puisi saya “Konawe, Pintu yang Terbuka” di hadapan temannya yang lain.

***

Merah warna kali langit, masuk lewat sela-sela pagar Kabanti. Semakin lama semakin pudar, berubah temaram. Tak lama lagi, bumi menurunkan jubah malamnya.

Bilal memanggil lewat suara azan dari puncak Masjid Jabal Rahmah. Kunjungan berakhir. Saya dan beberapa anggota fraksi menuju masjid. Ada yang buru-buru mencari pete-pete untuk mengangkut mereka pulang.

Saat usai salat Magrib, sebuah pete-pete berwarna biru langit, tiba. Utusan fraksi pulang. Merah senja raib. Malam bertandang. Di langit, bintang terbit.

Sekitar sepuluh menit kemudian, sebuah pesan di WA saya muncul. Sebuah grup baru dibuat. Grup untuk membincangkan kerja-kerja literasi.  Amin.

Kendari, 9 Januari 2017